Menulis Karya Ilmiah

Menulis Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.

Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.

Karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

Karakteristik Karya Ilmiah

Karakteristik sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa.

Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Persiapan Penulisan Karya Ilmiah

Tahap persiapan penulisan karya ilmiah terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut ini.
Pemilihan topik/masalah untuk tulisan, yang dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan dengan jelas dan spesifik serta menentukan dan menelusuri topik tulisan agar lebih terfokus.
Pengidentifikasian calon pembaca.
Penentuan cakupan materi untuk tulisan.

Pengumpulan Informasi untuk Penulisan Karya Ilmiah

Proses pengumpulan data/informasi untuk keperluan penulisan karya ilmiah dapat dilakukan dengan cara penelusuran bahan atau sumber bacaan di perpustakaan dan melacak informasi dari orang-orang yang ahli dalam bidang tertentu dengan jalan mewawancarainya.
Dalam memanfaatkan perpustakaan, ada beberapa bagian yang perlu diketahui cara penggunaannya, yaitu encyclopedia, bibliografi, periodical, referensi, data statistik, dan terbitan-terbitan pemerintah.
Penelusuran pustaka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu lewat online catalog, biasanya menggunakan terminal komputer sebagai sumber informasinya, dan card-catalog (kartu katalog), di mana semua informasi tentang pengarang/penulis buku/artikel, judul buku dan subjek/topik tulisan dicatat dalam kartu.
Terdapat 3 (tiga) jenis kartu katalog yang, dapat digunakan pada saat penelusuran pustaka, yaitu kartu katalog yang berisi informasi tentang pengarang/penulis, judul buku/artikel dan subjek/topik yang ditulis.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelusuran data/informasi untuk tulisan dengan cara wawancara adalah berikut ini.
• Menentukan siapa yang akan diwawancarai.
• Mengembangkan pedoman wawancara.
• Melaksanakan wawancara.
• Mengolah data hasil wawancara.
• Pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan merupakan salah satu prasyarat terpenting yang menentukan keberhasilan suatu wawancara. Pedoman wawancara ini harus dikembangkan berdasarkan cakupan materi atau permasalahan yang akan dikembangkan dalam karya tulis ilmiah.

Teknik Menulis dan Kemampuan Berpikir Ilmiah

Karya tulis ilmiah adalah hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada fakta, peristiwa, dan gejala yang disampaikan secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik, cermat, tepat, jujur, dan tidak bersifat terkaan, sistematis, dilengkapi dukungan dan pembuktian, tulus, dan bersifat ekspositoris
Empat tabu bagi penulis ilmiah adalah mengakui tulisan orang lain, menukangi, menutupi kebenaran dengan sengaja, dan menyulitkan pembaca.
Faktor yang mempengaruhi kualitas tulisan ilmiah dilihat dari penggunaan bahasa adalah pemilihan kata yang tepat, pendefinisian yang tepat, dan penulisan yang singkat. Sementara itu, tulisan ilmiah yang komunikatif dapat dihasilkan dengan memperhatikan gaya menulis, penyampaian ide, dan ekspresi.

Teknik Menulis Artikel Konseptual

Tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas tulisan adalah panjang tulisan, judul, dan nada.
Abstrak tulisan konseptual (75-100 kata) mencakup informasi tentang topik (yang dinyatakan dalam satu kalimat), tujuan, hipotesis, ruang lingkup artikel, sumber yang digunakan (misalnya observasi personal, literatur yang dipublikasikan), dan kesimpulan.

Teknik Menulis Laporan dan Artikel Penelitian

Tujuh aspek materi yang harus diperhatikan pada saat menulis laporan atau artikel ilmiah (Bartol, 1981) adalah signifikansi pertanyaan penelitian, reliabilitas dan validitas instrumen penelitian, kesesuaian hasil dengan variabel yang diteliti, kesesuaian desain penelitian, keterwakilan populasi dalam partisipan, penerapan standar etika, dan kesiapan pelaporan hasil.
Tujuh aspek teknis yang harus diperhatikan kelengkapannya dalam menulis laporan atau artikel hasil penelitian adalah halaman judul, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi, dan referensi

Bagaimana Pembaca Memahami Tulisan

Input dalam proses membaca ialah bahan tertulis yang dibaca, sedangkan output-nya adalah pemahaman terhadap bahan tertulis tersebut. Input lainnya dalam kegiatan membaca ialah kondisi yang mempengaruhi pembaca. Kondisi tersebut di antaranya ialah kondisi internal pembaca yang meliputi pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Pengetahuan pembaca terhadap kata berhubungan dengan aspek semantik, sintaktik, dan pragmatik dari kata tersebut. Aspek semantik berkaitan dengan makna luas dari sebuah kata itu. Aspek sintaktik terkait dengan pengkategorian kata. Pengetahuan pembaca mengenai aspek pragmatik memungkinkan pembaca memahami arti kata dalam tulisan berdasarkan arti secara keseluruhan dari tulisan tersebut.
Pemaknaan kata dijelaskan dalam dua teori berikut. Pertama, makna kata merujuk pada objek yang dinyatakan oleh kata tersebut. Misalnya, makna kata “kursi” terkait dengan objek yang digunakan untuk duduk. Namun, tidak semua kata memiliki objek sebagai rujukannya. Teori lain menyatakan bahwa kata tidak merujuk kepada objek tetapi pada konsep. Oleh karena itu, kata tertentu tetap digunakan meskipun objeknya telah berganti.
Proses membaca dipengaruhi oleh empat kondisi pembaca, yaitu (1) kemampuan pembaca dalam memproses kata dan kalimat, (2) kemampuan pembaca memahami apa yang tersirat, (3) kemampuan pembaca menangani kata-kata baru, dan (4) kemampuan pembaca untuk memilih informasi dalam tulisan berdasarkan kebutuhannya.

Target Pembaca

Pemahaman terhadap target pembaca dan karakteristiknya merupakan kunci untuk membuat tulisan ilmiah yang berhasil. Penulis perlu mencari tahu hal-hal yang terkait dengan target pembaca melalui pertanyaan
(1) siapa yang akan membaca tulisan ini,
(2) apa yang mereka ketahui mengenai subjek yang ditulis ini,
(3) mengapa mereka akan membaca tulisan ini, dan
(4) bagaimana mereka akan membaca tulisan ini?

Target pembaca digolongkan dalam
(1) masyarakat akademis,
(2) masyarakat ilmiah,
(3) penyandang dana, dan
(4) masyarakat umum.

Karakteristik dari target pembaca masyarakat akademis ialah bersifat menguji terhadap tulisan ilmiah yang dibacanya. Pembaca memfokuskan pada keakuratan informasi serta cara memperoleh informasi tersebut.
Karakteristik target pembaca ini ialah mereka membaca untuk menambah pengetahuan keilmuan dalam bidangnya. Laporan ilmiah untuk target pembaca masyarakat ilmiah mementingkan unsur kebaruan dan keaslian. Informasi ilmiah yang baru dan orisinal sangat dihargai oleh target pembaca masyarakat akademis.
Laporan ilmiah untuk target pembaca penyandang dana menekankan pada kekonsistenan terhadap TOR. Informasi dalam laporan ilmiah perlu konsisten dengan yang disyaratkan pada TOR. Meskipun laporan ilmiah merupakan “pesanan” penyandang dana, namun objektivitas perlu dijaga sesuai dengan etika ilmiah. Pengertian pesanan dalam hal ini, hanyalah menyangkut tujuan kegiatan ilmiah, bukan pada hasilnya.
Penulisan yang ditujukan pada target pembaca masyarakat umum memerlukan cara mengomunikasikan hasil penelitian yang hati-hati, cermat, dan teliti. Pengungkapan harus lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam dengan cara pengungkapan bahasa sehari-hari yang populer. Istilah teknis sedapat mungkin dihindari agar memudahkan pembaca memahaminya. Topik yang diangkat dalam tulisan difokuskan pada informasi yang sudah pasti saja yang sudah disepakati oleh kebanyakan pakar. Laporan ilmiah dengan target pembaca masyarakat umum perlu menekankan pada informasi yang praktis dan terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Sistematika dan Cara Penyusunan Laporan Penelitian

Secara umum, sistematika suatu laporan penelitian yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu
(1) bagian pembuka,
(2) bagian inti, dan
(3) bagian penutup.

Bagian pembuka sebuah laporan penelitian lengkap harus mengandung komponen-komponen berikut ini.
•Judul.
•Halaman judul.
•Halaman pengesahan.
•Halaman penerimaan.
•Kata pengantar.
•Abstrak.
•Daftar isi.
•Daftar tabel.
•Daftar grafik, bagan atau skema.
•Daftar singkatan dan lambang.

Bagian pembuka umumnya digunakan apabila laporan penelitian merupakan tulisan yang berdiri sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan.

Bagian inti merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin disampaikan. Pada bagian inti inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran disajikan secara lengkap.

