Bagaimana Berkomunikasi yang Manusiawi

Bagaimana Berkomunikasi yang Manusiawi

Komunikasi manusia itu adalah proses simbolik yang
melibatkan pemberian makna oleh masing-masing peserta komunikasi. Dengan cara pandang demikian, kita akan melihat implikasi yang terjadi dari proses komunikasi tersebut.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan komunikasi
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kita sulit melakukan komunikasi, yaitu:
a. Kurangnya informasi atau pengetahuan (tidak bisa menentukan dengan tepat fokus komunikasi).
b. Tidak menjelaskan prioritas dengan gamblang (tidak bisa menjelaskan mana yang paling penting diantara sejumlah hal).
c. Tidak menyimak (bukan hanya mendengar, tetapi juga meresapkannya
dalam kesadaran diri serta melibatkan diri dalam proses komunikasi
tersebut).
d. Tidak memahami sepenuhnya dan tidak mengajukan pertanyaan.
e. Dalam mengambil keputusan, terlalu menaruh prasangka (hanya berpikir berdasarkan apa yang baik bagi dirinya).
f. Tidak memahami kebutuhan orang lain.
g. Tidak memikirkannya dalam-dalam, terlalu cepat menarik kesimpulan.
h. Kehilangan kesabaran, membiarkan diskusi berubah menjadi ajang debat kusir.
i. Waktu yang singkat (tidak cukup waktu untuk mempertimbangkan dan
memahami cara berpikir orang lain).
j. Suasana hati yang buruk.
Demikianlah, jika salah satu atau lebih faktor di atas terjadi dalam komunikasi kita, maka bisa dipastikan komunikasi kita akan menjadi berat dan sulit. Lebih jauh lagi, komunikasi kita berpotensi untuk gagal (communication breakdown). Sejumlah hal akan kita alami jika ini terjadi.
2. Akibat Kegagalan Komunikasi
Jika kegagalan komunikasi terjadi, maka ada sejumlah masalah yang akan muncul sebagai implikasinya, yaitu:
a. Kegagalan berusaha.
b. Kehilangan niat baik (kegagalan komunikasi terbawa dalam perasaan
sehingga memunculkan kecurigaan).
c. Menurunkan citra perusahaan/lembaga.
d. Tidur berkurang (karena tegang dan dipikirkan terlalu dalam).
e. Antusiasme berkurang (malas untuk melakukan komunikasi selanjutnya).
f. Kesalahan, ketidakefektifan kerja.
g. Produktifitas berkurang dan bermalas-malasan.
h. Harga diri dan kepercayaan diri menurun.
i. Frustrasi dan rasa permusuhan yang memuncak.
j. Ketidaksukaan staf kepada pimpinan.
k. Kreatifitas berkurang.
l. Semangat kerja dan kekompakan tim berkurang.
m. Ketidakhadiran dan apatisme atas pekerjaan.

3. Saringan/filter dalam berkomunikasi
Agar kesulitan komunikasi bisa dihindari, selain faktor yang bisa
menyulitkan, maka kita harus mewaspadai sejumlah filter yang secara
potensial bisa menghambat komunikasi tersebut, yaitu:
a. Evaluasi yang terlalu dini (menilai tanpa bekal informasi yang cukup).
b. Ada hal lain dalam benak anda (tidak berkonsentrasi dan cenderung
membagi perhatian pada hal lain).
c. Kecenderungan untuk cepat mengambil kesimpulan (keterburu-buruan
sebelum semua informasi lengkap diterima dan ditelaah).
d. Prasangka (munculnya stereotype/praduga yang bisa menyebabkan sikap diskriminatif).
e. Pikiran anda mudah menerawang (sulit berkonsentrasi dan cenderung
memanjakan imajinasi daripada memperhatikan komunikasi orang lain).
f. Tidak perhatian (tidak memberikan kadar perhatian yang memadai untuk komunikasi yang sedang dihadapi).
g. Asumsi-asumsi (kita adalah seperti yang kita pikirkan. Kita berpikir, bersikap dan berperilaku seperti apa yang ingin kita pikir, sikap dan perilakukan).
h. Berada dalam situasi penuh tekanan/stress.
i. Kemampuan mendengar yang lemah (tidak melulu melihat siapa yang
berbicara, tetapi lebih menekankan pada apa yang dibicarakan).
j. Memiliki rentang perhatian yang singkat.
k. Gangguan pendengaran.
l. Gagasan-gagasan yang tak dapat diubah (sulit merubah sikap dasar, yang bisa kita lakukan adalah mencoba mengarahkan sikap dasar pada sikap lain yang masih dalam jalurnya).

4. Perbedaan antara apatis, empatik dan simpatik
Dengan melihat pada saringan-saringan yang dihadapi, maka ada suatu sikap dasar dalam berkomunikasi yang penting untuk dikuasai yaitu sikap empatik.Sikap empatik ini, sering disebut dengan prinsip platina (platinum principle),
untuk menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari sikap simpatik, yang sering disebut sebagai prinsip emas (golden principle). Sementara yang harus dihindari adalah sikap apatis. Berikut pengertiannya masing-masing:
a. Apatis
“Aku sama sekali tidak perduli”.
Kita tidak dapat berkomunikasi dalam waktu lama atau dengan sangat
baik terhadap seseorang yang sama sekali tidak mempedulikan apapun
yang kita katakan.
b. Simpatik
Kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan.
c. Empatik
Kita memperlakukan seseorang sebagaimana orang tersebut ingin
diperlakukan.
Sebagai contoh, misalnya si A, adalah seorang suami yang bekerja sepanjang siang dan malam. Ia keluar rumah pukul 06.00 pagi dan baru kembali ke rumah pukul 21.00 malam. Begitu setiap hari dilakukannya. Pada Selasa pagi, badannya agak meriang, hidungnya tersumbat, dan batuk kecil mulai sering terdengar. Jika si B adalah istri A, apa yang harus dilakukan B?
Jika B apatis, tentu B akan acuh tak acuh saja dan membiarkan suaminya terbaring di tempat tidur.
Jika B simpatik, B akan menyediakan sop hangat, lalu meminta A
memakannya, tidak lama B membawakan obat flu, berikutnya menawarkan
air hangat untuk mandi serta berbagai tawaran dan permintaan yang
menurutnya ‘begitulah seharusnya’ orang yang sakit flu.
Jika B empatik, maka B akan bertanya terlebih dahulu apa yang diinginkan A hari itu, dan B akan membiarkan pilihan A karena bisa jadi dengan kondisi A saat itu merupakan kesempatan yang mahal baginya untuk bisa beristirahat dan tidur seharian.
Bagaimana? Jelas bagi Anda, kenapa sikap empatik lebih tinggi nilainya dari sikap simpatik? Sikap seperti inilah yang cocok diterapkan dalam komunikasi yang mengandung kesetaraan gender. Karena komunikasi seperti ini, menempatkan siapapun dalam perspektif harus kita pahami dengan informasi
yang cukup, jika komunikasi kita ingin efektif, tak peduli apapun atribut sosialnya, termasuk perbedaan gender.

