Kontribusi Islam Terhadap Dunia Pendidikan di Eropa pada Abad Pertengahan

Kontribusi Islam Terhadap Dunia Pendidikan di Eropa pada Abad Pertengahan

Oleh: Encep Supriatna, M.Pd.

Kebanyakan sejarahwan mengabaikan kerja monumental pemeliharaan dan penyebaran pengetahuan dan sumbangan bangsa Arab terhadap ilmu pengetahuan di Eropa pada abad pertengahan. Sejarah jarang menggambarkan lembaga-lembaga pendidikan besar atas lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang muncul di Eropa, atau melihat secara detail kehidupan ilmuwan-ilmuwan besar dari budaya Islam yang tulisannya sangat terkenal di Barat. Arus pengetahuan dan dorongan untuk membangun pusat-pusat lembaga pendidikan di Eropa jelas tidak dating dari Byzantium, (pewaris peradaban Yunani Kuno). Tetapi intelektualisme Hellenetik masuk ke Barat bagaikan nyala api yang disulut oleh ilmuwan-ilmuwan berbahasa Arab dari kerajaan Islam. Tulisan ini hendak memusatkan perhatian pada upaya menjembatani capaian intelektual Hellenisme dengan terbentuknya lembaga penddikan Islam di Eropa pada apab pertengahan, yang pada itu aspirasi para pendidik di wilayah Barat Latin berada dalam kondisi suram, merana pada tingkat yang paling rendah. Kata Kunci: Kontribusi Islam, Paripatetik, Pendidikan, Eropa, abad Pertengahan.

A. Pendidikan Pada MaSa Awal Islam

Melanjutkan tradisi budaya Arab, pada masa awal Islam para orang tua ingin agar anaknya dididik di gurun, khususnya ketrampilan berenang, menunggang kuda, dan menguasai pepatah-pepatah terkenal dan puisi kepahlawanan. Kemudian, menulis dan aritmetika melengkapi daftar keterampilan dasar yang menjadi bagian dari kurikulum anak-anak kelas pedagang dan bangsawan. Di gurun anak-anak muda berkenalan untuk pertama kalinya dengan kenyataan kekayaan bahasa Arab lewat puisi. Orang Arab di manapun mereka berada, ke manapun mereka pergi percaya bahwa bahasa Arab Badui adalah bahasa Arab yang paling murni bagi pengikut Nabi Muhammad. Bangsa Arab sangat bangga dengan keaslian bahasanya dan seperti halnya orang Yunani kuno mereka selalu mengejek kepada orang-orang yang kemampuan bahasanya tidak memenuhi standard. Banyak orang tua yang takut kalau-kalau anaknya dicemari oleh bahasa Arab yang tidak murni, yang terbentuk oleh interaksi terus-menerus dengan orang-orang non-Arab. Mnurut Hitti, ¡°Barangkali tidak ada bangsa di dunia yang secara antusias mengangumi secara ekspresif sastra dan terpengaruh oleh ungkapan lisan atau tulisan seperti bangsa Arab. Ekspresi arstistik bangsa Arab-betatpapun dibatasi oleh kehidupan nomad serta kurangnya waktu luang dan sumber daya terungkap terutama lewat lisan, setiap suku menghormati para penyairnya yang menjaga kehidupan sejarah, nilai, hokum, dan adapt istiadat mereka. Seperti di kebanyakan masyarakat yang tak mengenal tulis-baca, mereka yang mampu menghafal tradisi lisan ini adalah guru-guru pertama orang Arab. Sebelum nabi Muhammad menyebarkan wahyu melalui sekretarisnya, sekolah sebenarnya telah dikenal di wilayah Arab utama, terutama Mekkah. Seorang sejarawan Arab mencatat ahwa orang asli Mekkah yang pertama mengenal tulis baca diajar oleh seorang Kristen dan bahwa jumlah orang Mekkah yang mengenal baca tulis pada saat datangnya Islam berjumlah 17 orang. Bahkan pada masa awal Islam pun orang Kristen ini masih dipekerjakan sebgai guru tulis baca, sebab orang muslim yang bisa hanya sedikit. Mereka yang sedikit ini dipekerjakan sebagai juru tuls Al-Qur.an. Berbeda dengan pandangan para pakar Arab yang belakangan berpendapat bahwa sekolah dasar yang disebut kuttab mulai dikenal pada awal masuk Islam untuk pendidikan anak-anak tengtang Al-Qur.an dan isinya, Shalaby berpandangan bahwa kuttab lebih terfokus pada pengajaran tulis baca dan seringkali gurunya adalah orang-orang Kristen. Secara natural, pengajaran tentang ajaran-ajaran Islam pada dasarnya berlangsung dalam forum-forum informal atau pada kegiatan-kegiatan dakwah yang berlangsung di lembaga-lembaga Islam baru, yaitu mesjid. Penyebaran Al-Qur.an berlangsung secara lisan, seperti halnya dengan penyebaran puisi sebelum masa Islam. Sampai salinan-salinan Al-Qur.an disebarkan secara luas, Al-Qur.an belum menjadi bagian inti dari kurikulum pendidikan dasar. Hal ini tidak terjadi sampai khalifah Utsman memerintahkan kodifikasi satu salinan asli pada tahun 651. Jadi, bagi kebanyakan anak-anak muslim abad pertama, pendidikan formal akalau toh ada terdiri dari pendidkan kuttab untuk belajar baca-tulis. Menggunakan puisi Arab sebagai buku pelajaran; sementara pendidikan agama terpusat pada bacaan Al-Qur.an dan artinya dalam upacara-upacara di mesjid-mesjid setempat. Para guru membutuhkan waktu yang lama untuk memadukan keterampilan baca-tulis dengan pendidikan agama. Buti-bukti menunjukkan bahwa dua jalur pendidikan dasar yang terpisah masih ditemukan sampai pada abad ke-15. Pendidikan agama mendapat tempat du kuttab hanya bila seorang guru kuttab adalah orang yang hafal Al-Qur.an. Lokasi kuttab biasanya di rumah-rumah tinggal, atau di tempat terbuka di luar rumah, sumber lain menyebutkan guru memanggil murid-muridnya ke lapangan sekitar mesjid atau taman umum, namun untuk pelajaran agama level yang tinggi diselenggarakan di mesjid.

