Krisis dalam Organisasi/perusahaan

Krisis dalam Organisasi/perusahaan

Krisis, sebuah kata yang sangat ditakuti oleh setiap organisasi/ perusahaan, merupakan fenomena yang terjadi pada hampir setiap organisasi/perusahaan, besar maupun kecil, baik yang menerapkan manajemen modern ataupun sederhana.
Pada dasarnya, ada dua macam kemungkinan krisis, yakni
1.kemungkinan yang paling diperhitungkan
2.kemungkinan yang paling tidak diperhitungkan.
Kemungkinan krisis yang paling diperhitungkan biasanya berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan kemungkinan yang paling tidak diantisipasi adalah krisis-krisis eksternal yang kemungkinan terjadinya sangat kecil namun konsekuensinya tidak kalah berbahayanya. Sebagai contoh, kemungkinan krisis yang paling diperhitungkan oleh sebuah hotel adalah ancaman kebakaran gedung atau ancaman teracuninya makanan yang hendak disajikan kepada para tamu. Sedangkan kemungkinan yang paling tidak diperhitungkan adalah gempa bumi, pergolakan sosial, atau pertempuran bersenjata.
Bentuk-bentuk kedua kemungkinan krisis tersebut boleh dikatakan tidak terbatas. Hal-hal yang paling kecil sekalipun bisa berkembang menjadi sumber ancaman yang mengerikan. Oleh karena itu, sekecil apa pun kemungkinan krisis itu, kita tidak boleh mengabaikannya.
Suatu krisis yang tidak ditangani secara terbuka akan berakibat buruk pada perusahaan yang bersangkutan. Organisasi/perusahaan yang berusaha menutupi krisis yang melandanya, atau berupaya menanganinya secara tertutup, justru akan mengundang lebih banyak kecaman.
Sebaliknya, apabila suatu organisasi/perusahaan mampu mengatasi krisis yang melanda dengan baik secara terbuka, mampu menerima kritikan yang dituju kepada organisasi/perusahaannya dengan lapang dada, kemudian berusaha mencari jalan keluar atas permasalahan yang terjadi, organisasi/perusahaan tersebut akan lebih mudah mendapatkan kembali kepercayaan publik.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, krisis dapat terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Dari faktor internal perusahaan, sesungguhnya krisis memang selalu menyertai pertumbuhan perusahaan, yang berarti krisis timbul sebagai hal yang alami dan muncul pada setiap fase pertumbuhan suatu perusahaan. Seperti halnya manusia, perusahaan juga mengalami tahap-tahap pertumbuhan yang dimulai dari lahir, muda, dewasa, dan mati. Pada masa kanak-kanak, seperti halnya manusia, perusahaan akan banyak melakukan kesalahan. Pada usia lanjut, perusahaan juga menjadi kaku, loyo, dan tidak lagi sportif seperti ketika muda. Tahapan-tahapan yang dilalui perusahaan mulai dari lahir hingga masa perkembangannya disebut dengan daur hidup organisasi atau organization life cycle. Praktisi humas perlu memahami tahapan-tahapan inii untuk membedakannya dengan krisis lain yang timbul di luar garis normal, yang memerlukan penanganan khusus.

Daur Hidup Organisasi dan Krisis yang Menyertainya

1.Pada tahap kewirausahaan krisis yang biasanya muncul adalah krisis cara memimpin. Pada tahap ini para pendiri perusahaan tengah berkonsentrasi pada kreativitas produk, teknik produksi, dan pemasaran, sedangkan jumlah karyawan terus bertambah. Jumlah karyawan yang terus membesar ini sudah mulai perlu dikelola secara profesional. Pada tahap pertumbuhan ini praktisi humas umumnya belum ada karena dianggap belum diperlukan dan fungsi humas masih dilakukan oleh pimpinan puncak. Krisis yang timbul adalah masalah manajemen internal.
2.Pada tahap prapembentukan, krisis yang terjadi adalah masalah pendelegasian dan pengendalian. Pada tahap ini biasanya perusahaan sudah mulai melakukan klasifikasi departemen sesuai kebutuhan lengkap dengan deskripsi tugas, hierarki, wewenang, dan struktur gaji yang pasti. Namun, pemilik atau pendiri perusahaan enggan mendelegasikan kegiatannya kepada staf, padahal ada sebagian staf yang ikut dalam proses lahirnya perusahaan sudah merasa senior, memiliki keahlian dan pengalaman di bidangnya masing-masing, sudah merasa memiliki hak untuk diberi otonomi dan ikut andil dalam mengatur perusahaan. Organisasi pada tahap ini membutuhkan mekanisme untuk mengendalikan departemen tanpa supervisi langsung dari atas.
3.Pada tahap pembentukan, krisis yang terjadi adalah terlalu banyaknya titik rawan (red tape)yang harus dibenahi dengan kaca mata yang jernih dan objektif. Pada tahap ini organisasi terlampau birokratis yang mengakibatkan perusahaan kehilangan kepercayaan dari stakeholdersnya karena terganggunya komitmen perusahaan keluar.
4.Pada tahap perluasan krisis yang terjadi adalah kondisi perusahaan yang semakin menurun dan kurang berdaya menghadapi serangan dari luar. Maka yang diperlukan adalah revitalisasi di mana tugas praktisi humas adalah melobi semua pihak (stakeholders) agar tetap percaya pada perusahaan dan para eksekutifnya

Baca Artikel Lain

Apa Harus Dilakukan Guru Dalam Pelaksanaan Proses Belajar-mengajar;>>>> Baca

Anatomi Krisis;>>>>> Baca

Fungsi Motivasi Dalam Belajar;>>>>>>>>>>>> Baca

Komunikasi Persuasif Dalam Iklan;>>>>>>>>> Baca

Tinggalkan komentar