5. Prinsip dasar konsep menang-menang (win-win solution) jika
menghadapi konflik
Sebelum menguraikan bagaimana melakukan konsep “menang-menang” jika
menghadapi konflik, terlebih dahulu akan dikemukakan tiga cara pandang terhadap konflik, yaitu:
a. Cara Pandang Tradisional
Dalam cara pandang ini, konflik adalah sesuatu yang buruk, merugikan
dan menghancurkan. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari.
b. Cara Pandang Manusiawi
Dalam cara pandang ini, konflik dipandang sebagai sesuatu yang wajar
karena pada dasarnya manusia itu berbeda. Jadi konflik tidak dihindari, tetapi dihadapi, namun jangan mengundang konflik. Dalam perspektif ini, setiap perbedaan berpotensi menjadi konflik. Perbedaan gender, perimbangan kekuasaan, dan anggaran pusat-daerah, kelas sosial, dan banyak perbedaan lainnya.
c. Cara Pandang Interaksionis
Cara pandang ini melihat konflik sebagai sesuatu yang bukan hanya
wajar, namun baik dan perlu. Sehingga ketiadaan konflik justru
meresahkan. Cara pandang seperti inilah yang relevan dengan konsep
‘manajemen konflik’, karena di dalamnya akan terdiri dari tidak hanya bagaimana menyelesaikan konflik, namun juga merekayasa konflik untuk tujuan menguatkan organisasi atau hubungan yang terjadi. Dalam menghadapi konflik, ada beberapa cara yang biasanya dipilih, yaitu:
a. Menghindar
Cara ini umumnya biasa berada dalam cara pandang tradisional.
b. Mengalah (Akomodatif)
Di sini kita memilih untuk mementingkan kepentingan orang lain dan
meminimalkan kepentingan kita sendiri. Dengan begitu, yang terjadi
adalah ‘kalah-menang,’ dimana kita adalah pihak yang kalah.
c. Bersaing (Kompetitif)
Di sini kita memilih untuk bersaing/berkompetisi dan berusaha untuk
menjadi pemenang, yaitu menempatkan kepentingan kita sebagai yang
utama, dan meminimalkan kepentingan orang lain. Dengan begitu yang
terjadi adalah ‘menang-kalah,’ dimana kitalah yang menjadi pemenang.

d. Berkompromi
Di sini kita memilih untuk sama-sama mengalah dengan pihak lain yang
berkonflik dengan kita. Dengan begitu yang terjadi adalah ‘kalah-kalah,’
dengan kedua belah pihak menjadi pihak yang kalah.
c. Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Di sini kita memilih untuk sama-sama menempatkan kepentingan pihak
lain sebagai pemenang. Dengan kata lain, kedua belah pihak bersepakat untuk ‘menang-menang.’
Agar prinsip menang-menang itu terwujud, maka perlu dilakukan cara-cara berikut ini:
a. Saling menghargai, tidak bersifat ego-sentris, baik atas dasar kekuasaan, gender, atau pendidikan.
b. Mencari persamaan dasar, kepentingan apa yang bisa mempertemukan
tujuan bersama.
c. Menetapkan kepentingan, keinginan, dan kekhawatiran bersama.
d. Jika perlu, definisikan kembali permasalahan atau hal yang tidak
disepakati.
e. Memusatkan perhatian pada suatu hasil yang dapat diterima semua pihak.
f. Memberikan pilihan-pilihan dan tetap fleksibel atas kemungkinan untuk berubah.
g. Biarkan pikiran Anda selalu terbuka, terutama atas alternatif-alternatif penyelesaian dari kedua belah pihak.
h. Bersikap positif, tidak negatif.
i. Bekerjasama menyelesaikan masalah.
j. Hapus kata ‘tetapi’ dari kosa kata Anda. Orang lain pasti akan tidak nyaman jika Anda selalu menyatakan ‘tetapi’ atas pendapatnya.
k. Jika pendekatan Anda tidak berhasil, gantilah. Jangan putus asa untuk mencoba argumentasi baru yang lebih meyakinkan.
l. Tarik napas panjang. Barangkali itu akan membuat ketegangan Anda
mengendur.

6. Tingkah laku yang dapat mempengaruhi situasi komunikasi menjadi
sulit atau tidak.
Dengan memperhatikan pembahasan sebelumnya, maka dalam berkomunikasi
sebaiknya kita membuat situasi komunikasi menjadi menyenangkan bagi
pihak lain yang berkomunikasi dengan kita. Kita berusaha agar tingkah laku kita dalam berkomunikasi, tidak membawa kita ke dalam situasi komunikasi
yang menyulitkan. Berikut perbedaan antara tingkah laku yang menolong dan yang tidak menolong terhadap situasi komunikasi yang menyenangkan.
a. Tingkah laku menolong
1) Memusatkan pembicaraan hanya pada satu topik.
2) Bersabar.
3) Menjelaskan apa yang sedang didiskusikan dan mengapa.
4) Menyimak.
5) Menghormati pendapat orang lain.
6) Membuka segala keluhan dan permasalahan.
7) Ingin mencapai kesepakatan.
8) Memusatkan perhatian pada apa yang Anda setujui.
9) Memusatkan perhatian pada apa yang Anda berdua harapkan.
b. Tingkah laku tidak menolong
1) Bertahan pada pendapat sendiri.
2) Tidak siap untuk mengakui bahwa orang lain memang benar.
3) Menginterupsi.
4) Semua orang bicara pada saat yang bersamaan.
5) Sasaran tidak jelas.
6) Berteriak, marah.
7) Terlalu cepat mengambil kesimpulan.
8) Memaksakan “cara penyelesaian” kita kepada orang lain.
9) Memusatkan diri hanya pada kepentingan sendiri.
7. Deadly sin dalam sebuah kegiatan komunikas