B. Sekolah untuk Ilmu-Ilmu Agama

Halaqah yang dilaksanakan di mesjid-mesjid terbagi menjadi dua jenis: halaqah yang mengkaji ilmu-ilmu agama secara umum pada tingkat tinggi, dan halaqah yang secara khusus diperuntukkan bagi kajian fiqih dalam salah satu mazhab yang empat. Pada periode islam klasik, dikenal dua tipe mesjid. Tipe pertama adalah mesjid jami., dibangun oleh Negara dibawah pengawasan khalifah atau gubernuarnya sebagai tempat berkumpulnya jama.ah mendengarkan khutbah dan melaksanakan shalat Jum.at. Mesjid jami. juga berfungsi sebagai tempat diumumkannya hal-hal tentang Negara dan agama kepada masyarakat luas. Mesjid tipe ini pada umumnya adalah bangunan besar yang dihiasi secara indah dengan biaya dari perbendaharaan Negara. Khalifah secara resmi menjadikan mesjid-mesjid jami. sebagai penghubung antara pemerintah dengan rakyat banyak. Tipe mesjid kedua adalah mesjid non-jami. mesjid local yang eksklusif. Tipe ini biasanya lebih kecil, dibangun untuk kebutuhan sekelompok masyarakat Islam yang tinggal dilingkungan tertentu atau sekelompok penganut mazhab tertentu. Mesjid tipe ini mendapatkan dukungan dana dari jama.ahnya sendiri, dari satu patronase, atau dari satu wakap. Halaqah mesjid jami. dipimpin oleh seorang syaikh yang diangkat oleh khalifah untuk mengajarkan fiqih atau bidang kajian agama tertentu, di kota-kota provinsi pengangkatan syaikh dilakukan oleh perwakilan khalifah (Gubernur). Satu halaqah mengambil tempat di satu sudut atau seputar satu pilar dalam satu mesjid; berlangsung pada waktu tertentu, biasanya pagi hari, halaqah diberi nama sesuai dengan nama syaikhnya. Seorang syaikh biasanya memperoleh pengangkatan di satu mesjid untuk jabatan seumur hidup, namun tertutup kemungkinan di mana dia dipecat karena ajaran yang menyimpang atau karena alas an moralitas. Berbagai halaqah dalam satu mesjid menawarkan pelajaran dalam beragam disiplin ilmu mencakup; hadis, tafsir, fiqih, ushul-fiqh, nahwu, shorof dan sastra Arab. Jika halaqah terllu besar atau akustik satu mesjid tidak baik, atau suara syaikh tidak cukup keras maka seorang, murid mengulangi ucapan-ucapannya agar dapar dapat didengar oleh murid-murid yang lain. Seorang mudarrris (ahli fiqih) menerima pertanyaan baik dari para pengunjung maupun murid-muridnya. Baik guru maupun murid menikmati kebebasan akademis dalam menelusuri satu persoalan sejauh itu tidak menimbulkan bid.ah, diskusi, debat, dan pandangan-pendangan baru didorong perkembangannya di dalam kerangka kerja ajaran Islam. Untuk mesjid non jami. yang ukurannya lebih kecil berfungsi juga sebagai tempat pendidikan formal dalam studi-studi agama dan fiqih. Mengingat fungsi pendidikannya maka mesjid dapat diartikan sebagai mesjid-akademik., satu model institusi yang muncul pada abad kedelapan dan secara konsisten mndominasi arena pendidikan sepanjang periode klasik Islam.

C. Madrasah

Perkembangan lembaga pendidikan Islam berikutnya terjadi di bawah patronase wazir Nizam al-Mulk, sekitar tahun 1064. Bangunan baru yang disebut madrasah ini mengambil mesjid-khan sebagai model. Madrasah dalam bentuk klasiknya dapat disebut sebagai akademi (college) sebagaimana kita kenal sekarang. Pada masa ini Turki Saljuq telah mengambil alih pemerintahan Timur Tengah dari kekhalifahan Abbasiyah. Perbedaan antara mesjid dan madrasah berada pada prioritas utama penggunaan dana wakaf, sebagaimana diatur oleh hukum penggunaan wakaf. Dalam kasus madrasah, syaikh . bukan imam dianggap lebih penting. Jadi, madrasah memperhatikan tenaga pengajar lebih dahulu, baru kemudian posisi-posisi lain, sesuai dengan ketersediaan dana. Madrasah mempunyai satu perpustakaan yang tergabung dalam bangunan yang sama. Walaupun perpustakaan telah lama terdapat istana dan rumah-rumah bangsawan dan hartawan, perpustakaan sebagai bagian dari mesjid-akademi adalah hal yang jarang. Untuk menyediakan manuskrip bagi mahasiswa, madrasah mencontoh praktek halaqah-halaqah gerakan rasional yang telah terpengaruh oleh budaya hellenistik dan berkembang pesat pada masa abbasiyah. Tersedianya berbagai karya lebih dari sekedar buku-buku pelajaran meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa dengan memperkenalkan mereka berbagai macam pandangan dengan dan kepada sejumlah tulisan, lebih dari sekedar kebutuhan langsung perkuliahan. Dalam pembangunan madrasah Wazir Nidham-Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai seorang mudarris, seorang imam, dan juga mahasiswa yang menerima beasiswa dan fasilitas asrama. Beasiswa untuk mahasiswa ini adalah perbedaan lain antara madrasah dengan mesjid akademi, sebab dengan demikian madrasah lebih menarik bagi mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu. Ini adalah asal muasal dari penyediaan tempat tinggal bagi ilmuwan-ilmuwan miskin di universitas-universitas-praktek yang pada abad pertengahan Barat berakar kuat di Paris, Oxpord, dan Cambridge.