Pendahuluan merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan
Kajian Pustaka dan Kerangka Teori
Kajian pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan antarvariabel tersebut.
Metodologi Penelitian
Pada bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta kelemahan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Simpulan dan Saran
Simpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Simpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan
Bagian penutup pada umumnya terdiri dari (1) daftar pustaka, (2) lampiran, serta (3) daftar indeks dan atau glosarium. Daftar pustaka merupakan hal yang wajib dicantumkan, sedangkan lampiran dan daftar indeks hanya dituliskan apabila diperlukan. Daftar pustaka yang dimasukkan adalah hanya yang signifikan dan terkait dengan penelitian, baik dalam bentuk bahan cetakan, elektronik atau seminar. Daftar Pustaka yang disusun sesuai standar internasional yang paling banyak digunakan, yaitu standar dari Association of American Psychology (APA).
Lampiran dapat berupa tabel, gambar, peta, bagan, instrumen penelitian, seperti kuesioner atau daftar checklist untuk observasi, dan bentuk lain yang terkait dengan penjelasan yang telah dipaparkan dalam bagian inti laporan.
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang terdapat pada laporan. Penulisan indeks harus berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah yang akan dituliskan. Penulisan Indeks ditujukan agar pembaca dapat dengan cepat mencari istilah atau kata-kata khusus yang terdapat dalam laporan tersebut.

Sistematika dan Cara Penyusunan Makalah
Makalah pada dasarnya merupakan bentuk karya ilmiah yang paling sederhana di antara karya ilmiah lainnya. Menurut Efendi (1991) makalah diartikan sebagai karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah juga dapat berupa penyajian pemikiran ataupun mendiskusikan suatu wacana yang dianalisis secara ilmiah, yang juga terdiri dari bagian pembuka, inti dan penutup.

Bagian pembuka pada penulisan makalah sangat sederhana dan umumnya dituangkan dalam halaman judul saja. Karena sifatnya yang singkat, pada umumnya antara 5-20 halaman tergantung keperluan dan aturan yang dikenakan maka pada makalah tidak lazim disertakan keterangan, misalnya “Daftar Isi” dan “Kata Pengantar”.

Bagian inti makalah hasil penelitian, seperti halnya pada laporan penelitian, berisi pengantar/pendahuluan, metodologi penelitian, kajian pustaka dan kerangka teori, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran. Perbedaannya dengan laporan penelitian, penyampaian uraian unsur-unsur ini dalam makalah disajikan dalam versi yang lebih singkat.

Bagian penutup digunakan untuk menyampaikan simpulan hasil penelitian.

Penyusunan Abstrak
Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah. Menurut Houghton (1975) abstrak dapat didefinisikan sebagai rangkuman informasi yang terdapat dalam sebuah dokumen. Abstrak untuk karya ilmiah harus menyajikan rangkuman singkat dari tiap bagian penting dalam karya ilmiah seperti pembukaan, kajian materi dan metode, hasil, dan pembahasan.

Dalam penulisan sebuah karya, setidaknya ada dua jenis yaitu: abstrak informatif dan abstrak deskriptif. Abstrak informatif merupakan ringkasan dan memuat hal-hal pokok yang asli dalam sebuah karya ilmiah. Abstrak informatif banyak digunakan dalam penulisan makalah jurnal atau penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Abstrak deskriptif dirancang untuk menunjukkan subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah, yang mempermudah calon pembaca untuk memutuskan akan membaca seluruh karya tersebut atau tidak.

Abstrak sebuah karya ilmiah dapat diterbitkan bersama-sama dengan naskah aslinya, tetapi dapat juga diterbitkan secara tersendiri. Apabila abstrak diterbitkan bersama dengan naskah aslinya maka abstrak dapat berfungsi sebagai petunjuk depan atau heading bagi pembaca. Dengan membaca abstrak, pembaca mengetahui tentang isi tulisan tersebut sehingga pembaca dapat menentukan secara cepat apakah dia perlu membacanya atau tidak atau membaca dengan cepat.

Abstrak untuk karya tulis hasil penelitian menggunakan jenis abstrak informatif yang memiliki struktur yang jelas. Seperti telah dijelaskan sebelumnya abstrak penulisan laporan penelitian pada intinya terdiri dari 5 hal penting, yaitu
(1) latar belakang,
(2) tujuan,
(3) metode,
(4) hasil, dan
(5) simpulan.

Kriteria dan Persiapan Presentasi Efektif
Presentasi yang efektif memenuhi kriteria sebagai presentasi yang komunikatif, memicu berpikir pendengarnya dan memotivasi untuk melakukan tindakan sebagai tindak lanjut. Di samping itu, presentasi efektif, materi atau isinya harus akurat, benar, tepat, dan lengkap.

Mempersiapkan suatu presentasi dilakukan melalui serangkaian langkah. Pertama, menganalisis siapa yang akan menjadi peserta atau pendengar presentasi, dengan memperhatikan di antaranya karakteristik, pekerjaan, dan minat mereka. Pemahaman terhadap pendengar akan membantu pembicara untuk membuat kaitan atau hubungan antara topik yang dibahas dengan kebutuhan dan minat peserta. Langkah kedua, menyusun garis besar materi dan melengkapi persiapan melalui riset tambahan, dilanjutkan dengan menyiapkan visual dan berlatih melakukan presentasi dengan menggunakan perangkat presentasi yang telah dikembangkan.

Bagaimana mengatasi rasa cemas sebagai pembicara yang sering menghambat seseorang untuk dapat berbicara dengan efektif, dengan cara menguasai materi pembicaraan dengan baik. Dalam menyampaikan presentasi perlu memberikan penekanan pada pokok-pokok pikiran yang penting dan menggunakan ilustrasi dalam berbagai bentuk visual, menggunakan pandangan mata untuk berkomunikasi dengan pendengar, menggunakan tanya jawab untuk memberikan klarifikasi berbagai pokok pembahasan serta menepati waktu presentasi baik pada waktu memulai dan mengakhiri presentasi.

Pembicara yang baik perlu melakukan evaluasi apa yang telah dilakukan dan menggunakan hasilnya untuk perbaikan presentasi pada kesempatan lain.
Sumber Buku Teknik Menulis Karya Ilmiah Karya I.G.A.K. Wardani, dkk

Daftar Pustaka
Hamilton, C. & Parker, C. (1997). Communicating For Results. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.
__________. (1997). Membuat Presentasi yang Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moh.Yunus. (2004). 10 Kesalahan Utama dalam Presentasi. http://indosdm.com/displayarticle18.html
Radel, J. (2004). Preparing Effective Oral Presentations. http://www.kumc.edu/SAH/OTEd/jradel/Preparing_talks/TalkStrt.html

PENDEKATAN KUANTITATIF

PENDEKATAN KUANTITATIF

Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam ilmu sosiologi. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif. Pembahasan asumsi dasar yang dipakai dalam penelitian kuantitatif . Asumsi dasar itu meliputi ontologim epistemologim hakikat dasar manusia serta aksiologi.

Asumsi Dasar Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif, didasarkan pada empat asumsi, yaitu ontologi (hakikat dasar gejala sosial), epistemologi (hakikat dasar ilmu pengetahuan), hakikat dasar manusia, serta aksiologi (tujuan dilakukannya suatu penelitian).

Implikasi Pemakaian Pendekatan Kuantitatif Dalam Penelitian

Penggunaan pendekatan kuantitatif, membuat peneliti harus mengikuti suatu pola yang sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif. Implikasi yang terjadi, antara lain pola linear yang terjadi dalam tahap-tahap penelitian. Pola linear ini juga berakibat peneliti harus melakukan tahap demi tahap yang ada di dalam suatu proses penelitian.

Demikian pula dalam merumuskan permasalahan, karena asumsi aksiologi penelitian kuantitatif adalah mencari penjelasan-penjelasan dan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! hukum universal, maka permasalahan yang dirumuskan dalam pendekatan kuantitatif lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat umum. Hasil dari penelitian kuantitatif akan digeneralisasi, sehingga penggunaan sampel yang semakin mendekati jumlah populasi cenderung dilakukan di dalam penelitian kuantitatif.

TEORI DAN PENGUKURAN

Teori

Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif sangatlah penting. Hal ini dikarenakan dari teori tersebut instrumen penelitian ditentukan. Alur penjelasan dalam penelitian kuantitatif berbentuk deduktif, yaitu suatu alur berpikir yang mengawali penjelasannya dengan penjelasanpenjelasan yang bersifat umum dan mengakhiri penjelasan-penjelasan yang bersifat khusus.

Suatu pernyataan dikatakan sebagai teori bila di dalamnya terdapat serangkaian proposisi antara konsep-konsep yang Baling berhubungan, yang menjelaskan secara sistematis suatu fenomena sosial mengenai hubungan di antara konsep yang ada dan menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya serta bagaimana bentuk hubungannya.