Jika kita coba rangkum dari apa yang telah kita perbincangkan tentang komunikasi ini, maka kita akan menemukan sejumlah hal yang benar-benar harus kita hindari agar komunikasi kita tidak mengarah kepada ketidakefektifan. Maka, bolehlah hal-hal yang harus kita hindari itu kita sebut sebagai ‘dosa mematikan’ (deadly sin) dalam sebuah kegiatan komunikasi.
a. Mengevaluasi (menghakimi orang lain).
b. Menghibur (yang malah membuat komunikasi menjadi tidak terfokus).
c. ‘Coba-coba jadi Psikolog’ atau menjuluki, mudah memberikan penilaian terhadap orang lain.
d. Memberikan pernyataan yang sarkastik atau menyindir.
e. Mengajukan pertanyaan yang berlebihan.
f. Mengatur dan ‘menuntun,’ mengarahkan perbincangan hanya ke arah
yang kita inginkan.
g. Mengancam atau memberikan tekanan berdasar kekuasaan yang dimiliki.
h. Memberikan nasihat yang tidak diminta.
i. Bersikap tersamar atau ambigu yang membuat orang lain bingung
menetapkan komunikasinya.
j. Tidak mau membagi informasi.
k. Mengalihkan (memindahkan obyek pembicaraan karena tersudut).

Aksioma Dasar Komnikasi

Aksioma Dasar Komnikasi

Persoalan komunikasi yang paling menjadi perhatian adalah bagaimana
komunikasi yang kita lakukan bisa efektif terhadap orang lain. Itu bisa berarti mencari dukungan, membina hubungan, mempengaruhi orang lain agar mau melakukan apa yang kita inginkan, menetapkan keputusan, meminta anggota masyarakat untuk melakukan program pemerintah, dan berbagai hubungan profesional lainnya.
Sebelum kita membahas lebih jauh dan dalam berbagai hal tentang komunikasi ini, mari kita cermati terlebih dahulu mengapa komunikasi dapat berlangsung begitu rupa, diawali dengan membahas aksioma dasar komunikasinya. Istilah aksioma dipakai di sini untuk menunjukkan bahwa prinsip dasar ini merupakan hal yang hampir tak terbantahkan lagi kebenarannya. Aksioma dasar tersebut adalah

1. Segala yang kita lakukan adalah komunikasi
Sangat tidak wajar jika kita berkomunikasi hanya karena ‘kita ingin
berkomunikasi’, sehingga semua komunikasi memiliki tujuan, manfaat, dan secara sadar memiliki motivasi tertentu. Meski hal itu benar adanya, namun seringkali kita berkomunikasi tanpa kesadaran untuk melakukannya dan pada saat yang sama bahkan kita tak menginginkannya.
Kapanpun kita terlibat dalam suatu situasi interaksi, kita pasti akan memberikan tanggapan. Bahkan, jika kita memilih untuk tidak menanggapi secara verbal atau kita memilih diam dan tak menggerakkan satu pun otot kita, maka itu pun sudah berarti sebuah tanggapan. Tanggapan tersebut, tentu saja, memiliki pesannya sendiri, juga dapat mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain, kita tidak dapat secara sukarela untuk berhenti bertingkah laku, karena perilaku tak memiliki lawan.
Pada dasarnya, kita memperlihatkan banyak tanda (petunjuk) baik verbal maupun non-verbal sebagai bentuk komunikasi kita. Oleh karenanya, seberapa besar upaya kita, kita tak dapat untuk tidak berkomunikasi (we cannot not to communicate), karena seluruh perilaku kita adalah komunikasi dan memiliki nilai pesannya sendiri.

2. Cara pesan disampaikan selalu mempengaruhi bagaimana pesan
tersebut diterima Dalam berkomunikasi terdapat dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi komunikasi berkaitan dengan tingkat data atau informasi dan menggambarkan perilaku yang diharapkan sebagai respon (tanggapan). Berlawanan dengan itu, dimensi hubungan komunikasi menunjukkan bagaimana pertukaran itu diterjemahkan, serta sinyal apa yang dipikirkan seseorang tentang orang lain. Misalnya kalimat, “Tutup Pintu!” Isi kalimat itu mengharapkan orang lain untuk melakukan suatu tindakan yaitu menutup pintu. Namun, kalimat tersebut bisa disampaikan dalam nada perintah, permohonan atau imbauan. Perbedaan cara menyampaikan itu akan
menandakan hakikat hubungan antar peserta komunikasi. Berdasarkan caracara tersebut, kita memberikan petunjuk kepada orang lain tentang bagaimana kita memandang hubungan kita dengan orang tersebut.
3. Komunikasi yang sebenarnya adalah pesan yang diterima, bukan yang
diharapkan untuk diterima.
Siapapun bisa mendengar atau melihat pesan yang disampaikan oleh orang lain. Namun, persoalan dasarnya adalah apakah orang lain tersebut mengerti apa yang kita komunikasikan, sesuai dengan harapan kita. Di sini persoalan menjadi lebih rumit. Hanya pada pesan yang dimengerti itulah kita bisa menyebutnya sebagai komunikasi, bukan seberapa banyak kita melemparkan pesan.
4. Cara kita memulai pesan seringkali menentukan hasil komunikasi.
Seringkali kita mengalami tanggapan yang tidak menyenangkan dari kawan komunikasi kita. Hal itu, seringkali, disebabkan oleh awal komunikasi yang kita lakukan. Pilihan kata dan nada suara pada awal komunikasi kita, dapat menyebabkan orang lain tersinggung dan menjaga jarak, bahkan menolak
komunikasi kita. Sehingga keberhasilan komunikasi kita akan ditentukan oleh bagaimana kita memulainya.
5. Komunikasi merupakan jalan dua arah, kita harus dapat memberi tidak
hanya menerima.
“Seorang pembicara yang baik (a good speaker) muncul dari seorang
penyimak yang baik (a good listener).” Jika komunikasi kita ingin berhasil, maka kita tidak hanya menyampaikan komunikasi dengan jelas, namun kita juga harus menyimak komunikasi orang lain, sehingga komunikasi itu menjadi jelas. Pada akhirnya, pengertian dan kesepahaman akan didapat.

