Fungsi dan Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurkulum

Fungsi dan Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurkulum

Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa.
Isi dalam pengertian di atas adalah bahan pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal Sedangkan media penyampaian merupakan metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan lokal.
Contoh: Untuk menanamkan konsep himpunan seorang guru menggunakan batu dan buah-buahan dengan metode mengajar demonstrasi dan bahasa pengantar bahasa daerah.
Dari contoh tersebut, guru belum dapat dikatakan telah menerapkan muatan lokal walaupun media penyampaian atau sarana yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena bahan pelajaran atau isi yang disajikan tidak menunjang tujuan muatan lokal.
Kegiatan belajar mengajar yang bermuatan lokal harus mencakup baik isi maupun media penyampaiannya. Misalnya,pada suatu daerah tertentudianggapperiumelestarikan pakaian tradisional daerah sedangkan dalam kurikulum terdapat pokok bahasan mengenai kebutuhan pakaian. Untuk maksud tersebut dalam mengajarkan subpokok bahasan kebutuhan pakaian, selain fungsi dan jenis pakaian secara nasional, guru juga membahas tentang pakaian yang mencakup antara lain tentang arti dari bagian-bagian penting dari pakaian adat, cara memakainya, dan kapan serta di mana pakaian adat itu pantas digunakan, baik di masa kini maupun di masa lalu. Di samping itu guru juga mengajak murid untuk menemutunjukkan apa perbedaan pakaian adat masa lalu dan masa kini serta persamaan dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Cara penyajian yang sederhana dapat menggunakan gambar-gambar yang melukiskan penggunaan pakaian adat masa lalu dan masa kini. Dengan cara demikian maka isi dan media penyampaian dapat menunjang tercapainya tujuan muatan lokal yaitu antara lain murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya dan murid dapat menjadi lebih akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri.
Lingkungan alam adalah Lingkungan hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen bi natang dan tanaman beserta tempat tinggalnya dan hubungan timbal balik antar komponen tersebut. Jadi dalam lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain kolam, tambak, sungai, hutan, tanah kebun, lapangan rumput, sawah, keindahan alam, beserta isinya.
Secara geografis lingkungan alam ini dapat dibagi menjadi lingkungan pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan/gunung dengan ekosistem yang terdapat di dalamnya.
Lingkungan sosial adalah lingkungan yang mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara manusia satu dengan lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Contoh-contoh lingkungan sosial antara lain adalah interaksi antarmanusia yang terdapat dalam lingkungan sekolah. lingkungan kelurahan/desa, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan lembaga=lembaga formal seperti: Koperasi Unit Desa, Puskesmas, dan Posyandu, serta lembaga-lembaga informal seperti: Subak di Bali dan sejenisnya.
Lingkungan budaya adalah lingkungan yang mencakup segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu daerah tertentu.Termasukdi dalamnya antara lain adalah kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (misalnya, tata krama dan tata cara pergaulan dengan orang tua sendiri atau orang lain yang usianya lebih tua, pergaulan dengan teman sebayadan tetangga),nilai-nilai, sertapenampiIan perlambang-perlambangyangmenyatakanperasaan, yang antara lain terdapat dalam upacara adat/tradisional, bahasa daerah (aksara, tutur kata, dan rasa bahasa daerah), dan kesenian daerah (termasuk tari-tarian daerah).
Keterpaduan antara lingkungan alam, sosial dan budaya pada hakikatnya membentuk suatu kehidupan yang memiliki ciri tertentu yang disebutpo/a kehidupan. Jadi pola kehidupan masyarakat mencakup interaksi antar anggota masyarakat berkenaan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Interaksi antar anggota masyarakat itu meliputi interaksi antar individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok, baik formal maupun informal. Dalam kenyataannya pola kehidupan satu masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan alamnyadan sejarah perkembangan kebudayaannya. Kebudayaansuatu masyarakat antara lain mencakup gagasan, keyakinan, pengetahuan, aturan dan nilai, dan perlambang (simbol-simbol) yang digunakan untuk menanggapi lingkungannya. Dengan demikian, pengembangan bahan pelajaran bermuatan lokal yang mengacu pada pola kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung mengembang kanwawasan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya.

Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurikulum

Muatan lokal dalam kurikulum dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau bahan kajian suatu mata pelajaran yang telah ada. Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal dapat sebagai tambahan bahan kajian dari mata pelajaran yang telah ada atau disampaikan secara terpadu dengan bahan kajian lain yang telah ada. Karena itu, untuk muatan lokal dapat dan tidak dapat diberikan alokasi waktu tersendiri. Muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat diberikan alokasi jam pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa daerah, pendidikan kesenian, dan pendidikan keterampilan. Demikian pula, sebagai bahan kajian tambahan dari bahan kajian yang telah ada atau sebagai satu atau lebih pokok bahasan dapat diberikan alokasi waktu. Tetapi muatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah ada sukar untuk diberikan aiokasi jam pelajaran. Bahkan muatan lokal berupa disiplin di sekolah, sopan santun berbuat dan berbicara, kebersihan sena keindahan sangat sukar bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu.

Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum

Fungsi Penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
Fungsi Integrasi
Murid merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang be rfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentukdan mengi ntegrasikan pribadi kepada masyarakat.
Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas perbedaanberarti pula meraberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal hams merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap-fcerbedaan minat dan kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal hams dapat befungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Tujuan Muatan Lokal
Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam ,kualitassosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat.
Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak iangsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.
a, Tujuan langsung
1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid
2) Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan
3) Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
b. Tujuan tak langsung
1) Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan murid dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang adadi lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai daya tank tersendiri bagi seorang anak. Jean Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anakmelihat dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secan. keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid. Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.
Landasan teoritik muatan lokal
a. Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan Kjta menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak. Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar dari Ausubel (1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada intinya menyatakan bahwa sesuatu yang
baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh murid.
Penerimaan gagasan baru dengan bantuan gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Johan Friedrich Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah apersepsi.
b. Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira bila diberikan kesempatan untuk menjelajahi lingkungan sekitarnyayangpenuh dengan sumber belajar. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam proses pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan dengan baik.
4. Landasan Demografik
Keindahan bangsa dan negara Indonesia terletak pada keanekaragaman pola kehidupan dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di berpuluh-puluh ribu pulau dari Sabang sampai dengan Merauke. Kekaguman terhadap bangsa dan negara Indonesia telah dinyatakan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila. Keanekaragaman tersebut bukan saja ada pada bidang budayanya saja, tetapi juga pada keadaan alam, fauna dan floranya serta kehidupan sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan muatan lokal.
Selain landasan-landasan pemikiran tersebut di atas, pengembangan muatan lokal juga didorong oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa banyak murid Sekolah Dasar terpaksa hams meninggalkan bangku sekolah yang antara lain disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi orang tua murid, kurang sesuainya kurikulum sekolah dengan kebutuhan murid.
Salah satu faktor penyebab urbanisasi adalah karena pendidikan belum dapat memberikan kemampuan kepada murid untuk mengenal dan memanfaatkan keadaan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang ada di sekitarnya untuk mengembangkan pribadinya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya di daerah tempat asalnya. Mengingat berbagai sebab tersebut di atas, maka tujuan-tujuan yang telah ditetapkan diharapkan dapat dicapai melalui gagasan dan penerapan muatan lokal di sekolah.

12 Comments

  1. Sy sedang bingung bagai mana caranya untuk mengajar mata pelajaran mulok ? Karna selama ini yang berikan guru2 mulok pada umumnya hanyalah masalah praktek saja sementara materinya tidak ada satu katapun, sehingga dari pengalaman guru2 senior itu sypun mengikuti metode cara ngajarnya. Dan cara seperti itu membuat cara ngajar saya terasa kaku karna tidak dibarengi dengan materi, sy sudah berusaha cari materi tentang sejarah mengenai mulok atau materi2 lainnya yg menyakut mata pelajaran mulok bahkan bukunya sulit saya cari untuk sy ajarkan ke siswa2(SMA) sy. MOHON BANTUANNYA MENGENAI CARA MENGATASINYA TW JUDUL BUKU APA YANG HARUS CARI YANG MINIMAL BISA SY AJARKAN. TRMKSH !!

    Oleh surya BIMA

Tinggalkan komentar