D. Kurikulum

Sepanjang masa klasik Islam, penentuan kurikulum pendidikan Tinggi Islam berada di tangan ulama-kelompok orang-orang yang berpengetahuan dan diterima sebagai otoritatif dalam soal-soal agama dan hokum. Keyakinan mereka berakar pada konservatisme agama dan keyakinan yang kokoh terhadap wahyu senbagai inti dari semua pengetahuan. Mengikuti arus penolakan atas aliran yang diilhami filsafat Yunani-terutama paska al-Ghazali .kurikulum di mesjid akademi dan madrasah mengikuti contoh yang terjadi dalam halaqah-halaqah mesjid jami.. Sebagai persiapan untuk belajar ilmu-ilmu agama dan fiqih, seseorang mempelajari bahasa Arab, mencakup gramatikal dan komposisi serta pengenalan dasar-dasar prosa dan puisi. Studi-studi pendahuluan ini ditempuh dengan tutor pribadi atau dengan menghadiri halaqah seorang yang ahli bahasa Arab. Para pedagog muslim menerima pandangan Yunani yang mengatakan bahwa kemampuan berfikir logis dan jelas memiliki korelasi langsung dengan kemampuan berbicara dan menulis secara tepat. Karena itu, para tutor sangat menekankan latihan-latihan yang membantu perkembangan kemahiran berbahasa. Studi dan kemajuan gramatikal telah memperoleh dorongan besar setelah diperkenalkan pengetahuan Hellenistik ke dalam budaya Islam. Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum lembaga pendidikan formal, dan al-qur.an berada pada porosnya. Disiplin-disiplin yang perlu untuk memahami dan menjelaskan makna al-qur.an tumbuh sebagai bagian inti dari pengajaran-yakni hadis, lalu tafsir. Sedangkan fiqih mendapat tempat dalam system ini sebagai satu bidang kajian khusus dalam mazhab tertentu, di mana ilmu-ilmu agama yang lain berfungsi sebagai prasyarat. Di mesjid akademi dan madrasah studi fiqih diuraikan oleh seorang syaikh dalam satu silabus yang disebut ta.liqah. Ta¡¯liqah mengandung rincian materi pelajaran dan bias membutuhkan lebih kurang empat tahun untuk menyampaikannya dalam perkuliahan. Materi yang terkandung dalam ta.liqah menjadi latar belakang informasi yang dibutuhkan dalam debat lisan-bentuk lain dari pengajaran di madrasah, debat lisan bersifat formal, tergantung pada aturan-aturan logika dan retorika di mana seseorang mempertahankan satu tesis-dalam hal ini, satu pandangan hokum menghadapi seorang .penantang. yang mencoba akan membatalkan logika dan argumentasinya. Cakupan kurikulum lembaga pendidikan Islam pada abad ke-10 dapat diketahui jelas dari berbagai sumber. Di antaranya adalah kitab Al-Fihrist (indek) oleh Ibn al-Nadim (988), sumber ikhwanus Safa., dan Frederick Dieterici yang terangkum dalam ensiklopedi pengajaran yang dikemukakan ikhwanus Safa: Disiplin Ilmu-Ilmu Umum: tulis-baca, arti kata dan gramatika, ilmu hitung, sastra, sajak dan puisi, ilmu tentang tanda-tanda dan isyarat, ilmu sihir dann jimat, kimia, sulap, dagang dan ketrampilan tangan, jual-neli, komersial, pertanian dan peternakan, serta biografi dan kisah-kisah. Ilmu-Ilmu Agama: ilmu-alqur.an, tafsir, hadist, fiqih, dzikir, zuhud, tasawwuf, dan syahadah. Ilmu-Ilmu Filosofis: matematika, logika, ilmu angka-angka, geometri, astronomi, aritmetika dan hokum-hukum, geometri, ilmu-ilmu alam dan antropologi, zat, bentuk, ruang, waktu, dan gerakan, kosmologi, produksi, peleburan, dan elemen-elemen, meterologi, dan minerologi, esensi, alam dan manifestasinya, botani, zoology, anatomi, dan antropologi, persepsi inderawi, embriologi, manusia sebagai micro kosmos, perkembangan jiwa, tubuh dan jiwa, pilologi, psikologi kejiwaan, teologi, doktrin esoteris islam, susunan alam spiritual, serta ilmu tentang alam ghaib.
Berdasarkan table di atas ilmu-ilmu asing yang berasal dari tradisi Hellenisme bukan merupakan kurikulum yang diajarkan di mesjid atau madrasah, pelajaran-pelajaran tersebut diajarkan pada tingkat pendidikan dasar dan kemungkinan tidak termasuk lagi dalam kurikulum pendidikan menengah, studi ilmu asing diajarkan pada halaqah-halaqah pribadi.

E. Perpektif Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan

Pengetahuan ilmiah orang Arab pada mulanya sangat terbatas dan secara umum bersandar pada mitologi. Orang-orang yang punya rasa ingin tahu (couriosity) begitu masuk Islam, tertarik atau bahkan terpesona dengan pengetahuan kuno yang secara tiba-tiba mereka ketahui. Segera mereka melihat manfaat dari pengetahuan tersebutbbagi mereka, terutama dengan perintah agama baru ini untuk meneliti jagad raya dan menemukan realitas ciptaan Tuhan. Al-qur.an tidak melarang penyelidikan jagad raya; sebaliknya justeru menganjurkan kegiatan ilmiah ini, sebab penggunaan pengetahuan dan akal secara benar hanya akan menghasilkan kebaikan. Itulah sebabnya, ilmuwan-ilmuwan pada masa awal secara terbuka mengambil pengetahuan baru ini dan menggabungkannya ke dalam kerangka kerja intelektual mereka. Dalam kajian tentang pendidikan tinggi- atau pendidikan jenis apapun terdapat satu sikap filosofis terhadap pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan. Pada level permukaan, istilah-istilah .kurikulum. dan .pengajaran. selalu mendapay perhatian lebih awal dalam diskusi-diskusi tentang pendidikan. Tetapi pada level yang lebih dalam, epistimologislah yang sebenarnya menjadi pemegang kunci proses belajar dalam satu lingkungan budaya tertentu. Bagaimana seseorang mengetahui satu objek, dan apa yang layak diketahui, masih tetap merupakan pertanyaan-pertanyaan esensial dalam pembahasan pendidikan. Ini adalah soal nilai-nilai; dan di tengah masyarakat Islam masa klasik, jawaban terhadap pertanyaan tersebut berada dalam keyakinan agama Islam itu sendiri.
Seperti pada kebanyakan masyarakat teokratis, pendidikan tinggi dan kegiatan menuntut ilmu di tengah masyarakat Islam klasik tergantung pada dan ditentukan oleh kepercayaan religius yang dominant . dalam soal ini pandangan Islam tentang alam dan realitas. Para ulama Islam tidak mencari filsafat pendidikan untuk menentukan arah pendidikan tinggi dan arah pencarian pengetahuan, tetapi memperjuangkan sebuah teosopi sebagai kerangka kerja dasar untuk mengatur seluruh aspek kehidupan umat. Muslim periode klasik meyakini kesatuan seluruh alam dan merasa segan untuk membagi pengetahun ke dalam bidang-bidang seperti agama, filsafat, matematika, atau sains. Sistem teosopi mereka, yang berasal dari wahyu al-qur.an, menggabung semua ini dalam satu pandangan dunia yang mengarahkan mereka dalam seluruh kegiatan cultural dan intelektual. Dengan menyandarkan diri pada al-qur.an sumber utama dan hadis sarana penafsiran kehendak Tuhan, sejumlah fenomena alam dan social tetap merupakan teka-teki bagi ilmuwan Muslim. Secara kebetulan ketika mereka menemukan filsafat dan sains Yunani. Mereka menenmukan sebuah perspektif tentang belajar dan pengetahuan yang sejalan dengan kepercayaan. Neoplatonisme dalam bentuknya yang telah dikristenkan menawarkan satu penjelasan atas nama alam yang sesuai dengan kebenaran-kebenaran wahyu yang secara garis besar dikemukakan dalam al-Qur.an.