Komponen dari teori adalah konsep-konsep, variabel-variabel, dan proposisi-proposisi. Setiap gejala sosial yang dijelaskan dengan suatu teori akan menjelaskan pula tingkat analisis dari gejala sosial yang dimaksud. Tingkat analisis terbagi menjadi dua yaitu mikro dan makro. Pada tingkat analisis terdapat unit sosial yang dapat digunakan untuk mengukur suatu variabel, unit sosial ini disebut dengan unit analisis

Fungsi teori sendiri dalam suatu penelitian kuantitatif adalah untuk merumuskan pertanyaan penelitian, mengidentifikasi konsep-konsep dan merumuskannya ke dalam bentuk variabel-variabel, merumuskan hipotesis, dan menetapkan unit analisis.

Validitas dan Reliabilitas

Tahap-tahap pengukuran dalam penelitian kuantitatif melalui tiga tahap, yaitu konseptualisasi, identifikasi variabel, dan operasionalisasi konsep. Konseptualisasi merupakan usaha untuk mengembangkan dan memperjelas arti suatu konsep. Tahap ini dimulai dengan menjelaskan gambaran mendasar dari suatu konsep melalui kata-kata dan contoh, dan diakhiri dengan suatu definisi verbal yang akurat tentang suatu konsep.

Tahap identifikasi variabel, merupakan identifikasi wujud dari suatu konsep atau bergerak dari bahasa konsep ke bahasa variabel. Seperti telah Anda ketahui bahwa variabel adalah konsep yang memiliki variasi dalam nilai dan kategorinya. Sedangkan indikator adalah contoh konkrit dari suatu variabel dengan tingkat abstraksi yang lebih rendah dari variabel. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,kerjakanlah latihan berikut!

Tahap operasionalisasi, merupakan tahap ketiga dari pengukuran dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti menjelaskan secara rinci bagaimana unit analisis yang ada dimasukkan ke dalam nilai atau kategori yang telah ditetapkan. Untuk melakukan hal itu diperlukan adanya definisi operasional. Definisi operasional merupakan gambaran rinci tentang prosedur yang perlu dilakukan dalam memasukkan (menetapkan) unit analisis ke dalam kategori suatu variabel.

Alat ukur yang telah ditetapkan sebelum digunakan terlebih dahulu hares diuji. Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah untuk melihat apakah definisi operasional telah benar-benar mengukur atau sesuai dengan definisi konseptual. Dengan kata lain, validitas berkenaan dengan tingkat kesesuaian antara definisi konseptual dan definisi operasional dari variabel. Terdapat beberapa jenis validitas, yaitu Face Validity, Content Validity, Criterion-Related validity.

Reliabilitas adalah pengujian alas ukur yang bertujuan untuk melihat stabilitas dan konsistensi dari suatu definisi operasional. Suatu alas ukur dikatakan reliabel jika kita selalu mendapatkan hasil yang tetap sama dari pengukuran gejala yang sama, meski dilakukan pads waktu yang berbeda-beds. Tiga jenis reliabilitas, yaitu stability reliability, representative reliability, equivalence reliability.

SKALA DAN INDEKS

Skala
Sistem alas ukur terdiri dari sistem nominal, ordinal, interval dan rasio. Alat ukur atau skala yang dimaksud di sini adalah skala dalam pengertian umum. Skala nominal memberikan identitas pada nilai dari variabel penelitian sehingga dapat membedakan nilai-nilai tersebut. Skala ordinal mempunyai fungsi untuk mengurutkan atau memberi jenjang. Skala interval mempunyai fungsi baik membedakan, mengurutkan maupun intervalisasi atau memberi selang yang dapat dipredeksi secara matematis besarnya sehingga menghitung dapat mudah dilakukan. Skala rasio merangkum ketiga fungsi tadi dan membuat nilai variabel dapat mempunyai perbandingan sate sama lain karena adanya kondisi pengukuran yang sama.

Indeks
Indeks dan skala berbeda dalam hal penentuan skor. Akumulasi skor untuk setiap pertanyaan adalah penentuan skor dalam indeks, sedangkan skala skor dihitung berdasarkan pola-pola atribut dari tiap nilai variabel. Dalam menyusun indeks, terdapat beberapa cara yang harus dilakukan, yaitu:
penyelesaian pertanyaan yang akan diajukan;
hubungan antar pertanyaan;
menentukan skor.

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

Terdapat metode penghitungan yang diperkenalkan oleh Guttman, Likert, Thurstore, ketiganya adalah alat ukur gabungan untuk sebuah variabel. Masing-masing memiliki kekhususannya sendiri dan mempunyai alat ukur yang spesifik serta berbeda satu sama lain. Namun dapat dilihat bahwa ketiganya banyak digunakan para peneliti untuk mengukur sikap manusia.

POPULASI DAN SAMPEL

Pengertian Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan populasi dan sampel memegang peran yang penting. Bukan, saja kita dituntut untuk memahami dengan baik, apa yang dimaksud dengan populasi dan sampel, namun kita juga harus dapat menerapkannya dengan baik dan benar. Banyak hal yang harus dijadikan pertimbangan ketika kita akan melakukan proses penarikan sampel. Perlu tidaknya kita mengambil

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

sampel, juga merupakan satu hal yang perlu kita pertimbangkan. Demikian pula besar kecilnya sampel perlu kita pertimbangkan dengan benar. Segala pertimbangan tersebut dapat berakibat pada kebenaran ilmiah dari hasil laporan yang kita lakukan.

Dalam mempelajari populasi dan sampel, terdapat beberapa konsep yang harus kita pahami baik-baik, yaitu populasi target, populasi survei, sampling unit, sampling element, unit analisis dan unit observasi, yang semua konsep tersebut saling terkait. Dalam melakukan pertimbanganpertimbangan, maka sebaiknya pertimbangan yang sifatnya praktis, seperti pertimbangan akan masalah biaya, waktu dan tenaga, jangan sampai pertimbangan praktis tersebut menjadi bahan pertimbangan utama.

Teknik Penarikan Sampel

Ada dua cara teknik penarikan sampel, yaitu secara probabilita dan non probabilita. Untuk teknik yang probabilita terbagi menjadi random sederhana, sistematis, stratifikasi, serta cluster. Demikian pula untuk yang nonprobabilita terbagi ke dalam purposive, snowball, accidental, serta quota. Sebaiknya peneliti melakukan teknik yang probabilita, karena dengan demikian hasil penelitian bisa digeneralisasikan ke tingkat populasi.

RAGAM PENELITIAN KUANTITATIF

Survai dan Eksperimen

Istilah survei biasanya dirancukan dengan istilah observasi dalam pengertian sehari-hari. Pada hal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, walaupun keduanya merupakan kegiatan yang saling berhubungan.

Menurut kamus Webster, pengertian survei adalah suatu kondisi tertentu yang menghendaki kepastian informasi, terutama bagi orangorang yang bertanggung jawab atau yang tertarik. Tujuan dari survei adalah memaparkan data dari objek penelitian, dan menginterpretasikan dan menganalisisnya secara sistematis. Kebenaran informasi itu tergantung kepada metode yang digunakan dalam survei.

Ada beberapa tipe dalam survei, yaitu:
Survei yang lengkap, yaitu yang mencakup seluruh populasi atau elemen-elemen yang menjadi objek penelitian. Survei tipe ini disebut sensus.
Survei yang hanya menggunakan sebagian kecil dari populasi, atau hanya menggunakan sampel dari populasi. Jenis ini sering disebut sebagai sample survey method.

Eksperimen adalah usaha pengumpulan data sedemikian rupa, sehingga memungkinkan memperoleh kesimpulan yang jelas, terutama kebenaran suatu hipotesis yang menyangkut hubungan sebab-akibat. Di dalam melakukan eksperimen, peneliti harus menciptakan suatu situasi buatan atau kondisi yang dimanipulasi, untuk dapat memperoleh data yang diperlukan untuk pengukuran suatu gejala yang tepat. Penelitian eksperimen tidak hanya dilakukan di suatu ruangan yang tertutup, seperti ruang laboratorium, tetapi juga dapat dilakukan di lingkungan yang tidak dibuat dengan desain khusus. Namun kedua cara ini mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Metode Polling

Akhir-akhir ini, istilah polling semakin sering terdengar. Di media massa, seperti radio, televisi, koran, majalah, melakukan polling. Dengan berkembangnya teknologi informasi, polling juga dapat dilakukan melalui internet.

Kelihatannya pelaksanaan polling lebih simpel daripada survei atau jenis penelitian lainnya, namun jika tidak memperhatikan metode atau kode etik yang berlaku, maka akan dapat merugikan lembaga penyelenggara polling itu sendiri.

Polling sangat erat dengan kaitannya dengan sistem politik di suatu negara. Ada orang yang berpendapat bahwa polling erat kaitannya dengan demokrasi. Hal ini dikarenakan pendapat umum merupakan sumber legitimasi dalam pengambilan keputusan yang demokratis. Jadi jika akhir-akhir ini di Indonesia sering dilakukan polling oleh media massa maupun lembaga lain, dan hasil dari polling tersebut sangat berperan dalam pengambilan keputusan, maka dapat dikatakan negara kita semakin demokratis. Apa polling itu?