6. Komunikasi adalah ‘tarian’
Komunikasi tidak hanya sekedar memberi dan menerima. Namun lebih dari itu, kita harus melakukannya bersama-sama. Suatu proses dua arah. Kita tidak bicara ‘kepada’ kawan bicara kita, namun kita bicara ‘dengan’ mereka. Oleh karenanya, tidak akan ada komunikasi yang sama. Karena pengalaman
komunikasi kita dengan mereka akan berbeda setiap saat. Seperti sebuah tarian bersama, maka semua penari harus menyelaraskan gerakannya agar terlihat indah, tidak atas kemauan pribadinya sendiri.
Dari pemahaman mengenai kenyataan dalam berkomunikasi di atas, dapat
dirumuskan hal-hal yang harus disadari oleh seorang komunikator, jika ingin melakukan komunikasi dengan baik. Seorang komunikator harus sadar bahwa:
1. Komunikasi sebenarnya tidak akan pernah terjadi, kecuali jika ada khalayak
yang mau melihat atau mendengar apa yang kita sampaikan.
2. Kita tidak hanya berkomunikasi semata-mata melalui serangkaian kata-kata,tetapi juga m s, penampilan media, dan sebagainya).
3. Berkomunikasilah kepada khalayak dalam pengalaman mereka, jika ingin mereka perhatikan.
4. Jika proses komunikasi ini menemui kesulitan, itu menjadi pertanda bahwa strategi kitalah yang salah, bukan pikiran khalayak yang salah.
5. Dan jika akhirnya kita gagal dalam proses komunikasi tersebut, maka bukan sekedar kata-kata yang harus diperbaiki, melainkan semua pikiran atau pertimbangan di balik kata-kata tersebut.
6. Sebelum mulai berkomunikasi, kita harus mengetahui persis apa yang diharapkan khalayak dari proses komunikasi tersebut.
7. Komunikasi kita akan semakin efektif jika melibatkan nilai dan aspirasikhalayak.
8. Jika yang kita nyatakan berlawanan dengan keyakinan, aspirasi, serta motivasi khalayak, maka hampir bisa dipastikan bahwa komunikasi kita gagal sama
sekali.
9. Yang menjadi masalah bukan yang ada dalam pikiran kita, melainkan apa yang
diterima dan diserap oleh khalayak.

Konsep Dan Kegiatan Manajemen Kelas

Konsep Dan Kegiatan Manajemen Kelas

Siapapun yang menjalankan usaha tentu telah melaksanakan serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan dan menilai keberhasilan dan kegagalan usahanya. Disadari atau tidak, mereka telah menempuh proses manajemen. Akan tetapi, alangkah lebih baik apabila dalam praktek usahanya Mereka menerapkan pemahaman yang mendalam tentang ilmu manajemen, tentu usahanya akan lebih terarah dan lebih mudah mencapai tujuan. Ilmu manajemen apabila dipelajari secara komprehensif dan diterapkan secara konsisten memberikan arah yang jelas, langkah yang teratur dan keberhasilan dan kegagalan dapat mudah dievaluasi dengan benar, akurat dan lengkap sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi tindakan selanjutnya. Organisasi sekolah sebagai lembaga yang bukan saja besar secara fisik, tetapi juga mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. tentu saja memerlukan manajemen yang professional. Dalam proses belajar mengajar di kelas, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ada hal yang harus dilakukan oleh guru yaitu mengelola kelas. Mengelola kelas adalah kegiatan mengatur sejumlah sumber daya yang ada di kelas sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan pengaturan sumber daya yang dilakukan di dalam kelas mencakup unsur manusia dan non-manusia, kedua unsure tersebut memiliki kedudukan yang sama penting guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Unsur non-manusia mencakup keseluruhan unsur fisik kelas, ruangan dan seluruh fasilitas yang ada di kelas baik yang akan dipergunakan langsung dalam proses pembelajaran maupun yang tidak langsung. Unsur yang mendukung langsung seperti meja, kursi dan media pembelajaran yang akan digunakan, sedangkan yang tidak langsung seperti keadaan ruangan kelas, pentilasi dan unsur fisik lainnya. Unsur manusia, adalah sejumlah perilaku yang
mungkin muncul dan akses-akses yang memungkinkan terjadinya gangguan dari sikap dan perilaku siswa di dalam kelas. Kedua unsur tersebut menjadi perhatian utama guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Karena keberlangsungan kegiatan pembelajaran berhasil tidaknya akan sangat ditentukan oleh keteraturan dari kedua unsur tersebut. Pengaturannya harus disesuaikan dengan bahan dan tujuan yang akan dicapai dari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Secara garis besar kondisi fisik kelas dan sosio-emosional siswa akan mempengaruhi jalannya kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Untuk itu diperlukan pemahaman dan keterampilan guru dalam mengatur kedua unsur tersebut, pemahaman yang dimaksudkan adalah guru harus mempelajari dan mendalami teori-teori dari kegiatan manajemen kelas yang dimaksudkan. Sedangkan keterampilan adalah kemampuan yang dapat dipraktekan oleh guru, untuk dapat memiliki keterampilan tersebut maka guru harus terus menerus mencoba dan mempraktekan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dirasakannya serta mencari bentuk-bentuk baru sebagai bentuk inovasi dalam kegiatan manajemen kelas. Dalam modul kedua ini disajikan sejumlah konsep dan teori tentang manajemen kelas yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan guru dalam mempelajari apa dan bagaimana manajemen kelas itu. Selanjutnya diharapkan guru dapat mempraktekannya secara langsung di dalam kelas sehingga dapat memahami secara jelas tentang manajemen kelas itu.
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang di dalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain. Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:
a) manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
b) manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.
c) manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Berikut ini merupakan definisi manajemen dari beberapa ahli yang mencerminkan ketiga fokus tersebut.
a) Encyclopedia of the social sciences (1957); management may be defined as the process by which the execution of a given purpose is put into operation and supervised.
b) Rue dan Byars (1996:9); management is a process that invalesguiding or directional group of people toward organizationl goals or objectivitas.
c) Hersey dan Blanchard (1988:144): merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan.
d) Stoner (1992:8) manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
e) Millet (1954); management in the process of directing and facilitating in the work of people organization in formal group to achiave a desired goal.
f) Balderton (1957) management is stimulating, and directing of human effort to utilize effectively materials and facilities to attain an objective.
g) Terry (1972); management is getting things done through the effort of other people.
h) Blanchard (2001:3); sebagai management as working with and through individuals and growth to accomplish organizational goals.
i) Sudjana (2000:77); manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
j) Manajemen sebagai suatu seni yang tercermin dalam pengertian yang dikemukakan American Society of mechanical Engineers; manajemen merupakan ilmu dan seni mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan pengendalian tenaga serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia. Management is the art and science of organizing and directing human effort applied to control the forses utilizes the materials of nature for the benefit of man.
Dengan demikian manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
Manajemen atau pengelolaan diartikan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan kelas diartikan secara umum sebagai sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dalam arti sempit kelas menunjukan suatu ruangan (dibatasi 4 dinding) atau tempat dimana murid-murid belajar, tiap bangunan sekolah di bagi kedalam ruangan-ruangan bagunan yang menunjukan ruangan kelas. Dalam arti luas kelas dapat pula diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada murid-murid dalam sutau ruangan untuk sutau tingkat tertentu pada jam tertentu. Kelas yang dimaksudkan disini adalah mencakup kedua pengertian tersebut, yaitu hanya sebagai ruangan yang menunjukan tingkatan tertentu, akan tetapi juga menunjukan kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Dengan demikian, manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai.
Menurut Dirjen Dikdasmen yang menjadi tujuan manajemen kelas adalah :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini. Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memanaj, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manjemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif. Manajemen Kelas adalah rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yaitu meliputi : tujuan pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan ruangan dan peralatan, dan pengelompokan siswa dalam belajar. (Alam S : 1B) Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru di kelas yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. (Raka Joni : 1) Pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang senagaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. (M Entang : 1) Manajemen Kelas adalah kegiatan pengelolaan perilaku murid-murid, sehingga murid-murid dapat belajar, manajemen kelas adalah :
– Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalaui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter)
– Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi pendekatan intimidasi)
– Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan permisif)
– Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (pendekatan buku masak)
– Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional)
– Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan perubahan perilaku)
– Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional)
– Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial)
Pengelolan sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sesuai dengan kemampuan.
Pengelolaan kelas yang mengharuskan guru melaksanakan berbagai tugas :
1. Perencanaan
2. Mengorganisir
3. Mengkoordinasi
4. Mengarahkan
5. Mengendalikan
6. Mengkomunikasikan
7. Merawat
8. Memupuk