F. Penerjemahan Karya-Karya Keilmuwan Islam ke dalam Bahasa Latin

Munculnya lembaga-lembaga pendidikan tinggi pada abad ke-12 di Eropa, terjadi secara beruntutan dengan penerjemahan karya intelektual dan keilmuan Islam ke dalam bahasa Latin , dan penyebarannya ke Negara-negara Perancis dan Itali. Gejolak di pusat kegiatan intelektual sekitar sekolah gereja mengembangkan lingkungan yang matang bagi penerimaan warisan intelektual Islam. Abelard hanya menemui sejumlah warisan intelektual filsafat Yunani yang terbatas terutama adalah Logic karya Aristoteles, yang sudah diterjemahkan berabad-abad sebelumnya oleh Boethius. Di samping itu, dia sendiri boleh jadi sudah kenal dengan karya Plato, Timaeus. ¡°Isagoge¡± karya Porphyry yang menempatkan ide-ide aliran Aristoteles dalam bentuk aliran pemikiran neoplatonik dan juga Categories, karya Aristoteles seperti diambil oleh Porphyry dan kemudian diterjemahkan oleh Boethius. Pentingnya logika Aristeles tampak dalam metodologi dan bentuk Abelard, dan perdebatan skolastik tentang alam semesta disajikan dengan jelas dan baik dalam ¡°Isagoge¡±, maupun Categories. Tetapi orang hanya dapat bertanya-tanya apa semestinya sudah bias dilakukan Abelard andaikan dia sudah menggunakan sisa-sisa karya besar Arsitoteles dan komentar-komentar tentangnya oleh intelektual besar seperti Ibn Rusy, Ibn-Sina dan Al-Ghazali. Hal ini mengingatkan para penerus tradisi intelektual Abelard untuk memasukkan kerangka pengetahuan yang luas itu ke dalam kerangka filsafat mereka sendiri. Hal ini terjadi pada abad-abad ke-12 dan 13 ketika warisan keilmuwan Islam yang luas sampai ke Eropa dan menemukan lingkungan yang baik bagi aktivitas intelektual di universitas yang sedang berkembang pada abad pertengahan.
Sementara peneyebaran tradisi pendidikan Islam ke Eropa Barat sudah erjadi menjelang tahun 1.100, banjir (ilmu pengetahuan) yang sesungguhnya baru terjadi pada abad ke-12, yang surut lagi pada abad ke-13. saat itu merupakan masa penyusutan filsafat dalam Islam khususnya Timur-Tengah dengan didominasi oleh pendidikan tinggi oleh pusat keagamaan tradisional. Masa itu juga merupakan perkembangan terakhir tradisi intelektual Islam yang terjadi di Andalusia dengan prestasi-prestasi Ibn Rusy, yang tulisan-tulisannya tentang filsafat peripatetic dikecam dan kebanyakan diabaikan oleh para ilmuwan di Negara-negara Islam sendiri.
Sumbanga Islam bagi Dunia Pendidikan Eropa Abad Pertengahan
Barat sudah lama mengakui pentingnya perpindahan ilmu dan rangsangan pendidikannya dari wilayah-wilayah Islam abad pertengahan. Pengetahuan yang masuk itu berasal dari lembaga-lenaga pendidkan informal dan pribadi yang berkembang dalam masyarakat Islam- melalui ilmuwan-ilmuwan yang bebas di lingkaran studi, perpustakaan, rumah sakit, dan observasi. Sebaliknya, ilmuwan-ilmuwan Barat tidak menganggap lembaga-lembaga formal Islam mesjid akademi dan madrasah sebagai sumber dan karakteristik lembaga pendidikan tinggi di dunia Kristen. Padahal dua lembaga pendidikan yang berorientasi keagamaan itu (mesjid dan madrasah) mendominasi Negara-negara Islam sebagai system persekolahan yang terstruktur dan tumbuh subur, berfungsi sebagai almamater bagi kebanyakan mahasiswa dan fakultas yang berbahasa Arab. Dan diantara kemungkinan pengaruh Islam terhadap metode pengajaran dan struktur akademi Latin, tampak lebih nyata pada kasus yang pertama (metode pengajaran). Masyarakat akademik Barat dan Latin jelas menggunakan kerangka metode skolastik yang sama tidak hanya sebagai metode analisis, tetapi juga sebagai perantara dalam penyajian konsep-konsep intelektual. Filsafat peripatetic memudar pada abad-abad ke-10 dan ke-11 sebagai bagian resmi dari pendidikan tinggi Islam. Tetapi metodologi filsafat yang berakar dari Yunani dan dikembangkan lebih maju oleh ilmuwan-ilmuwan Islam betul-betul ada dalam bidang, kalam yang menjadi perantara untuk masuk ke dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi Islam, akademi-akdemi hukum. Bagi sarjana-sarjana Islam dan Kristen, metodologi skolastik muncul dari ketegangan yang ada antara kepercayaan yang diwahyukan kepada mereka yang satu melalui al-qur.an dan yang satu melalui Bibel ditangkap dengan melihat realitas kehidupan sehari-hari. Baik dalam Islam maupun Kristen, asumsi-asumsi dasar filsafat bertolak dari wahyu. Namun demikian kalangan terdidik mereka menggunakan metode deduktif, yang melibatkan logika untuk mendukung keabsahan interpretasi terhadap dogma keagamaan dan untuk menginformasikan kesadaran pada perilaku moral sambil menentukan aksi yang tepat dalam dunia waktu. Bagi kedua peradaban itu dasar-dasar wahyu tetap diterima, dan ajaran-ajaran dasar keimanan agama selalu dihadirkan sebagai kebenaran yang tidak dapat dotolak.
Daftar Rujukan Terpilih: Ahmad Syalaby (1954). History of Muslim Education. Dar-al Kashaf Daneil. (1956). Arabs and Europe. London: Macmillan. Ensiklopedi Islam jilid 1(1993), Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta Frederick Dietrich. (1895).Seventeen Monographs in Moslem Philosophy in the 9th and 10th Centuries.Berlin. George, Makdisi.(1981). The Rise of Colleges. Edinburgh: Edinburgh University Press. Lenczowski, Georga.(1992). Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia, (Terjemaahan) Sinar Baru Al Gensindo, Bandung Mohmassanai (1961). The Fhilosophy of Jurisprudence in Islam. Leiden: E.J. Brill. Mehdi Nakosteen.(1964). History of Islamic Orogins of Western. Boulder: University of Colorado Press. Maur, Phebe, 1985, The Modern History of Iraq, Colorado, Western Press, Inc. Nasr, Sayyid Hosein.(1976). Science And Civilization in Islam dan islam Science, World of Islam Festival Publishing. Westernham, Press. Philip K. Hitti.(1956). History of Arab. London: Macmillan. W.M. Watta, .(1972). The Infulence of Islamic on Medieval Europe. Edinburgh University Press. Will Durant.(1950). The Age of Faith, The Story of Civilization Series¡±, No 4 New York; Simon and Schuster.

Tulisan yang Lain Silakan Klik

Sample dan Sampling;>>>> Baca

Video inpiratif Sungguh wanita adalah pemulia kehidupan;>>>> Baca

Download e-Book Kamus Ilmiah Nama Latin Tumbuhan;>>>> Baca

Cara Menulis Laporan Kegiatan;>>>> Baca

Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah;>>>> Baca

Video Pembelajaran ICT;>>>>>>>>> Baca

Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Humanistik

Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS
Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Humanistik
(Wawasan Bidang Inter Keilmuan)