Menurut Eriyanto (1999), polling adalah suatu penelitian (survei) dengan menanyakan kepada masyarakat mengenai pendapat suatu isu/masalah tertentu. Secara metodologis, polling adalah suatu teknik untuk menyelidiki apa yang dipikirkan orang terhadap isu/masalah yang muncul. Jadi polling adalah metode untuk mengetahui pendapat umum (public opinion).

Pengertian tentang pendapat umum (public opinion) adalah sebagai apa yang dipikirkan, sebagai pandangan dan perasaan yang sedang berkembang di kalangan masyarakat tertentu mengenai setiap isu yang menarik perhatian rakyat.

Ada beberapa tahapan dalam polling, yaitu: penentuan topik, menentukan tujuan polling, menentukan populasi, menentukan metode pengambilan data yang akan digunakan clan menentukan teknik pengolahan data dan penyajian hasil (publikasi).

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pembuatan Koesioner

Terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh dalam membuat kuesioner yaitu:
Menyusun pertanyaan

Dalam tahap ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Kejelasan konsep atau variabel yang akan digunakan.
Standarisasi pertanyaan.
Objektivitas pertanyaan.
Relevansi unit pengamatan.
Isi pertanyaan

Isi pertanyaan berkaitan dengan jenis pertanyaan yang terdiri dari 4

jenis pertanyaan, yaitu tentang:
fakta;
opini;
informasi atau pengetahuan;
persepsi diri.

Terdapat 4 tipe kesalahan yang harus diperhatikan dalam menyusun pertanyaan, yaitu:
satu pertanyaan yang mengandung dua pertanyaan;
kata-kata tidak jelas atau kabur;
bahasa yang tidak sesuai kemampuan;
pertanyaan yang mengarahkan jawaban.
Bentuk dan urutan pertanyaan

Bentuk pertanyaan digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu:
pertanyaan tertutup;
pertanyaan terbuka;
pertanyaan setengah terbuka.

Sedangkan urutan pertanyaan berkaitan dengan mengurutkan daftar pertanyaan agar diperoleh data yang cukup memadai.

Teknik Kuesioner

Teknik kuesioner dapat ditempuh dalam beberapa cars, yaitu:
Teknik mailed questionnaire

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

Ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cars mengirimkan kuesioner kepada responder ke rumah masing-masing
Teknik pembagian kuesioner secara langsung

Teknik ini ditempuh dengan cars menemui responder secara langsung dan kuesioner diisi sendiri oleh si responder
Teknik wawancara berstruktur

Teknik ini merupakan suatu wawancara didasarkan pada kuesioner, dimana pewawancara akan membacakan pertanyaan satu per satu kepada responder

PERSIAPAN DATA

Editing Data

Tahap editing data atau yang disebut juga tahap pemeriksaan data adalah proses peneliti memeriksa kembali data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data yang terkumpul cukup baik dan dapat diolah dengan baik. Dalam editing data dibutuhkan perhatian terhadap lengkapnya pengisian, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, konsistensi antarjawaban, relevansi jawaban dan keseragaman kesatuan data.

Proses koding data adalah usaha penyederhanaan data penelitian. Proses ini di jalankan dengan membuat kode untuk masing-masing kategori jawaban. Keuntungan yang didapat adalah mempermudah dan mempercepat analisis serta mempermudah penyimpanan data yang ada.

Dalam koding data perlu diperhatikan sistem pengkodean berdasarkan jenis pertanyaan. Terdapat dua macam sistem pengkodean yang berbeda yaitu terhadap jawaban pertanyaan tertutup dan terhadap jawaban pertanyaan terbuka. Sistem lain yang lebih terperinci adalah berdasarkan jenis pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah cleaning data. Pada tahap ini, suapaya data mudah dianalisis, data yang ada diringkas. Tentunya terdapat informasi yang hilang, namun usaha ini pada hakikatnya dilakukan untuk mengecek dan menghilangkan data-data yang tidak perlu atau dapat merusak pengolahan data.

Proses lainnya adalah recording data. Yang dimaksudkan di sini adalah proses perekaman atau pengkoleksian data dalam sebuah wahana yang dapat memaparkan hasil penelitian kita. Wahana, tersebut dapat berupa komputer atau wahana lainnya.

Kemudian proses pembentukan yang merupakan proses dengan mengkode data berdasarkan buku kode yang telah disusun. Data dimasukkan ke dalam lembar kode dengan kode angka yang sudah di tentukan.

Rencana Analisa Data

Rencana analisis data harus dibuat dalam penelitian, karena dengan proses ini dapat menuntun peneliti bagaimana data yang ada harus disusun agar mempunyai makna.

Rencana analisis data didasarkan pada kondisi yang telah dikumpulkan yang berarti dapat saja data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat berbeda dengan apa yang telah direncanakan semula.

Ada beberapa kondisi data penelitian:
adanya keterbatasan dan peneliti sehingga rencana data yang seharusnya bisa digali ternyata tidak banyak dapat dilakukan.
Data yang didapat dilapangan tidak terbatas pada data yang sudah direncanakan.
Dari data yang direncanakan hanya beberapa bagian yang diperoleh di lapangan.
Terjadi ketidaksamaan antara data yang direncanakan dengan data yang diperoleh.

ANALISA DAN PENYAJIAN DATA

Penyajian Data

Setelah data sudah selesai diolah, maka tahap selanjutnya adalah menampilkan data tersebut dalam bentuk laporan. Dalam penyajian datanya, kita bisa menyajikan dalam dua cara, yaitu dengan menggunakan angka-angka yang dibuat dalam bentuk tabel frekuensi. Tabel frekuensi ini bisa menyajikan tabel univariat (satu variabel), tabel bivariat (untuk dua variabel), serta tabel multivariat (untuk lebih dari dua variabel). Tabel univariat digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari sebuah variabel.

Tabel bivariat digunakan untuk memberikan gambaran pola hubungan antar variabel. Sedangkan tabel multivariat digunakan untuk memberikan gambaran pola hubungan antar dua variabel yang dikontrol dengan variabel ketiga. Penyajian lain dengan cara menampilkan grafik. Ada banyak ragam grafik, yang masing-masing hanya bisa digunakan untuk variabel-variabel tertentu.
Analisa Data

Untuk melakukan interpretasi dan analisis data, maka pemahaman akan skala variabel menjadi penting, karena ada beberapa perhitungan statistik yang didasarkan pads skala variabel. Untuk univariat, baik disajikan melalui tabel frekuensi maupun melalui grafik, cars interpretasinya biasanya dilakukan dengan melihat persentasenya. Untuk tabel bivariat, bisa dilihat berdasar ada tidaknya hubungan, sifat hubungan, serta kekuatan hubungan. Untuk multivariat ada 5 tipe elaborasi yang dimungkinkan, yaitu spesifikasi, replikasi, interpretasi, eksplanasi, serta suppressor.

ANALISA PENELITIAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN

Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan ketentuan yang mengatur tanggung jawab sosial, moral, dan akademik peneliti terhadap manusia dan masyarakat yang diteliti, masyarakat umum, disiplin ilmunya, rekan sebidang, pemesan, dan mahasiswa dengan menghormati hak, kepentingan, dan kepekaan mereka. Oleh karena itu, peneliti berkewajiban menghargai martabat dan kerahasiaan subjek penelitian dan memperhatikan kesejahteraan jasmani dan rohani orang yang diteliti. Dalam hal mengumumkan atau menerbitkan hasilnya, misalnya peneliti wajib menghormati hak para nara sumber untuk tidak disebutkan identitasnya, kecuali bila ada persetujuan yang jelas dari yang bersangkutan. Dengan demikian keamanan jasmani, dan kesehatan batin dari nara sumber tersebut dapat terlindungi dengan baik.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peneliti berkewajiban menjelaskan maksud dan tujuan penelitiannya kepada para nara sumber. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Permohonan izin kepada pejabat yang berwenang di lokasi penelitian itu juga perlu, apalagi penelitian itu dilakukan di daerah bukan tempat kita bekerja/berdomisili. Hal itu untuk menjaga hubungan baik kita sebagai peneliti dengan para nara sumber itu. Menjalin hubungan baik itu harus dilakukan, sebab kemungkinan akan ada penelitian lanjutan, meski bukan kita yang melanjutkan penelitian serupa itu.