Melibatkan penggunaan unsure variable tertentu
1. Waktu
2. ruang
3. Personel
4. bahan
5. Kewenangan + Tanggungjawab
6. Imbalan dan hukuman
Dalam berbagai konteks
1. Di luar sekolah
2. Di sekolah di luar kelas
3. Di kelas tanpa murid
4. Dengan murid peraturan tapi tanpa perintah
5. Dengan murid memupuk perkembangan pengendalian diri tanpa perintah
6. KBM di kelas
Dalam mewujudkan nilai-nilai tertentu
1. Pencapaian tujuan secara efektif
2. Efisiensi
3. Antara kelompok dan individu-individu
4. Antar peran
5. Antar kepribadian
6. Antar tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Melalui pemecahan sejumlah ketegangan
1. Antar sekolah dengan kebudayaan
2. Antar pesan dan kepribadian
3. Antar kelompok dan individu
4. Antar peran
5. Antar kepribadian
6. Antar keadaan sekarang dan yang akan datang
Yang berbeda sifat dan keseriusannya menurut factor-faktor situasional
1. Besarnya kelompok
2. Usia dan latar belakang murid
3. Kesetiakawanan kelompok
4. Konteks organisasi
5. Tujuan
6. Kecukupan ruang dan sumber
Menurut cara-cara yang dipengaruhi oleh pandangan ideologis sekolah dan guru-guru
1. Orientasi tugas
2. Orientasi individu
3. Orientasi Kelompok
Model Konseptual Pengelolaan Kelas (M.C. Wrag : 1997)

Tulisan Lain

  • Mengenal Pembelajaran Kooperatif;>>>baca
  • Fungsi Guru dalam Manajemen Kelas;>>>baca
  • Pendidikan dan Peningkatan Kualitas Moral Bangsa;>>>baca
  • Fitur Umum Anak Anak dalam Mempelajari Bahasa Inggris di SD;>>>baca
  • DownLoad E-Book Kumpulan Cerpen AA Navis dan lain lain;>>>baca
  • Fungsi Guru dalam Manajemen Kelas

    Fungsi Guru dalam Manajemen Kelas

    Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Dalam prosesnya aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisihkan; melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai director dan facilitator of learning – pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar. Beberapa prinsip umum tentang mengajar:
    1) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa
    2) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis
    3) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa
    4) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar
    5) Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
    6) Mengajar harus mengikuti rpinsip psikologis tentang belajar.
    Arti belajar; Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara sengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:
    a) Kesiapan (readiness); yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu
    b) Motivasi; yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu
    c) Tujuan yang ingin dicapai.

    Beberapa prinsip umum tentang belajar:
    1) Proses belajar adalah kompleks namun terorganisasi
    2) Motivasi penting dalam belajar
    3) Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang kompleks.
    4) Belajar melibatkan proses perbedaan dan penggeneralisasian berbagai proses.
    Prinsip-prinsip Belajar
    – Untuk dapat belajar dengan baik, siswa membutuhkan suasana yang wajar, tanpa tekanan.
    – Untuk dapat belajar dengan baik, siswa membutuhkan suasana yang merangsang
    – Dalam proses belajar mengajar, siswa sering membuthkan bimbingan dan bantuan guru
    – Dalam Proses Belajar mengajar, siswa membuthkan kesempatan untuk berkomunikasi, baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya
    – Kebutuhan siswa akan poin 1,2,3 dan 4 berbeda dalam ragam dan kadarnya.

    Keterampilan Dasar Mengajar

    Jenis-jenis keterampilan mengajar terbatas, mempunyai rentangan dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang mengimplementasikan guru sebagai pusat keaktifan sampai kepada penciptaan situasi yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara optimal. Jenis–jenis keterampilan mengajar tersebut meliputi:
    1. Keterampilan Bertanya (Dasar dan Lanjutan)
    2. Keterampilan Memberi Penguatan
    3. Keterampilan Mengadakan Variasi
    4. Keterampilan Menjelaskan
    5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
    6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
    7. Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
    8. Keterampilan Mengelola Kelas

    Yang dimaksud dengan keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan.