A. Pengertian Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik adalah pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar. yang menyoroti suatu topik/tema yang termasuk bidang ilmu tertcntu dengnn berbagai disiplin ilmu antara lain yang relevan (terkait) sehingga para murid melihat masalah/topik tersebut lengkap dan terpadu. Namun demikian tema pokok tetap menjadi fokas utama sehingga sorotan disiplin ilmu yang lain hanya bersifat pelengkap (Kiipletneiiter).
B. Merancang Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekntan Humanistik
Suatu tema ilmu pengetahuan sosial disaturagakan secara lengkap. Karena memang hakikat manusia adalah bulat tidak terkotak-kotak dalam ilmu demi ilmu alau nspok dcmi aspek. Kehidupan riil kemasyarakatan pun sama adalah multi dimensional, Oleh karena itu pembelajaran IPS diharapkan mampu mengantarkan dari membina para murid ke arah hidup bermasyarakat secara baik dan fungsional.
Kalau kita lihat manusia dari kebutuhan dan kegiatan dasarnya, secara natural manusia akan berbuat dan mengembangkan potensi manusiawinya dalam kehidupnn yang dinamis dan multidimensional. Oleh karenanya pembelajaran IPS terpadu bertolak landas dari kebutuhan dasar manusia dan dikembangkan secara multidimensional dengan media pendekatan yang komprehensip dan terpadu.
C. Menerapkan Model Pembelajaraa IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Humanistik
Sebagai contoh, dapat kita khat kurikulum Sekolah Dasar kelas V catur wulan 2, sebagai berikut:
a. Tujuan Instruksional Umum
Siswa mengenal sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia,
b. Pokok Bahasan
Perpindahan (migrasi) penduduk,
c. Uraian Materi
1)menemutunjukan faktor-faktor pendorong dan penarik perpindidikan penduduk
2)membahas macam-macam migrasi
3)menceritakan manfaat migrasi.
Setelah kita pahami tema pokok di atas yaitu migrasi penduduk. tema pokok tersebut kita lihat dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu Misalnya kita akan menjelaskan uraian materi: faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk. Maka kita dapat menyorotinya dari sudut pandang ekonomi, geografi, kebudayaan, pemerintahan dan pekerjaan.
Dari geografi; faktor-faktor pendorongnya adalah berkurangnya sumber alam, hasil tambang, kayu, bencana alam (banjir, tanah longsor, gempa bumi dan sebagainya. Faktor penariknya adalah keadaan alam yang menyenangkan seperti iklimnya sejuk, tanahnya subur dari aman dari bencana alam.
Dari kebudayaan; faktor pendorongnya adalah tidak cocok lagi dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan setempat. Faktor penariknya atau kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan ada pusat-pusat kebudayaan (museum sejarah dan keraton), adanya pusat-pusat hiburan dan olah raga dan sebagainya.
Dari ekonomi; faktor pendorongnya adalah menyempitnya lapangan pekerjaan, rendahnya pondapatan yang diperoleh dan karena alasan pindah kerja. Faktor penariknya adalah rasa superior untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang lebih baik.
Dari pemerintahan; faktor penclorongnya adalah adanya tekanan diskriminasi politik dan ras/suku.
Demikian tadi contoh sederhana mengenai penerapan pendekatan humanistik dalam proses bclajar mengajar. Tentunya Anda dapat mencari tema pokok dan mengembangkannya dengan sudut pandang yang lebih luas dan terpadu.
Dalam pelaksanaannya di dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.guru memahami tujuan pembelajaran
2.guru menentukan dan memahami materi pelajaran yang akan disampaikan dan menentukan tema pokok
3.guru membentuk kelompok kerja yang beranggotakan para rnurid kelompok tersebut setelah mengetahui tema pokok kemudian disuruh bekerja sesuai dengan tugasnya yakni membahas suatu tema tertentu dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang relevan setelah selesai, maka diadakan pembahasan hasil kerja yang dipimpin oleh seorang murid atas bimbingan guru hasil pembahasan tersebut disimpulkan.
Catatan: Pelaksanaan tersebut dapat dilakukan secara individu.
Sumber Buku Pendidikan IPS di SD Karya Drs Ischak, S.U. dkk

Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Berorientasi Pemecahan Masalah

Merancang dan Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Berorientasi Pemecahan Masalah

A. Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah
Masalah dapat diartikan setiap hal yang mengundang keragu-raguan, ketidakpastian atau kesulitan yang harus diatasi dan disclesaikan. Selanjutnya masalah sosial dapat diartikan suatu situasi yang mempengaruhi banyak orang dan dianggap sumbcr kesulitan atau ketidakpuasan yang menuntut untuk dipecahkan. Secara operasional, masalah sosial diartikan suatu situasi yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Mcnurut sifatnya, masalah sosial bermacam-macam; statis-dinamis, besar-kecil, sederhana-komplcks. Dengan demikian strategi pemecahannya pun harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik masalahnya. Seperti ada yang dipecahkan secara intuitif, coba-coba, tradisional, berdasarkan pengalaman lampau, terkaan kasar dan sebagainya.
Secara umum kita mengenal tiga cara pemecahan masalah:
a. Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan masalah yang dilakukan oleh penguasa yang berwenang (pejabat, guru, hakim, dan Iain- lain).
b. Pemecahan masalah secara ilmiah, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.
c. Pemecahan masalah secara metafisik, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan cara-cara yang tidak rasional, misal secara gaib.
Pemecahan masalah merupakan suatu proses memecahkan masalah ini mcnyangkut mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti y dikehendaki.
Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap terhai suatu masalah. Dengan demikian pendekatan pemecahan masalah ade pendekatan yang digunakan dalam mempelajari IPS terpadu dengan mak mengubah keadaan yang aktual menjadi keadaan seperti yang kita kehenc dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
Apabila kita menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar-mengajar kita akan memperoleh manfaat, antara lain:
a. mengembangkan sikap/keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahannya serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.
b. mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses berpikir terdiri dari serentetan keterampilan seperti mengumpulkan informasi/data, membaca dan menafsirkan data, dan Iain-lain yang penerapannya membutuhkan latihan dan pembiasaan,
c. siswa benar-benar menghayati untuk berpikir dan mengembangkan minat dalam berbagai kemungkinan,
d. membina pengembangan sikap penalaran lebih jauh dan cara berpikir objektif, mandiri, kritis dan analitis baik secara individual maupun kelompok.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas maka program dan jalani proses kegiatan belajar mengajar, hendaknya:
a. memberi kesempatan pengembangan pengalaman individu dan berpusat pada siswa,
b. dibina suasana belajar yang bebas dari tekanan, paksaan dan ketakutan.
B. Merancang Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam merancang model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah; seyogyanya mendasarkan pada pemikiran kritis dan reflektif yang-mengikuti proses kerja sebagai berikut:
1.menyadari adanya masalah
2.mencari petunjuk untuk pemecahannya
a. pikiran kemungkinan pemecahannya dan pendekatannya
b. ujiiah kemungkinan-kemungkinan pemecahan tcrsebut dengan
kriteria tertentu
3. pergunakan suatu pemecahan yang cocok dengan kritcria tertentu dan
tanggalkan kemungkinan pemecahan yang lain.
Kita perlu menyeleksi dalam memilih pendekatan pemecahan masalah di kelas bagi kepentingan proses belajar mengajar. Oleh Karena itu harus memperhatikan kriteria pemilihan masalah. Sebagai acuannya adalah kriteria pemilihan masalah seperti yang dikemukakan Qirillen dan Hannn, yakni:
a. masalah itu bersifat umum dan berulang-ulang sehingga cukup dikenal
dan menarik perhatian siswa
b. masalah itu cukup penting dibahas di kelas
c.masalab itu dapat mengembangkan kelas ke arah tujuan yang dikebendaki
d. melihat kemungkinan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
e. masalah itu dapat menjamin kelanjutan pengalaman belajar siswa.
Setelah masalah kita ketemukan, maka langkah selanjutnya adalah pemecahan masalah. Ada tiga model pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli antara lain John Dewey, Brian Larkin, Lawrence Senesh David Johnson dan Frank Johnson. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan uraian berikut:
1. Langkah-langkah dan gambaran pemecahan masalah yang dikemukakan oleh John Dewey, yaitu:
a. merumuskan permasalahan.
Mengetahui dan merumuskan permasalahan secara jelas,
b. menelaah permasalahan.
Menggunakan pengetahuan untuk merinci dan menganalisis masalah tersebut dari berbagai sudut,
c. membuat/merumuskan hipotesis.
Menghayati secara luas dan lengkap sebab akibat serta alh pemecahan masalah tersebut,
d. mcnghimpun, mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.
Kecakapan mencari dnn meyusun data dan menvisualisasikan data dalam bentuk bagan, gambar, grafik dan lain-lain,
e. pembuktian hipotesis.
Kecakapan menelaah dan membahas data, menghubung-hubungkan; atau menghitung data terhadap hipotesis dan keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan dari hal-hal di atas,
f. menentukan pilihan pemecahan/keputusan.
Kecakapan membuat, memilih dan menilaibeserta perhitungan akibat kelak.
2. Dr. Brian Larkin, konsultan kelompok bidang IPS-P3G di Malang 1978 mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut
a. definisi masalah
b. identifikasi masalah
c. analisis akibat
d. penerapan kriteria
e. pengambilan keputusan.