Penyusunan Laporan

Etika yang berlaku di dalam penulisan ilmiah adalah pertama, dilarang memanipulasi data, misalnya data yang diolah bukan data yang sebenarnya diperoleh dari lapangan, tetapi atas dasar perkiraan semata dari peneliti sendiri. Kedua, dilarang melakukan plagiarism, yakni mengakui tulisan ahli lain sebagai tulisan sendiri. Ketiga, dilarang menutupi kebenaran dengan sengaja, namun tidak berarti bahwa peneliti boleh, dilarang menyulitkan pembaca, artinya hal-hal yang ditulis dalam laporan itu harus mudah dipahami oleh pembaca. Kelima, peran serta setiap orang yang terlibat di dalam penelitian harus diberi angka kredit (penghargaan). Apabila penelitian itu dilakukan berdua, maka yang paling banyak menyumbang (pikiran, gagasan waktu, tenaga, dan sebagainya) sejak proposal hingga penulisan laporan itu, maka orang itu menjadi penulis utama, sedangkan yang menyumbang lebih sedikit sebagai penulis kedua. Keenam, berilah pula penghargaan kepada para ahli yang buah pikiran, gagasan, dan karya tulisannya dijadikan bahan rujukan. Ketujuh, berilah pula penghargaan kepada para informan, orang atau lembaga yang berjasa dalam penelitian yang Anda lakukan. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Kedelapan, jangan lupa mintalah pendapat kepada seorang penyunting agar laporan penelitian Anda laik dibaca. Perlu diingat bahwa tujuan penelitian adalah menjelaskan hasil temuan, yang berarti menjelaskan hal-hal yang belum diketahui orang. Oleh karena itu, dalam laporan penelitian penyajian tulisan dan bahasa yang digunakan harus memungkinkan orang mudah memahami maksud peneliti.
Sumber buku Metode Penelitian Kuantitatif karya Manasse Malo

PENGGUNAAN RAGAM BAHASA REGISTER DALAM ACARA PLANET DANGDUT DI RADIO GRASS TARAKAN (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) BAB II

PENGGUNAAN RAGAM BAHASA REGISTER DALAM ACARA
PLANET DANGDUT DI RADIO GRASS TARAKAN
(TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

oleh IRA MAYA SOPHA

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Bahasa
Bahasa memang bukan sesuatu yang langka untuk didengar. Namun, bukan berarti semua orang memahami tentang pengertian bahasa tersebut. Umumnya orang mengetahui bahwa bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Namun, untuk lebih jelasnya disampaikan beberapa pendapat tentang pengertian bahasa.
Chaer (2004:1) berpendapat bahwa bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Maksud dari pendapat tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang hanya dimiliki mahluk hidup yang disebut manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahluk hidup yang lain tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasinya.
Sumarsono (2007:18) berpendapat bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Pada hakikatnya pendapat yang disampaikan oleh Sumarsono tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, hanya saja pendapat yang disampaikan oleh Sumarsono lebih menekankan bahwa bahasa merupakan alat untuk melakukan hubungan antara manusia satu dengan yang lain.
Aslinda (2007:1) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentiflkasikan diri. Berdasarkari beberapa pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat diambil sebuah kcsimpulan tentang penegcrtian bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, yang berwujucl lambang bunyi, yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentiflkasikan diri.
B. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa sccara tradisional dapat dikatakan scbagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat komunikasi. Bagi Sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit.
Chaer (2004:15) berpendapat bahwa fungsi yang menjadi persoalan Sosiolingustik adalah dari segi penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan. Maksud dari pernyataan tersebut pada intinya bahwa fungsi bahasa akan berbeda apabila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Adapun penjelasan tentang fungsi-fungsi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Segi penutur
Dilihat dari segi penutur maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya, bukan hanya menyatakan sikap lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan sikap itu sewaktu menyampaikan tuturannya, baik sedang marah, sedih, ataupun gembira.
2. Segi pendengar
Dilihat dari segi pendengar maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan hal sesuai dengan keinginan si pembieara.
3. Segi topik
Dilihat dari segi topik maka bahasa itu berfungsi referensial. Dalam hal ini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
4. Segi kode
Dilihat dari segi kode maka bahasa itu berfungsi metalingual atau metalinguistik, yaitu bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri, seperti pada saat mengajarkan tentang kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa yang dijelaskan dengan menggunakan bahasa.
5. Segi amanat
Dilihat dari segi amanat yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imaginatif, yakni bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan
10
perasaan (baik sebenarnya maupun khayalan/rekaan). Fungsi imagi ini biasanya
berbentuk karya-karya sastra.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan tentang fungsi bahasa. Fungsi bahasa dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu segi penutur, segi pendengar, segi topik, segi kode, dan segi amanat.
C. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik jika ditinjau dari segi bahasa maka ilmu antardisiplin, yaitu sosiologi dan linguistik yang merupakan dua bidang ilmu yang berkaitan erat. Oleh karena itu, untuk memahami tentang Sosiolinguistik, perlu terlebih dahulu disampaikan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu. Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu. Maksud dari penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan
11
bahwa para pcmakai bahasa tenlulah mempunyai perbedaan dari berbagai aspck. seperti jumlah, sikap, adat istiadat, dan budayanya.
Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-konvensi tcntang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tcntang perilaku sosial. Lebih lanjut, Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan pengertian tentang sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para pengguna bahasa dengan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.
D. Variasi Bahasa
Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya
12
yang tidak homogen lelapi juga karena kegialan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam.
Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan penutur berarti, siapa yang mengunakan bahasa itu, di mana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunanya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variasi bahasa dari segi penutur 1. 1 Variasi bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. 1. 2 Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. 1. 3 Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
13
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini. 1. 4 Variasi bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya. 1. 4. 1 Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
1. 4. 2 Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
1.4.3 Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
I-I
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
1. 4. 4 Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
1. 4. 5 Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
1. 4. 6 Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat
15
ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1.akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi dari
variasi sosial lainya;
2.basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
3.vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4.slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5.kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll;
6.jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7.argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
16
8. ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
3) Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
4) Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
17
8.gaya atau ragam beku (frozen);
9.gaya atau ragam resmi (formal);
10.gaya atau ragam usaha (konsultatif)
11.gaya atau ragam santai (casual)
12.gaya atau ragam akrab (intimate)
Adapun penjelasan terhadap gaya atau ragam bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
2. Gaya atau ragam resmi (formal);
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
3. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
4. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
5. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
5) Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama.
E. Siaran Radio
Siaran radio bukanlah suatu hal yang barn untuk didcngar, nanum sudah menjadi suatu hal yang lumrah. K.BBI (2001:1060) mengatakan bahwa siaran adalah sesuatu yang disiarkan, sedangkan pengertian radio adalah pengiriman suara atau bunyi melalui udara atau pesawat radio. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan pengertian siaran radio. Siaran radio adalah sesuatu yang disiarkan atau dikirim melaui udara yang dapat didengar dengan menggunakan pesawat radio.

Baca Tulisan Lain

Teori Belajar Konsep-dan Strategi penerapannya-di-kelas ;>> Baca

Tugas Guru dalam evaluasi pembelajaran;>>>>>> Baca

Birokrasi Pemerintahan >>>>>> Baca

Sejarah Filsafat Yunani >>> Baca

PENGGUNAAN RAGAM BAHASA REGISTER DALAM ACARA PLANET DANGDUT DI RADIO GRASS TARAKAN (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

PENGGUNAAN RAGAM BAHASA REGISTER DALAM ACARA
PLANET DANGDUT DI RADIO GRASS TARAKAN
(TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