    Tujuan

    1) Tujuan untuk siswa
    Keterampilan mengelola kelas bagi siswa mempunyai tujuan untuk: Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya. Membantu siswa agar mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.

    2) Tujuan untuk Guru
    Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya dalam: Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah proses belajar mengajar secara efektif. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi dan yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebihan atau terus menerus melawan di kelas.
    Komponen-Komponen
    Pada garis besarnya keterampilan mengelola kelas terbagi dua bagian yaitu;

    1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

    Menunjukan sikap tanggap,
    Guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul pada siswa dan memberikan tanggapan-tanggapan atas perilaku tersebut dengan maksud tidak menyudutkan kondisi siswa, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik.

    Membagi perhatian,
    Kelas diisi lebih dari satu orang akan tetapi sejumlah orang (siswa) yang memiliki keterbatasan-keterbatasan yang berbeda-beda yang membutuhkan bantuan dan pertolongan dari guru. Perhatian guru tidak hanya terpokus pada satu orang atau satu kelompok tertentu yang dapat menimbulkan kecemburuan, tapi perhatian harus terbagi dengan merat kepada setiap anak yang ada di dalam kelas.

    Memusatkan perhatian kelompok,
    Munculnya kelompok informal di kelas, atau pengelompokan karena di sengaja oleh guru dalam kepentingan pembelajaran membutuhkan kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya, terutama ketika kelompok perhatiannya harus terpusat pada tugas yang harus diselesaikan.

    Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas,
    Untuk mengarahkan kelompok kedalam pusat perhatian seperti dijelaskan di atas, juga memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya maka tugas guru adalah emamparkan setiap pelaksanan tugas-tugas tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus dilaksanakan anak secara bertahap dan jelas.

    Menegur,
    Permasalahan bisa terjadi dalam hubungannya antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang sesuai dengan tugas dan perkembangan siswa. Sifat dari teguran tidak merupakan hal yang memberikan efek penyerta yang menimbulkan ketakutan pada siswa tapi bagaimana siswa bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya. memberi penguatan, penguatan adalah Upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada siswa lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang bersipat moril juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan.

    2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal Memodifikasi tingkah laku
    Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku kedalam tuntutan kegiatan pemebelajaran sehingga tidak muncul prototyfe pada diri anak tentang peniruan perilaku yang kurang baik. Pengelolaan kelompok
    Kelompok kecil ataupun kelompok belajar di kelas adalah merupakan bagaian dari pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang terapkan oleh guru. Kelompok juga bias muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, teman karena gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaiant ujuan pembelajaran maka kelompok yang ada dikelas itu harus di kelola dengan baik oleh guru. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
    Permasalahan memiliki sifat perennial (akan selalu ada) dan nurturan effect, oleh karena itu permasalahan akan muncul didalam kelas kaitannya dengan interaksi dan akan diikuti oleh dampak pengiring yang besar bila tidak bias diselesaikan. Guru harus dapat mendeteksi permasalahan yang mungkin muncul dan dengan secepatnya mengambil langkah penyelesaian sehingga ada solusi untuk masalah tersebut.
    Hal-hal yang harus dihindari
    Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari guru dalam mempraktekkan keterampilan mengelola kelas adalah :

    1) Campur tangan yang berlebihan, campur tangan yang berlebihan dari guru kepada setiap perilaku kedirian siswa akan memberikan damapak yang kurang baik, oleh karena itu campur tangan dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik di kelas.

    2) Kesenyapan, proses kesenyapan memang diperlukan di kelas tapi tidak merupakan kegiatan yang berjalan dengan akumulasi yang cukup panjang, karena dapat menimbulkan perilaku yang berlebihan dari siswa dan dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan teman lainnya.

    3) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, awal dan akhir kegiatan adalah hal yang krusial bagi guru. Awal adalah pembuka jalan dalam mengorganisasikan pikiran anak untuk menemukan dan melakukan berbagai hal di kelas terutama kaitannya dengan tugasnya dan akhir adalah bentuk akumulasi tentang pemahaman atas kegiatan dan kegiatan lanjutan yang akn dilakukan siswa.

    4) Penyimpangan, bentuk perilaku yang menyimpang baik secara individual maupun kaitannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

    5) Bertele-tele, kata atau kalimat yang bertele-tele dan kegiatan yang bertele-tele akan menimbulkan kebosanan dan ketidak nyamanan ketika hal itu tertuju pada satu orang saja atau pada satu pokok bahasan saja.

    6) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu, banyak hal yang baru bagi siswa yang dapat disampaikan, dan banyak hal lainnya yang juga memerlukan pengulangan. Prinsipnya adalah dimana ketika terjadi proses pengulangan adalah bentuk untuk mengkaitkan pokok bahasan, menegaskan, dan mencontohkan. Karena pengulangan bisa memunculkan persepsi yang kurang baik pada diri siswa, mungkin akan muncul anggapan bahwa guru tidak bias mengajar.
    Fungsi Guru dalam Pembelajaran (Manajemen Kelas)

    1. Fungsi Instruksional
    Sepanjang sejarah keguruan, tugas atau fungsi guru yang sudah tradisional adalah mengajar (to teach), yaitu ; 1) menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada murid, 2) memberikan tugas-tugas kepada mereka, dan 3) mengoreksi atau memeriksanya. Fungsi intruksional inilah yang masih selalu diutamakan oleh hampir semua orang yang disebut guru, dan fungsi instruksional ini masih dominan dalam karier besar guru.

    2. Fungsi Edukasional
    Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi juga harus mendidik (to educate). Fungsi educational ini harus merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini setiap guru harus berusaha mendidik murid-muridnya menjadi manusia dewasa.

    3. Fungsi Managerial
    Fungsi kepemimpinan atau managerial guru ini dalam administrasi sekolah modern tidak hanya terbatas di dalam kelas, akan tetapi juga menyangkut situasi sekolah dimana ia bekerja, bahkan menynangkut pula kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat.