3.Lawrence Senesh, Guru Besar Ekonomi pada Purdue University mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah, terdiri tiga fase
a. fase motivasi
b. fase pengembangan,
c. fase k’ulminasi.
Pada fase pengembangan dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
a. menemukan gejala dati pennasalahannya,
b. mempelajari aspek-aspek pennasalahannya,
c. definisi permasalahannya,
d. menentukan ruang lingkup pennasalahannya,
e. menganalisis sebab-sebab pennasalahannya,
f. pemecahan masalah.
Hal ini didasarkan pada teori belajar spiral, di mana guru mulai dari hal yang sudah diketahui ke hal yang belum diketahui, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit dan dari yang konkret ke yang abstrak.
Model Pemecahan Masalah secara Kelompok
Model ini dikemukakan oleh David Johnson dan Frank Johnson, di mana model ini menirikberatkan pada pemecahan masalah secara kelompok yaitu pada kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan pemecahan masalah secara kelompok meliputi beberapa unsur sebagai berikut:
a. dapat menghasilkan kesepakatan tentang sesuatu keadaan yang dikehendaki
b. sepakat menetapkan struktur dan prosedur untuk menghasilkan, memahami dan memakai informasi yang relevan dengan keadaan yang aktual
c. sepakat untuk menetapkan struktur dan prosedur untuk menemukan kemungkinan pemecahan masalah, memutuskan dan mempergunakan cara pemecahan yang terbaik dan efektif.
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson sebagai berikut:
1. Definisi Masalah
Definisi masalah merupakan langkah yang paling sulit. Apabila mz marumuskan dengan baik maka langkah selanjutnya akan lebih mi Untuk perumusan masalah ini dianjurkan menggunakan langkah-lar sebagai berikut:
a. tampunglah secara terbuka semua pernyataan masalah
b. rumuskan kembali setiap pernyataan sehingga dapat memperoleh gambaran yang ideal dan aktual. Pilihlah salah satu definisi yang penting dan dapat dipecahkan.
2. Diagnosis Masalah
Langkah kcdua ini kita ingin mengetahui dimensi dan sebab sebab timbulnya masalah. Tujuannya adalah untuk mengetahui sifat dan besarnya kekuatan yang mendorong ke arah situasi yang ideal dan kekuatan-kekuatan ynng menghambat ke arah tersebut.
3. Merumuskan Altematif Strategi
Dalam kelompok ketiga ini kelompok harus mencari dan menemukan berbagai altematif cara pemecahan masalah, di mana kelompok harus kreatif berpikir divergen, memahami pertentangan antaridea dan punya daya temu yang tinggi.
4. Penentuan dan Penerapan suatu Strategi
Setelah berbagai altematif strategi pemecahan masalah diperoleh, maka kelompok pada tahap ini memutuskan untuk memilih altematif mana yang akan dipakai. Tahap ini mengandung dua aspek utama pemecahan masalah yaitu:
a. pengambilan keputusan yaitu suatu proses mengambil suatu pilihan dari berbagai altematif tindakan
b. keputusan penerapan yaitu suatu proses untuk mengambil tindakan yang diperlukan sehingga menghasilkan pelaksanaan tersebut
Dalam tahap ini kelompok harus menggunakan pertimbangan yang kritis, berpikir kovergen dalam membitat perencanaan yang nyata mengenai pelaksanaan.
5. Evaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah kelima ini kelompok mempelajari: apakah strategi itu berhasil diterapkan (evaluasi proses), apakah akibat pcnerapan strategi itu (evaluasi hasil) dan apakah keadaan akKial sudah lebih mendekati keadaan yang ideal daripada sebelum penerapan.
Hasil akhir dari evaluasi harus monunjukkan: masalah apa yang sudah dipecahkan, seberapa jauh pemea.hannya, masalah apa yang belum terpecahkan dan masalah baru apa yang timbul sebagai akibat pemecahan ini.