oleh  IRA MAYA SOPHA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Bahasa tidak hanya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dipcrlukan dalam menjalankan segala aktivitas hidup manusia, seperti: penelitian, penyuluhan, pembcritaan, siaran radio dan sebagainya.
Bahasa menjadi sangat penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, orang dapal mengkomunikasikan segala hal. Bahasa dalam kehidupan berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat bahasa itu digunakan. Seperti seorang politikus, dokter, praktisi hukum, pembaca berita, dan penyiar radio, tentunya menggunakan bahasa yang berbeda. Bahkan, sesama penyiar radio pun akan menggunakan bahasa yang berbeda dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya, seorang dokter biasa menggunakan kosakata, seperti: amputasi, infeksi, dan sebagainya. Seorang paraktisi hukum biasa menggunakan kosakata, seperti: vonis, dijatuhi hukuman, pidana, dan sebagainya. Seorang pembaca berita sering menggunakan kosakata, seperti: pemirsa, jumpa lagi bersama saya, dan sebagainya. Demikian pula seorang penyiar radio, khususnya dalam acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan sering menggunakan kosakata, seperti: sobat dengar, masih dijalur yang sama, dan sebagainya. Perbedaan bahasa dari segi pemakaian seperti inilah yang menyebabkan timbulnya ragam atau register.
Mengenai Ragam atau register yang terdapat dalam acara Planet Dangdut di radio Grass Tarakan merupakan salah satu acara permintaan lagu-lagu dangdut oleh pendengar melalui SMS. Pada acara tersebut bahasa yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Ragam bahasa yang digunakan khas yang tentunya berbeda dengan acara yang lain. Contohnya “Kita dengar request dari teman udara kila…”. Pada kalimat tersebut terdapat penggunaan kata yang khas, yaitu request, teman udara, sobat udara, dan sebagainya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis berusaha untuk meneliti penggunaan ragam bahasa register terutama dalam acara Planet Dangdut di Radio Crass Tarakan.
B. Alasan Pcmilihan Judul
Peneliti memilih judul Penggunaan Ragam Bahasa Register dalam Acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan (1’injauan Sosiolinguistik). Judul tersebut dipilih karena Planet Dangdut merupakan ragam bahasa register yang menarik untuk diteliti karena ragam bahasa register dalam acara tersebut tidak terdapat dalam acara-acara yang lain, misalnya kalimat “Paling pas goyangnya”. Sepengetahuan peneliti, pula belum pernah ada penelitian sebelumnya berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan. Selain itu pemilihan judul penelitian ini juga beralasan pada waktu penyiaran acara Planet Dangdut tersebut sesuai dengan waktu luang yang di miliki oleh peneliti, yaitu pukul 09.00-12.00 WiTe sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain dan penelitian pun dapat dilakukan secara maksimal.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang berkaitan dengan lingkup penggunaan bahasa, khususnya dalam siaran radio, perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar penelitian dapat lebih terpusat pada tujuan yang ingin dicapai dan mencegah mcluasnya kajian penelitian. Masalah dalam kajian penelitian ini dibatasi pada:
1) penelitian ini mengambil bahasa yang digunakan acara Planet Dangdut sebagai
bahan penelitian. Planet Dangdut yang dimaksud dalam penelitian ini adalah acara yang disiarkan oleh radio Grass Tarakan yang disiarkan setiap hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 09.00-12.00 WiTe dengan pembawa aeara Siska Kodong;
2) ragam bahasa yang diteliti dibatasi pada penggunaan kata dan kalimat yang
digunakan dalam bahasa lisan.
D. kumusan Masalah
Rumusan masalah dikemukakan agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah dan mudah dalam rr.enganalisis. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan ragam bahasa register dalam acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan ragam bahasa register dalam acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan.
F. Manfaat Penelitian
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.dapat memperjelas ragam atau register dalam acara di radio;
2.dapat menjadi bahan kajian bagi para peneliti berikutnya, khususnya yang
berkaitan dengan penggunaan ragam bahasa.
G. Penegasan Judul Penelitian
Judul penelitian ini adalah. Penggunaan Ragam Bahasa Register dalam Acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan (Tinjauan Sosiolinguistik). Penegasan judul perlu dilakukan untuk mempertegas maksud judul penelitian. Adapun penegasan judul dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Aslinda, 2007:1)
2. Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat (Chaer, 2004:61)
3. Register
Register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian.
perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. (Chaer, 2004:68).
4. Acara Planet Dangdut
Acara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dipertunjukkan, disiarkan, atau diperlombakan; program (televisi, radio, dan sebagainya) (KBBI. 2001:4). Sedangkan Planet Dangdut adalah salah satu acara di radio Crass Tarakan yang berupa permintaan lagu-lagu dangdut. Acara tersebut disiarkan pada hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 09.00-12.00 WiTe.
5. Radio Grass
Radio Grass yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nama dari sebuah penyiaran radio yang merupakan akronim dari graha swara sakti yang berada di Kota Tarakan Jalan Slamet Riyadi nomor 28.
6. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bidang ilmu antardisplin yang mempelajari bahasa dalam kaitanya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2).
Berdasarkan penjelasan judul di atas, penelitian ini bermaksud meneliti
penggunaan bahasa dalam acara Planet Dangdut di Radio Grass Tarakan melalui
kajian Sosiolinguistik
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara umum penelitian ini, perlu disampaikan sistematika penulisan. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :
Bab I pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, alasan memilih judul, batasan masalah, rumusan masalah, lujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, dan sistematika penulisan.
Bab II landasan teori. Bab ini terdiri atas pengertian bahasa, fungsi bahasa, pengertian sosiolinguistik, variasi bahasa dalam tinjauan sosiolinguistik, pengertian siaran radio.
Bab III metode penelitian. Bab ini terdiri atas pengertian metode penelitian, variabel penelitian, waktu dan lokasi penelitian, jenis penelitian, populasi dan tcknik pengambilan sampel, data dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab IV pembahasan. Bab ini terdiri atas penyajian data, analisis data, dan liasil penelitian.
Bab V penutup. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran

Baca Tulisan Lain

Teori Belajar Konsep-dan Strategi penerapannya-di-kelas ;>> Baca

Tugas Guru dalam evaluasi pembelajaran;>>>>>> Baca

pengorganisasian materi pembelajaran bahasa Jndonesia >>>>>> Baca

Strategi-pembelajaran Membaca >>> Baca

BAB II KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS IX

BAB II KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS IX

BAB II LANDASAN TEORI
A. Kesalahan
Orang sering menyebutkan kesalahan atau salah, tetapi apakan mereka mengerti dan paham apa itu salah/kesalahan. Berikut ini akan dijabarkan pengertian kesalahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:770) kesalahan adalah kekeliruan atau kealpaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa kesalahan pada dasarnya merupakan hal yang biasa terjadi. Akan tetapi kekeliruan ataupun kealpaan itu dapat disengaja serta tidak adanya pengetahuan yang memadai. Akan tetapi, kalau dicermati dalam proses pembelajaran terutama yang dialakukan oleh siswa bahwa hal ini karena faktor kesengajaan yang bersumber dari diri siswa itu sendiri. Siswa kurang hati-hati menggunakan ejaan ketika mengarang. Hal ini biasa terjadi pada siswa.
Memang sebagai kesalahan atau hal-hal yang berkaitan dengan salah tidak selamanya disengaja, namun bila dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas, siswa tidak dapat mengerjakan soal dan mendapat nilai kurang baik. Dengan demikian, kesalahan adalah hal-hal yang secara sengaja atau tidak sengaja yang membuat sesuatu itu menjadi tidak benar.
B. Menulis
Menurut KBBI (1990:968) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (mengarang/surat) dengan tulisan. Sedangkan menurut Tarigan (2000:21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sementara itu Tarigan mengatakan bahwa, menulis adalah suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya menulis merupakan suatu kegiatan mencurahkan rasa, perasaan, dan pikiran dalam bentuk tulisan. Kegiatan itu juga melambangkan berbagai keinginan serta gambaran yang disalurkan ataupun diwujudkan dalam bahasa, sehingga orang lain dapat memahaminya. Menulis juga tidak terlepas dari kegiatan membaca, semakin banyak membaca, akan banyak pengetahuan yang akan dicurahkan dalam tulisannya.
C. Ejaan
Menurut KBBI (1990:219) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)serta penggunaan tanda-tanda baca. Sedangkan menurut Badudu (1981:31) ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Menurut Arifin (2002: 170) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu, pemisahan dan
10
penggabungannya dalam suatu bahasa. Sementara itu menurut Kusno (1986: 61) ejaan adalah aliran menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa pada hakikatnya ejaan itu berkaitan dengan lafal, pengucapan lambang-lambang dan penggunaan tanda baca. Ejaan tidak terlepas dari kaidah maupun peraturan yang menuntut serta mengharuskan penetapan ejaan yang baik dan layak untuk masyarakat. Memang tidak mudah untuk menguasai ejaan itu, tetapi sepatutnya masyarakat bangsa ini mau belajar dengan giat, supaya mampu menguasai ejaan itu dengan baik dan benar.
Ejaan dalam bahasa Indonesia saat ini dikenal dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), sebagai bangsa Indonesia hams mengerti dan mampu menguasainya, agar tidak menemukan kesulitan dikemudian hari. Ejaan bahasa Indonesia terdapat berbagai macam ejaan yang mengatur setiap kata maupun kalimat. Aturan tersebut mulai dari mulai tanda titik, tanda koma, huruf kapital, huruf miring, titik dua, tanda titik koma, dan kebakuan kalimat (termasuk kata) semua ada peraturannya serta kaidah-kaidahnya yang tertuang dalam ejaan itu, sehingga tidak sembarangan menggunakannya.
Memang ejaan tidak dapat dipisahkan dari penggunaan bahasa dalam masyarakat. Ejaan juga perlu dibuat ketentuan dan peraturan yang baku, sehingga dapat dibuat pegangan serta panduan bagi masyarakat.

D. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, panitia pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Pembentuk Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut. a. Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan Yang Disempurnakan
/dj/ djalan, djauh /j/ jalan, jauh
/j/ pajung, laju /y/ payung, layu
12
/nj/ njonja, bunji /ny/ nyonya, bunyi
/sj/ isjarahat, masjarakat /sy/ isyarat, masyarakat
/tj/ tjukup, tjutji Id cukup, cuci
/ch/ tarich, achir /kh/ tarikh, akhir
b. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjadasing, diresmikan pemakaiannya.
/f/ maaf, fakir
/v/ valuta, universitas
/z/ zeni, lezat
c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai. a : b = p : q sinar x
d. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis
terpisah dengan yang mengikutinya.
Contoh :
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar dijalan
dipikirkan ke kampus

kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Contoh : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
Adapun hal-hal yang lain yang diatur dalam EYD adalah sebagai berikut. 1. Huruf dan Namanya
a. Huruf Kapital
Huruf besar atau huruf kapital digunakan:
1) sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat;
Contoh: Ini buku tata bahasa.
Kamu harus giat belajar!
2) sebagai huruf pertama kata yang berkenan dengan agama, kitab
suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya;
Contoh: Islam Hindu Allah Injil Mohon ampun kepada-Nya
3) sebagai huruf pertama kata pada petikan langsung;
Contoh: Kata ayah, ” Saya akan datang.”
Ibu bertanya, ” Siapa nama anak itu.”
14
4) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan,
gelar keagamaan, gelar keturunan, yang diikuti dengan nama
orang;
Contoh: Maha Putra Mohamad Yamin Nabi Isa Sultan Hamengkobuwono IX
5) sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama
orang;
Contoh: Gubernur Suprapto
Profesor Doktor Hadi
Jenderal L.B. Murdani
6) sebagai huruf pertama unsur- unsur nama orang;
Contoh: Hannoko
Ismail Marzuki
Wage Rudolf Supratman
7) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama
suku, atau nama bahasa; Contoh: bangsa Indonesia
orang Bali
bahasa Arab
8) sebagai huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari, nama
hari raya, dan nama peristiwa sejarah;
Contoh: bulan April
tahun Masehi
hari Rabu
Proklamasi Kemerdekaan
9) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografis;
Contoh: Jakarta
Gunung Semeru Danau Toba Terusan Suez
10) sebagai huruf pertama kata yangt menyatakan nama lembaga atau
badan pemerintahan, ketatanegaraan, dan nama dokemen resmi,
termasuk juga singkatannya;
Contoh: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Universitas Gajah Mada (UGM) Undang- Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
11) sebagai huruf pertama kata-kata yang menjadi nama buku, nama
majalah, nama surat kabar, dan nama judul karangan, kecuali
partikel (seperti di, ke, dan, dari) yang tidak terletak pada posisi
awal;
Contoh: Buku Jalan tak Ada Ujung karangan Muchtar Lubis Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karangan Idrus Majalah Tempo
16
12) sebagai huruf pertama istilah kekerabatan (seperti bapak, ibu, adik, dan saudara) yang dipakai kata ganti atau kata sapaan; Contoh: Tanya ibu kepada ayah, “Kapan Bapak akan
berangkat?” Katanya kepada anak itu, “Silakan duduk Nak!”
13) dalam singkatan kata yang menyatakan unsur nama gelar, nama
pangkat, dan istilah sapaan;
Contoh: Ir insinyur
S.H. sarjana hukum
Kol. Kolonel
Sdr saudara
14) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda;
Contoh: Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
b. Penggunaan Huruf Miring
Huruf miring digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak miring, diberi garis bawah. Huruf miring digunakan untuk:
1) menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar, yang dikutip dalam karangan; Contoh: Buku Kaidah Bahasa Indonesia karangan Slamet
Mulyana. Majalah Ayah Bunda terbitan bulan Agustus 1985.
17
2) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata;
Contoh: Ny. Indira Gandhi bukan terbunuh melainkan d/bunuh. Karangan ini tidak membicarakan masalah ejaan.
3) menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang sudah
disesuaikan ejaannya; Contoh: Buah manggis (Garcinia Mangostaan) banyak
terdapat di tempat itu.
Dulu Belanda selalu menjalankan politik devide et impera.
c. Penggunaan Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak tebal, diberi garis bawah ganda.
Huruf tebal ini berfungsi untuk menandai kata-kata yang akan dianggap penting, perlu mendapat perhatian, seperti kata kepala (entri) di dalam kamus dan ensiklopedia, subjudul di dalam karangan.
2. Penulisan Kata
Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.
a. Penulisan Kata Dasar
Kata dasar, yaitu kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses morfologi lainnya, ditulis sebagai satu kesatuan, terlepas dari kesatuan yang lainnya.
Contoh: Kita semua anak Indonesia Pohon kelapa itu tumbang
b. Penulisan kata berimbuhan
Kata berimbuhan, yaitu kata yang dibentuk dari kata dasar atau bentuk dasar dengan imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis dengan atauran sebagai berikut:
1) imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya sebagai satu kesatuan; Contoh: membangun
pembangunan
gemetar
2) kalau bentuk dasarnya adalah gabungan kata, maka awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya
atau mendahuluinya;
Contoh: bertanggung jawab lipat gandakan menganak sungai

c. Penulisan Kata Gabungan
Kata gabung atau gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah kata atau lebih. Aturan penulisannya adalah sebagai berikut:
1) kata-kata yang membentuk gabungan kata ditulis terpisah satu dengan
lainnya;
Contoh: kantor pos luar negeri
2) gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis
serangkai menjadi satu;
Contoh: matahari
hulubalang barangkali
3) kalau sebuah gabungan kata sekaligus diberi awalan dan akhiran maka
harus ditulis serangkai sebagai sebuah kata; Contoh melipatgandakan ketidakadilan dimejahijaukan
4) kalau salah satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur
pertama), tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, maka
gabungan kata itu ditulis serangkai sebagai sebuah kata;
Contoh: antarkota mahasiswa prakata
20
5) untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka diantara
unsur-unsur gabungan kata itu boleh diberi garis penghubung;
Contoh: buku sejarah-baru
dengan arti, ‘yang baru adalah sejarahnya’ buku-sejarah baru dengan arti, ‘yang baru adalah bukunya’
d. Penulisan Kata Ulang
Kata ulang adalah sebuah bentuk sebagaimana hasil dari mengulang
sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar
Contoh: jaian-jalan
berlari-lari Kemerah-merahan
Aturan penulisan kata ulang ini berlaku juga pada bentuk-bentuk seperti: sia-sia laba-laba kupu-kupu
e. Penulisan Kata Ganti Klitika
Kata ganti klitika adalah kata ganti yang disingkat seperti ku, kau, mu, dan nya. Kata ganti bentuk klitika ini ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya.

Contoh: Rumah itu sudah kubeli.
Di mana kausimpan buku itu?
Ini bukuku, itu bukumu, lalu mana bukunyal
f. Penulisan Kata Depan
Kata depan adalah kata-kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat dengan objek atau keterangan; dan lazimnya berada didepansebuah kata benda. Misalnya kata-kata di, ke, dari, pada, kepada, dengan, oleh, dalam, dan sebagainya. Kata depan ditulis dengan atauran sebagai berikut:
1) kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya;
Contoh: Kami bermain di lapangan.
Ibu baru pulang dari desa.
2) kata depan kepada dan daripada ditulis serangkai karena dianggap
sebagai sebuah kata;
Contoh: Dia minta tolong kepada polisi.
Daripada terlambat lebih baik saya tidak datang.
3) kata depan ke bersama kata yang mengikutinya apabila secara
sintaktis berlaku sebagai kata kerja, atau sekaligus mendapat awalan
dan akhiran ditulis serangkai;
Contoh: Saya keluar sebelum acara selesai.
Masalah itu telah beberapa kali dikemukakan beliau.

g. Penulisan Kata Sandang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Kembali kepada si pengirim.
Sang saka berkibar di mana-mana.
h. Penulisan Partikel
1) partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya;
Contoh: Berangkatlahsekarangjuga!
Siapakah yang kau cari? Apatah gerangan yang kau cari?
2) partikel pun yang berarti ‘ juga’ ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya;
Contoh: Berapa pun harganya bayar saja.
Dibayar pun aku tidak mau.
3) pada kata penghubung, seperti biarpun, meskipun, sunggupun, dan
sekalipun, pun ditulis serangkai karena dianggap sebagai bagian dari
sebuah kata;
Contoh: Biarpun dilarang, dia pergi juga.
Dia berangkat juga meskipun sedang sakit.
4) partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan’tiap’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya;
Contoh: Harga langganan naik per 1 April 1999
Kami disilahkan masuk satu per satu.

i. Penulisan Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
(a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
Contoh: A. S. Kramawijaya Muh. Yamin
M. B. A. master of business administration
S.Pd. sarjana pendidikan
Kol. kolonel
(b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atashuruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti
dengan tanmda titik.
Contoh: DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
(c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Contoh: dll. dan Iain-lain
sda. sama dengan di atas
(d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu kuprum

cm centimeter
kg kilogram
2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
(a) akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: TNI Tentara Nasional Indonesia
SIM Surat Izin Mengemudi
(b) akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
capital.
Contoh: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia
(c) akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu pemilihan umum
tilang bukti pelanggaran