    Harapan Besar terhadap Lesson Study

    Harapan Besar terhadap Lesson Study

    Sudah banyak program peningkatan kualitas guru yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak
    terkait di Indonesia. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan seperti itu seakan tidak memberikan
    perubahan berarti bagi pembelajaran di dalam kelas. Setelah mengikuti suatu kegiatan penataran,
    cara guru mengajar tetap saja seperti sebelum mengikuti kegiatan penataran. Salah satu program besar yang pernah dilakukan adalah peningkatan profesionalisme guru melalui PKG. Berdasarkan pengalaman dalam mengelola PKG di Indonesia, Adey, Hewitt, Hewitt, dan Landau (2004) menyatakan bahwa perubahan di sekolah dan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal berikut. Pertama, proses penyusunan kurikulum harus benar-benar melibatkan guru sehingga guru bukan sekedar pengguna yang ditunjuki “bagaimana cara menggunakannya”. Kedua, perubahan tidaklah dapat dipaksakan. Guru hendaknya diperlakukan sebagai partner dalam program yang dilakukan.Ketiga, coaching dalam kelas merupakan sesuatu yang esensial. Coaching berperan penting sebagai pembawa perubahan pedagogi praktis dalam kelas. Keempat, perubahan berlangsung secala pelan, tidak menentu, kadang berbalik lagi, namun kadang juga bergerak maju.

    Berkaca dari pengalaman sulitnya meningkatkan profesionalisme guru, sambutan yang
    hangat dan antusias, disertai harapan yang tinggi selalu diberikan terhadap program baru,
    termasuk Lesson Study. Antusiasme terhadap Lesson Study terlihat jelas dari banyaknya pihakpihak yang ingin tahu dan terlibat dalam pelaksanaan Lesson Study. Lesson Study selalu menjadi topik pembicaraan bagi sebagian besar orang di FPMIPA UPI, sehingga sebagian orang merasa ketinggalan jaman apabila tidak menyebut Lesson Study. Di kalangan sekolah dan guru-guru pun demikian. Gencarnya sosialisasi dan promosi yang dilakukan membuat sekolah dan guru tertarik untuk mengetahui (dan tentunya berharap) tentang Lesson study.

    Apa itu Lesson study?
    Salah satu kegiatan kerjasama antara JICA dan beberapa universitas mantan IKIP (UPI, UNJ,
    dan UM) adalah pelaksanaan “Piloting” yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan mengujicobakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar MIPA di SMA dan SMP di Indonesia. Kegiatan Piloting sesungguhnya merupakan langkah “persiapan” untuk melaksanakan program berikutnya yang disebut Lesson Study.
    Sekalipun program Piloting hanya dilaksanakan secara terbatas, program ini dinilai dapat meningkatkan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif, misalnya adanya penerapan pendekatan-pendekatan yang berpusat pada siswa (Rustaman, Widodo, Anggraeni & Junaengsih,
    2005; Saito, 2004) dan peningkatan keterampilan proses siswa.
    Mulai tahun 2005 FPMIPA UPI sangat giat melaksanakan Lesson Study dengan beberapa sekolah mitra di Bandung. Sejak tahun 2006 FPMIPA UPI bahkan mendapatkan kepercayaan untuk membina Lesson Study di wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Mulai tahun 2006 FPMIPA UPI juga mencanangkan bahwa Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa FPMIPA dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip Lesson Study. Analisis pelaksanaan Lesson Study dalam PPL (Widodo, Sumarno, Nurjhani, dan Riandi, 2007) mengungkapkan Lesson Study dalam PPL belum memberikan peningkatan keterampilan calon guru. Namun
    demikian, hasil tersebut masih menaruh harapan apabila pola ini diterapkan untuk jangka waktu yang panjang, sebab menurut pendapat mahasiswa dari hasil wawancara mereka berpendapat bahwa lesson study bermanfaat dalam hal menumbuhkan semangat dan ispirasi perbaikan
    kualitas pembelajaran.
    Lesson study merupakan sebuah adaptasi program peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di Jepang. Lesson Study dinilai sebagai rahasia keberhasilan Jepang dalam peningkatan kualitas pendidikannya. Stigler dan Hiebert (1999) mengidentifikasi beberapa faktor
    yang membuat lesson Study bisa meningkatkan kualitas pendidikan Jepang:
    • Lesson study didasarkan pada model peningkatan pembelajaran yang sifatnya terusmenerus.
    Sekalipun peningkatan yang dicapai melalui satu kegiatan Lesson Study hanya kecil saja, namun karena kegiatan dilaksanakan terus menerus maka peningkatan itu
    menjadi besar.
    • Lesson Study selalu memfokuskan pada bagaimana membuat siswa belajar. Tujuan pendidikan adalah untuk membuat siswa belajar, oleh karena itu segala program
    pendidikan hendaknya diarahkan untuk membantu agar siswa meningkat dan berhasil dalam belajar.
    • Lesson Study memfokuskan pada peningkatan yang bisa langsung dimanfaatkan dalam konteks yang ada. Setiap kegiatan pembelajaran merupakan satu unit yang harus
    dianalisis dan ditingkatkan sehingga perbaikan yang dimaksud bisa langsung diterapkan.
    • Lesson Study merupakan sebuah kolaborasi. Dengan melakukan kolaborasi para guru bisa saling langsung bertukar pikiran dan saling memberi masukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kegiatan Lesson Study sesungguhnya merupakan tempat bagi
    para guru untuk belajar.
    • Guru yang terlibat dalam Lesson study merasa bahwa mereka memberikan kontribusi terhadap ilmu mengajar dan juga terhadap perkembangan profesionalisme dirinya. Oleh
    karena itu Lesson Study bukan hanya mengembangkan profesionalisme guru namun juga mengembangkan ilmu tentang mengajar.
    Dari penjelasan di atas, jelas bahwa Lesson Study sesungguhnya merupakan wahana bagi guru untuk mengembangkan profesionalisme dirinya. Prinsip utama Lesson Study adalah peningkatan kualitas pembelajaran pembelajaran secara bertahap dengan cara belajar dari pengalaman sendiri dan orang lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
    Dalam Lesson Study bukan hanya guru yang melaksanakan pembelajaran saja yang dapat
    memetik manfaat, namun terlebih lagi observer (guru lain/mitra, mahasiswa, dosen, dan pihakpihak lain) yang hadir pada saat pembelajaran. Dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru, observer didorong untuk merefleksikan pembelajaran yang
    dilaksanakannya dan bagaimana meningkatkan kualitasnya. Oleh karena itu Lesson Study
    sesungguhnya merupakan forum belajar bersama untuk saling belajar dari pengalaman guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

    Pentingnya pengalaman “belajar dari orang lain” dan pengalaman nyata bagaimana orang lain melakukan pembelajaran sudah sering diungkapkan dalam berbagai literatur. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa guru sulit sekali berubah (Davis, 2003) dan bahwa mahasiswa calon guru lebih banyak belajar dari bagaimana mereka diajar oleh para
    dosennya dan bukan dari apa yang dipaparkan dosen tentang cara mengajar yang baik (Mellado, 1998). Karena Lesson Study merupakan sumber contoh-contoh nyata tentang bagaimana melakukan pembelajaran, partisipasi sebagai observer dalam Lesson Study atau mengamati
    rekaman video Lesson Study dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru.