C. Menerapkan Model Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam menerapkan model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan masalah Anda dapat memilih model yang dikemukakan oleh para ahli di atas. Karena pada prinsipnya model pemecahan masalah tersebut adalah sama yakni dari merumuskan masalah sampai pada pemecahan masalah dengan menggunakan suatu strategi yang cocok.
Sebagai contoh, seorang guru akan menerapkan model pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan pcmecahan masalah dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Ambil contoh Sekolah Dasar kelas V . Langkah-langkah guru adalah sebagai berikut:
1. menentukan tujuan pembelajaran
Siswa mengenai sumber daya manusia dan ciri khas kebudayaan Indonesia,
2. menentukan pokok bahasan.
Jumlah penduduk
3. menentukan dan memahami materi pelajaian yang akan disampaikan
Membahas cara-cara pengendalian pertambahan jumlah pendu Indonesia
4. Setelah guru melakukun persiapan di atas maka langkah selanjutnya adalah menyampaikan materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah secara kelompok dengan prosedur: guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Kemudian kelompok tersebut atas bimbingan dan pengarahan guru mengikuti proses kerja sebagai berikut:
a. Mendefinisikan Masalah
Langkah yang ditempuh adalah: menampung seluruh pernyataan masalah yang berkaitan dengan cara-cara untuk mengendalikan pertambahan pendrduk Indonesia; merumuskan kembali pernyataan masalah dan memilih beberapa definisi masalah yang dapat diselcsaikan oleh setiap kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan fasilitas yang ada,
b. Mendiagnosis Masalah
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui dimensi dan sebab-sebab. timbulnya masaiah. Adapun sebab-sebab timbulnya masalah tersebut antara lain:
1)tingginya angka kawin muda, hal ini menyebabkan kesempatan unruk melahirkan menjadi besar dan dalam jangka waktu yang panjang memungkinkan untuk melahirkan dalam frekuensi yang banyak
2)adanya anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki, hal ini yang mendasari keluarga besar dalam satu lumah tangga
3)adanya anggapan bahwa mengendalikan kelahiran dengan kontrasepsi merupakan perbuatan haram
4)rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang keluarga berencana, sehingga mereka tidak mengetahui cara-cara untuk mengendalikan kelahiran dan hal ini ditunjang dengan sarana dan prasarana praktik KB yang belum merata ke seluruh lapisan masyarakat,
c. merumuskan alternatif strategi
Tahap ini kelompok harus kreatif dan berusaha untuk merumuskan alternatif strategi untuk memecahkan masalah serta dituntut mempunyai daya nalar yang tinggi. Setelah mengetahui sebab-sebab timbulnya masalah yang ditinjau dari berbngai sudut pandang, maka kita dapat merumuskan strategi pemecahan masalah dengan jalan:
1)menggalakkan Keluarga Berencana secara nasional, karena strategi ini dapat menekan angka kelahiran,
2)meningkatkan pendidikan kependudukan di seluruh masyarakat Indonesia,
3)membuat undang-undang yang mengatur tentang batas usia kawin pertama bagi penduduk Indonesia baik pria maupun wanita,
4)membudayakan dan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
d. penentuan dan penerapan strategi
Tahap ini kelompok-kelompok memutuskan untuk memilih alternatif strategi yang akan dipakai. Tentunya alternatif yang dipilih sudah melalui pertimbangan yang matang, sehingga diharapkan strategi tersebut dapat menjadi obat mujarab bagi pemecahan masalah. Adapun alternatif strategi yang dipilih antara lain:

1)meningkatkan gerakan Keluarga Berencana secara nasional dengan menggunakan alat kontrasepsi, Strategi ini untuk memecahkan masalah tingginya angka kelahiran,
2)melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Strategi ini untuk memberikan penjelasan tentang arti penting dan hakikat keluargn kecil bahr.gia sejahtera bagi
masyarakat yang masih mempunyai anggapan keluarga besar dalam satu rumah tangga,
3)membuat undang-undang perkawinan yang mengatur batas minimal usia kawin pertama bagi penduduk Indonesia. Strategi ini untuk memecahkan masalah rendahnya usia kawin pertama yang dilakukan penduduk Indonesia khususnya di pedesaan,
e. evaluasi keberhasilan strategi
Tahap ini kelompok mempelajari: apakah strategi itu bi diterapkan; apakah akibat dari penerapan strategi itu; apakah keadaaan akrual sudah mendekah keadaan yang kita kehendaki,

5. Setelah kelompok sampai kepada tahap evaluasi, maka langkal selanjutnya mengadakan tanya jawab mengenai hasil pemecahan masalah yang diputuskan masing-masing kelompok yang bertujuan mendapatkan keputusan bersama mengenai strategi pemecahan masalah cara-cara mengendalikan pertambahan penduduk Indonesia.
Demikian langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah dalam belajar mengajar secara sederhana. Anda dapat memodif ikasi langkah-langkah yang disampaikan oleh para ahli dengan tetap memperhatikan pi prinsip yang baku sesuai dengan gaya mengajar Anda serta fasilitas yang ada

Sumber Buku Pendidikan IPS di SD Karya Drs Ischak, S.U. dkk

RUANG LINGKUP DAN PROSES PEMBELAJARAN IPS

PENDAHULUAN

 

Keluarga merupakan kelompok perdana / primary group) dalam pembenrtukan kepribadian seseorang.(ch H. Cooley)

Keluarga memiliki kekuatan psikologi langsung dalam pembentukan kepribadian

 

Sedangkan gudep pramuka, karang taruna, kelompok organisasi merupakan scondary group yang mempengaruhi secara sekunder terhadap pembentukan kepribadian.Untuk memahami ini silakan menghayati sendiri betapa besar pengaruh keluarga terhadap pembentukan kepribadian anada (kedisiplinan, kepedulian, kebersihan,etos kerja, harga diri )

Ditinjau dari lingkup IPS, Kemajuan IPTEK di bidang elektronika yang menghasilkan telpon, TV, HP dll telah memperpendek jarak relatif suatu bagian dunia dengan bagian dunia lainnya, hal ini sangat berpengaruh pada terhadap proses budaya dalam kehidupan sosial.

 

Perkembangan IPTEK di bidang transportasi-komunikasi meningkatkan hubungan sosial manusia dari satu ruang geografi ke ruang geografi lainnya tidak saja satu arah tapi timbal balik ”interaksi sosial” proses ini tidak hanya trbatas pada proses budaya tapi telah meluas ke aspek-aspek lainya sperti aspek politik, terutama ekonomi.

 

Ruang lingkup IPS

 

Ditinjau dari aspek-aspeknya meliputi hubungan sosial,ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, gegrafi dan politik.

Ditinjau kelompoknya meliputi keluarga,RT,RW,WK,Warga Desa, ormasy. Sampai ke tingkat desa. Lokal, nasional,regional, global.

Proses interakksi sosial meliputi interaksi bid. Kekkbudayaan, politik dan ekonomi.

Mengingat luasnya cakupan IPS maka guruIPS wajib melakukan sseleksi agar sesuai dg tingkat jenajng dan kemampuan peserta didik.

Wajib mengenali sumber dan apendekatan yang sesuai dg peserta didik

 

NILAI-BILAI yang DIKEMBANGKAN IPS

Nilai edukatif

Nilai praktis

Nilai teoritis

Nilai filsafat

Nilai ketuhanan

 

NILAI EDUKATIF

Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah addanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih baik.

Menanamkan perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian dan tanggung jawab sosial melalui pendidikan IPS, fakta sosial diproses melalui metode dan pendekatan IPS untuk membangkitkan sikap + di atas.

Sikap positif dia tas terus dikembangngkan dalam penddilan IPS untuk mengubah perilaku peserta didik kearah kerja sama, gotong royong, dan membantu pihak2 yang membutuhkan.

Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dan sekolah pada umummnya melainkan lebih jauh dari itu b dlaksanakan dalam kekhidupan prakttis sehari-hari

 

NILAI PRAKTIS

Pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik jk tidak memiliki nilai praktis.

Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, tapi digali dari kehidupan sehari2 (disesuikan dg umur dan kegiatan siswa)

Penget IPS bermanfaat scr praktis dalam kehidupan masa depan

 

NILAI TEORITIS

Pendidikan IPS tak hanya menyajikan fakta & data yang terlepas tp menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dg lainnya

Dibina +dikkembangkan kemampuan nalar kearah sense of rality, sense of discovery, sense of inquiry, kemampuan mengajukan hipotesis thd suatu masalah.

Dalam menghadapai kehidupan sosial yang berubah ini kemampuan berteori sangat berguna dan strategis. Disini pensdidikan membina dan mengembangkan.