3. Penulisan Angka
Dalam ejaan bahasa Indonesia ada digunakan dua macam angka, yaitu angka Arab dan angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
L = 50,C=100,D = 500
M=1000
a. Angka Arab
Angka arab digunakan untuk menyatakan bilangan, nomor, atau jumlah. Aturan penulisannya adalah :
1) untuk menyatakan bilanagan, nomor, atau jumlah satu sampai dengan
seribu ditulis tanpa titik pemisah satuan.
Contoh : Jalan Rawamangun Muka nomor 9.
Uangnya ada Rp 525,00.
2) lambang bilangan yang dapat dinyatakandengan sebuah atau dua buah
kata ditulis dengan huruf, kecuali bila digunakan secara beruntun
seperti dalam pemerincian.
Contoh : Ibu membeli tiga ekor ayam.
Paman mempunyai dua belas ekor kambing.
3) pada awal kalimat lambang bilangan harus ditulis dengan huruf. Jika
lambang bilangan itu tidak dapat dinyatakan dengan sebuah atau duabuah kata, maka susunankalimat itu harus diubah sehingga lambang bilangan tidak terdapat pada awal kalimat.
b.Angka Romawi
Angka Romawi digunakan secara terbatas karena bentuknya tidak
praktis untuk menuliskan jumlah atau bilangan yang besar. Angka ini selain
dapat digunakan untuk menyatakan bilangan biasa, dapat juga digunakan
untuk menyatakan bilangan tingkat.
Contoh : Abad XX
Juara 11
4. Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan. Tanda baca yang lazim digunakan adalah :
Lambang
Nama
titik
titik dua titik koma
koma
tanda hubung
tanda pisah
tanda elipsis
tanda tanya
tanda seru
tanda kurang
tanda kurung tutup
tanda kurung suku
tanda petik (kutip )
28
tanda petik tunggal
tanda garis miring
tanda penyingkat
tanda ulang
a. Penggunaan Titik
Tanda baca titik (.) digunaikan:
1) pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanaya.
Contoh: Nyonya Indira telah tiada.
Nomor teieponnya 081350772047.
2) pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: R.A. Kartini
Muh. Yamin
3) pada akhir singkatan kata yang menyatakan gelar, jabatan, pangkat,
atau sapaan.
Contoh: Prof. Profesor
Kol.
Kolonel
4) pada singkatan kata atau singkatan ungkapanyang sudah lazim. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya digunakan satu titik. Contoh: a.n. = atas nama
yth. = yang terhormat
5) di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar
Contoh: 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah dan ruang lingkup

1.2.1 Masalah
1.2.2 Ruang lingkup
6) untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh: 1.30.15 ( pukul 1 lewat 30 menit 15 detik ) 7) untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan j angka waktu.
Contoh: 1.30.15(1 jam, 30 menit, 15 detik )
8) untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang menyatakan jumlah. Contoh: Hadiah pertama Rp 150.000.000,00
b. Penggunan Titik Dua
Titik dua ( 🙂 digunakan:
1) pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian.
Contoh: Yang dibeli ibu di pasar ialah : beras, gula, kopi, garam, Dan kecap.
2) sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemeriaan.
Contoh : a. Ketua: Hadi
Sekretaris: Rani Bendahara: Eliza
3) dalam Teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh : Ibu : Bawa koper ini, Ir! Ira: Baik, Bu.
4) di antara jilid atau nomor halaman.
Contoh : Tempo, 1/1997/, 35:17
5) di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
Contoh : Surah Yassin : 9
6) di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama
penerbit dengan kota tempat penerbit.
Contoh : Drs. M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, CV Karyono: Yogyakarta.
c. Penggunaan Tanda Titik Koma
Tanda titik koma (; ) dapat digunakan :
1) untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: – Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga
2) untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk di dapur; adik belajar; saya sendiri sedang mendengarkan radio.
d. Penggunaan Koma
Tanda koma (,) digunakan:
1) di antara unsur- unsur dalam pemerian atau pembilangan.
Contoh: Adik membawa piring, gelas, dan teko.
2) untuk memisahkan bagian- bagian kalimat majemuk setara yang
dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan
pertentangan seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh: Saya ingin perti, tetapi tidak punya uang
3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau dia datang, saya akan datang
4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang
terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu,
akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya.
Contoh: Jadi, soalnya tidaklah semudah itu
5) di belakang kata-kata seru, seperti O, ya, wah, aduh, kasihan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Wah, bukan main cantiknya
6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata ibu, ” Saya senang sekali.”
7) di muka angka persepuluhan, dan di antara rupiah dengan sen.
Contoh: 12,25cm
Rp 125,50
8) di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk
membedakannya dari singkatan nama keluargaatau niarga. Contoh: Moh. Bakri, S.H. ( S.H. Sarjana Hukum )
Kuswito Hadi, S.Pd. ( S.pd. Sarjana Pendidikan )
9) untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh: Guru saya, pak Hadi, rajin sekali.
10) di antara : (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Contoh: Sdr Hadi, Jalan bintang 9, Jakarta Timur
11) untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannyadalam
daftar pustaka.
Contoh: Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka, 1945
12) di antara nama tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun penerbit,
dalam suatu daftar pustaka.
Contoh: Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1976.
e. Penggunaan Tanda Hubung
Tanda hubung (-) digunakan:
1) untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang Contoh: sia-sia
berjalan-jalan
2) untuk menyambung suku-suku kata yang terpenggal oleh perpindahan
Bans.
Contoh: menerus-
kan pembangunan
3) untuk merangkaikan:
(a) se dengan kata berikutnya yang mulai dengan huruf besar
Contoh: se-lndonesia
(b) ke dengan angka
Contoh: hadiah ke-2

(c) angka dengan akhiran —an
Contoh: tahin 80-an
(d) singkatan huruf kapital dengan unsur lain
Contoh: KTP-nya nomor 34543

4) untuk menyambung bagian-bagian tanggal.
Contoh: lahir tanggal 13-4-1985
5) untuk menyambung huruf-huruf yang dieja satu persatu.
Contoh: p-a-n-i-t-i-a
6) dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan
Contoh: – ber-evolusi — (berasal dari kata dasar evolusi
Diberi awalan ber-)
34
7) tanda hubung untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing yang masih dieja secara asing. Contoh: meng-upgrade
f. Penggunaan Tanda Pisah
Tanda pisah (~ ) digunakan:
1) untuk membatasi penyisipan kata atau ungkapan yang memberi
penjelasan khusus terhadap kalimat yang disisipinya.
Contoh: kemerdekaan bangsa itu- saya yakin akan tercapai -Diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’, atau
di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau “sampai”. Contoh: 1901— 1945
Jakarta Surabaya
g. Penggunaan Tanda Elipsis
Tanda elipsis berupa tiga buah titik (…) digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian kalimat yang dihilangkan. Contoh: sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
h. Penggunaan Tanda Tanya
Tandatanya(?) digunakan: 1) pada akhir kalimat tanya Contoh: Siapa namamu?
35
2) untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kenenarannya (dalam hal ini tanda tanya itu diapit oleh tanda kurung). Contoh: Dia dilahirkan tahun 1917 (?) di Jakarta.
i. Penggunaan Tanda Seru
Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menyatakan kesungguhan, ketidak percayaan, atau rasa emosi yang kuat. Contoh Berangkatlahsekarangjuga! Merdeka!
j. Penggunaan Tanda Kurung
Tanda kurung digunakan:
1) untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional)
2) untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan
Contoh: Sajaknya yang berjudul “Ubud” (nama tempat terkenal di pulau Bali) ditulis pada tahun 1962.
3) untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan, tanpa kurung buka.
Contoh: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut: 1) alam
36
2) tenaga kerja; dan
3) modal;
k. Penggunaan Tanda Kurung Siku
Tanda kurung siku ([ ] ) digunakan:
1) untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi,
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh: – Sang Sapubra [djengar bunyi gemerisik.
2) untuk mengapit keterangan di dalam penjelasan yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: -… (perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan)…
1. Penggunaan Tanda Petik
Tanda petik (“… “) digunakan:
1) untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh: Kata ayah, “Saya akan datang.”
2) untuk mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
38
o. Penggunaan Tanda Penyingkat
Tanda penyingkat (apostrof) digunakan sebagai tanda adanya penghilangan Bagian kata. Contoh: Ali ‘kan kutemui (‘kan = akan)
E. Karangan
Menurat KBBI (1990: 390) karangan adalah Hasil mengarang, tulisan, cerita, artikel, buah pena. Sedangkan menurut Atmowiloto (2004:5) karangan adalah hasil imajinasi yang diolah dan diciptakan kembali oleh pengarang. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa pada dasarnya karangan itu merupakan hasil olah pikiran, pengalaman yang bisa berupa cerita ataupun tulisan yang mengandung arti khusus. Karangan merupakan hasil dari mengarang yang ditulis oleh pengarang dengan melahirkan berbagai macam ide, pengalaman, dan kreativitas yang menarik untuk diamati.
Menurut kamus pelajar SLTP (2003:830) karangan adalah menulis dan menyusun cerita, buku, sajak. Jadi mengarang itu menuangkansegalah rasa baik kenyataan maupun khayalan. Sehungga dapat disusun menjadi sebuah cerita, buku, maupun sajak yang baik dan dapat di nikmati pembaca maupun mastarakat. Dengan demikian karangan adalah hasil dari mengarang yang berupa cerita yang diperoleh dari pengalaman maupun imajinasi.