    Praktik pelaksanaan Lesson Study

    Lesson study pada dasarnya mengikuti pola Plan – Do – See. Pada fase plan, guru menyusun rencana pembelajaran. Penyusunan rencana pembelajaran biasanya dilakukan bersama-sama oleh para guru dan sering juga melibatkan dosen. Pada fase Do, guru yang ditunjuk menjadi guru model melaksanakan kegiatan pembelajaran. Fase do biasanya menjadi open lesson yang
    disaksikan oleh guru lain, dosen, dan observer dari pihak-pihak lain. Setelah open lesson dilakukan fase see yang berisi refleksi pelaksanaan pembelajarn dalam open lesson.
    Pola dasar Lesson Study sesungguhnya pola yang logis dan tepat. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait pelaksanaan Lesson Study ini sebab ada beberapa masalah serius yang muncul terkait pola ini. Beberapa permasalahan yang timbul diantaranya

    1. Karena Lesson Study menonjolkan fase do (open lesson), banyak orang berpikir bahwa Lesson Study adalah open lesson. Banyak orang mengidentikkan lesson study dengan open lesson. Karenanya apabila telah selesai mengamati open lesson beberapa orang
    berpendapat lesson study sudah selesai. Padahal Lesson Study yang sesungguhnya baru dimulai bagi para observer, yaitu seberapa banyak mereka belajar dari mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain.

    2. Karena banyak observer yang belum terbiasa untuk belajar dari orang lain, seringkali observer kurang fokus dalam melakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh observer biasanya masih bersifat superficial (permukaan) dan belum menyentuh esensi
    pembelajaran. Lesson study sesungguhnya adalah kajian pembelajaran dan bukan sekedar melihat pembelajaran.

    3. Fase refleksi yang seharusnya menjadi sesi refleksi untuk semua pihak yang terlibat seringkali hanya menjadi ritual pelengkap lesson study. Karena ada “konsensus” untuk tidak mengkritik guru, observer seringkali hanya menyampaikan “pujian” terhadap guru model yang tampil dan kurang memberikan inspirasi untuk belajar, baik bagi dirinya maupun orang lain.

    Autokritik pelaksanaan Lesson Study

    Sebagai pelaku Lesson study, saya menyampaikan beberapa autokritik untuk peningkatan pelaksanaan Lesson study.

    1. Lesson Study yang telah dilakukan seringkali hanya menjadi ritual tanpa ruh. Rukun dan wajib Lesson study (meminjam istilah peribadatan Islam), memang telah memenuhi syarat dan sah, dalam artian bahwa pola dan desain telah sesuai, namun pelaksanaan Lesson study belum bisa membangkitkan motivasi peserta untuk belajar dan meningkatkan profesionalisme.

    2. Keterlibatan dalam Lesson study (guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen) lebih dikarenakan ada kewajiban formal dan kedinasan yang harus dilakukan, belum sampai
    didasarkan karena kesadaran untuk meningkatkan profesionalisme masing-masing.
    Karenanya apabila kewajiban formal tersebut tidak ada lagi, lesson study juga tidak dilaksanakan lagi. Sekalipun sudah terlibat dalam kegiatan lesson study berkali-kali
    dalam waktu beberapa bulan, namun apabila tidak ada tugas untuk melakukan lesson study, maka hanya sedikit saja diantara mereka yang dengan kesadaran sendiri
    melakukan lesson study. Karena itu kegiatan lesson study di masa mendatang hendaknya juga memperhatikan bagaimana mengubah lesson study menjadi kebutuhan dan bukan sekedar menjalankan kewajiban.

    3. Lesson study bukanlah cara instan untuk meningkatkan profesionalisme. Lesson Study
    merupakan proses yang sifatnya evolusioner, bukan revolusioner. Oleh karena itu semua pihak harus bersabar untuk memetik hasilnya.

    4. Program peningkatan profesionalisme guru haruslah menjadi agenda rutin pendidik dan tenaga kependidikan. Lesson study hendaknya jangan dijadikan “proyek” namun
    merupakan usaha untuk meningkatkan diri secara teratur, terencana, dan terus menerus.

    Daftar Pustaka
    Adey, P., Hewill, G., Hewitt, J. & Landau, N. (2004). The professional development of teachers:
    Practice and theory. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers
    Davis, K. S. (2003). “Change is hard”: What science teachers are telling us about reform and
    teacher learning of innovative practices. Science and Education, 87(1), 3-30.
    Mellado, V. (1998). The classroom practice of preservice teachers and their conceptions of
    teaching and learning. Science Education, 82, 197-214.
    Rustaman, N., Widodo, A., Anggraeni, S. Junaengsih, N. (2005). Evaluasi Pelaksanaan
    Kegiatan Piloting Biologi. FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
    Saito, E. (2004). Indonesian lesson study in practice: Case study of IMSTEP. Paper disajikan
    dalam Workshop bagi Guru-Guru Matematika dan Sains. Bandung.
    Stigler, J. W., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for
    Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
    Widodo, A. Riandi, Amprasto & Wulan, A. R. (2006). Analisis dampak program-program
    peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kualitas pembelajaran sains
    di sekolah. Laporan penelitian Hibah Kebijakan Balitbang Depdiknas.
    Widodo, A. Sumarno, U., Nurjhani, M., & Riandi. (2007). Peranan lesson study dalam
    peningkatan kemampuan mengajar mahasiswa calon guru. Varidika, 19 (1),

    Membangun Komunikasi iNtern di Sekolah;>>>> Baca

    Tindak Tutur;>>>> Baca

    Disonansi Moral Anak Jaman Sekarang;>>>> Baca

    Variasi dan Jenis Morfem;>>>> Baca

    CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA;>>>>>>>>> Baca buka semua