 

NILAI FILSAFAT

Menumbuhkan kemampuan merenung kan keberadaannya dan pernannya di tengah masyrakat shg tumbuh kesadaran mrk srlaku anggota msy. Atau sebagai makhluk sosial

 

NILAI KETUHANAN

Selaku guru IPS harus menyadari bahwa materi proses pembelajaran apapun pada pendidikan IPS wajib berlandaskan nilai ketuhanan.

Kekaguman akan ciptaa-Nya akan menumbuhkan rasa syukur kepadaNYA ssebagaikunci kebahagiaan manusia lahir dan bathin.

 

PROSES PEMBELAJARAN BERTAHAP

Sejarah

Ekonomi

Budaya

Psikologi

Hub sosial

Politik

Geografi

 

PROSES PEMBELAJARAN IPS

1. Penguasaan materi sebagai landasan kepercayaan

2. Anak didik kita tidak kosong sama sekali oleh pengetahuan sosial

3. Proses pembelajaran mengkaitkan fenomena yang ada di sekitar anak, dapat memperkaya pengetahuan, mempertajam penalaran-

Anak mempunyai pengetahuan sesuai dengan penghayatan dan pegalamannya

Kejadian sosial yang nyata dialami dan diamati dapat ditarik ke dalam kelas sebagai bahasan yang menarik

4. Makna yang wajib dihayati dalam proses pembelajaran IPS yaitu nilai-2 kehidupan yang menjadi landasan kebahagiaan hidup di masyarakat sebagai makluk sosial.-

5. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh nilai2 yang bermakna, akan menjadikan siswa yang berkemampuan intelektual tinggi namun emosinya tumpul-

Nilai yang wajib dihayati nialai filsafat yang menjadi kaesadaran keberadaan manusia di masyarakat dan lingkungan.

Nilai keTuhanan yang mjd landasan IMTAQ, baersyukur atas nikmat, kekaguman atas makhluk ciptaan Tuhan,

Emosi tumpul berarti lebih mementingkan nilai material dari pada nilai moral

Atau mengobankan nilai moral demi tercapainya nilai maaterial.

 

YANG HARUS DIHINDARI GURU IPS

1.Proses pembelajaran IPS yang makin membuat siswa asing tehadap kehidupan yang sesungguhnya.

2.Mendidik siswa hafal materi IPS yang diperoleh di sekolah namun tidak mengetahui hal tsb dalam kehidupan sehari2 –

Untuk memningkatkan nalar penghayatan dan kepedullian siswa thd masalah2an sosial yang terjadi di masyarakat materi pembelajaran dapat diberikan sebagai tantangan, materi tidak saja dilontarkan

 

KESIMPULAN

1.Untuk memningkatkan nalar penghayatan dan kepedullian siswa thd masalah2an sosial yang terjadi di masyarakat materi pembelajaran dapat diberikan sebagai tantangan, materoi toidak saja dilontarkan

2.Dalam proses pembelajaaran IPS ragamm pendekaatan dan metode yang diterapkan disesusikan dg kondisi lingkup msyarakat serta aspek yang menjadi pokok bahasan.

Keragaman penekatan dan metode yang ditrapka pada proses pembelajaran IPS, dapat mempr tahankan suasana hangat dan menarik

3. Empat landasan dalam proses pembelajaran IPS adalah telah dimilki

1)mental psikologis yang melekat pada diri peserta didik,

2)pEngetahuan sosial yang scr spontan

3) Ruang lingkup IPS sangat luas

4) Nilai-nilai yang melekat pada pendidikan IPS

HAKEKAT IPS SEBAGAI PROGRAM STUDI

PENDAHULUAN

 

Pada hakekatnya perkembangan hidup manusia mulai saat lahir sampai menjadi dewasa tak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan tak asing bagi tiap orang –

Sejak bayi telah melakukan hubungan dengan orang lain terutama dengan ibunyadan dengan anggota keluarga yang lainnya. Meskipun dengan sepihak. Hubungan sosial itu telah terjadi, tanpa hubungan sosial bayi tidak akan mampu berkembang menjadi manusia dewasa.

 

Pengalaman manusia di luar dirinya tak hannya terbatas hanya dalam keluarga tapi juga meliputi teman sejawat, warga kampung dsb. Hubungan sosial yang dialami makin meluas. Dari pengalaman dan pengenalanan dan hub. Sosial tsb dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan

Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang termasuk pada diri orang lain dapat terangkum dalam “pengetahuan sosial” –

 

Segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing.

 

Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan sosisal, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, sejarah, geografi. –

Beraspek majemuk berarti kehidupan sosisal meliputi berbagai segi yang berkaiatan satu sama lain. –

Bukti bahwa maanusia adalah multiaspek, kehidupan sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi adalah sandang, papan, pangan merupakan kebutuhan manusia.

 

Kehidupan manusia tak hanya terkait dengan aspek sejarah tatapi juga dengan aspek ruang dan tempat. Sering kita ditanya “kapan kamu lahir” dan dimana kamu lahir” ini menunjukkan bahwa ruang atau tempat memiliki makna tersendiri bagi kehidupan kita manusia.

 

Karena setiap aspek kehidupan sosial itu mencakup lingkup yang luas untuk mempelajari dan mengkajinya menuntut bidang-bidang ilmu yang khusus .

Melalui ilmu-ilmu sosial dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial masing2

 

Kajian yang Dipelajari dalam Ilmu Sosial

 

Sosiologi mempelajari segala hal yang berhubungan dengan aspek hubungan sosial meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan dan lain-lain

Ilmu Ekonomi mempelajari proses, perkembangan dan permasalahan yang berhubungan dengan ekonomi

Segala aspek psikologi yang berhubungan dengan sosial dipelajari dalam ilmu psikologi sosial ..-

Aspek budaya perkembangandan permasalahannya dipelajari dalam antropologi

Aspek sejarah yang tak dpt dipisahkan dalam kekhidupopan kita dipelajari dalam sejarah

Aspek geografi yang memberi efek ruang terhadap kehidup manusia dipelajari geografi

 

Aspek politik yang menjadi landasan keutuhan dan kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik

Norma, nilai bahasa, seni dsb yang menjadi komponen dalam kehidupan manusia dipelajari dalam bidang humaniora walau humaniora dan ilmu sosial berbeda namun mengkaji obyek yang sama sehingga IPS mengintegrasikan keduanya. –

 

Oleh karena itu IPS merupakan mata pelajtan atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora

 

Mengapa IPS harus dipelajari dan diajarkan kepada anak didik? Padahal pengetahuan sosial itu telah melekat pada diri kita, dan tak asing lagi. Memang pengetahuan sosial itu diperoleh secara alamiah dari kekdupan sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing namun hal ini belum cukup menginat kehidupan masyarakat dengan segala permasalahannya makin berkembang.untuk menghadapi keadaan demikian pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tidak cukup. Disini perlu pendidikan formal khususnya pendidikan IPS

 

Apa tujuan yang wajib dicapai dari pendidikan IPS ? Pertanyaan ini bisa dijawab: tujuan yang ingin dicapai adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan ketrampilan dan kepdulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri sertab g masyyarakat dan negara.

 

Fungsi IPS sebagai Pendidikan

Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosial nya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan nasional