Menulis Karya Ilmiah

Menulis Karya Ilmiah

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.

Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil penelitian.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.

Karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

Karakteristik Karya Ilmiah

Karakteristik sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa.

Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Persiapan Penulisan Karya Ilmiah

Tahap persiapan penulisan karya ilmiah terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut ini.
Pemilihan topik/masalah untuk tulisan, yang dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan dengan jelas dan spesifik serta menentukan dan menelusuri topik tulisan agar lebih terfokus.
Pengidentifikasian calon pembaca.
Penentuan cakupan materi untuk tulisan.

Pengumpulan Informasi untuk Penulisan Karya Ilmiah

Proses pengumpulan data/informasi untuk keperluan penulisan karya ilmiah dapat dilakukan dengan cara penelusuran bahan atau sumber bacaan di perpustakaan dan melacak informasi dari orang-orang yang ahli dalam bidang tertentu dengan jalan mewawancarainya.
Dalam memanfaatkan perpustakaan, ada beberapa bagian yang perlu diketahui cara penggunaannya, yaitu encyclopedia, bibliografi, periodical, referensi, data statistik, dan terbitan-terbitan pemerintah.
Penelusuran pustaka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu lewat online catalog, biasanya menggunakan terminal komputer sebagai sumber informasinya, dan card-catalog (kartu katalog), di mana semua informasi tentang pengarang/penulis buku/artikel, judul buku dan subjek/topik tulisan dicatat dalam kartu.
Terdapat 3 (tiga) jenis kartu katalog yang, dapat digunakan pada saat penelusuran pustaka, yaitu kartu katalog yang berisi informasi tentang pengarang/penulis, judul buku/artikel dan subjek/topik yang ditulis.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelusuran data/informasi untuk tulisan dengan cara wawancara adalah berikut ini.
• Menentukan siapa yang akan diwawancarai.
• Mengembangkan pedoman wawancara.
• Melaksanakan wawancara.
• Mengolah data hasil wawancara.
• Pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan merupakan salah satu prasyarat terpenting yang menentukan keberhasilan suatu wawancara. Pedoman wawancara ini harus dikembangkan berdasarkan cakupan materi atau permasalahan yang akan dikembangkan dalam karya tulis ilmiah.

Teknik Menulis dan Kemampuan Berpikir Ilmiah

Karya tulis ilmiah adalah hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada fakta, peristiwa, dan gejala yang disampaikan secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik, cermat, tepat, jujur, dan tidak bersifat terkaan, sistematis, dilengkapi dukungan dan pembuktian, tulus, dan bersifat ekspositoris
Empat tabu bagi penulis ilmiah adalah mengakui tulisan orang lain, menukangi, menutupi kebenaran dengan sengaja, dan menyulitkan pembaca.
Faktor yang mempengaruhi kualitas tulisan ilmiah dilihat dari penggunaan bahasa adalah pemilihan kata yang tepat, pendefinisian yang tepat, dan penulisan yang singkat. Sementara itu, tulisan ilmiah yang komunikatif dapat dihasilkan dengan memperhatikan gaya menulis, penyampaian ide, dan ekspresi.

Teknik Menulis Artikel Konseptual

Tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitas tulisan adalah panjang tulisan, judul, dan nada.
Abstrak tulisan konseptual (75-100 kata) mencakup informasi tentang topik (yang dinyatakan dalam satu kalimat), tujuan, hipotesis, ruang lingkup artikel, sumber yang digunakan (misalnya observasi personal, literatur yang dipublikasikan), dan kesimpulan.

Teknik Menulis Laporan dan Artikel Penelitian

Tujuh aspek materi yang harus diperhatikan pada saat menulis laporan atau artikel ilmiah (Bartol, 1981) adalah signifikansi pertanyaan penelitian, reliabilitas dan validitas instrumen penelitian, kesesuaian hasil dengan variabel yang diteliti, kesesuaian desain penelitian, keterwakilan populasi dalam partisipan, penerapan standar etika, dan kesiapan pelaporan hasil.
Tujuh aspek teknis yang harus diperhatikan kelengkapannya dalam menulis laporan atau artikel hasil penelitian adalah halaman judul, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi, dan referensi

Bagaimana Pembaca Memahami Tulisan

Input dalam proses membaca ialah bahan tertulis yang dibaca, sedangkan output-nya adalah pemahaman terhadap bahan tertulis tersebut. Input lainnya dalam kegiatan membaca ialah kondisi yang mempengaruhi pembaca. Kondisi tersebut di antaranya ialah kondisi internal pembaca yang meliputi pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.
Pengetahuan pembaca terhadap kata berhubungan dengan aspek semantik, sintaktik, dan pragmatik dari kata tersebut. Aspek semantik berkaitan dengan makna luas dari sebuah kata itu. Aspek sintaktik terkait dengan pengkategorian kata. Pengetahuan pembaca mengenai aspek pragmatik memungkinkan pembaca memahami arti kata dalam tulisan berdasarkan arti secara keseluruhan dari tulisan tersebut.
Pemaknaan kata dijelaskan dalam dua teori berikut. Pertama, makna kata merujuk pada objek yang dinyatakan oleh kata tersebut. Misalnya, makna kata “kursi” terkait dengan objek yang digunakan untuk duduk. Namun, tidak semua kata memiliki objek sebagai rujukannya. Teori lain menyatakan bahwa kata tidak merujuk kepada objek tetapi pada konsep. Oleh karena itu, kata tertentu tetap digunakan meskipun objeknya telah berganti.
Proses membaca dipengaruhi oleh empat kondisi pembaca, yaitu (1) kemampuan pembaca dalam memproses kata dan kalimat, (2) kemampuan pembaca memahami apa yang tersirat, (3) kemampuan pembaca menangani kata-kata baru, dan (4) kemampuan pembaca untuk memilih informasi dalam tulisan berdasarkan kebutuhannya.

Target Pembaca

Pemahaman terhadap target pembaca dan karakteristiknya merupakan kunci untuk membuat tulisan ilmiah yang berhasil. Penulis perlu mencari tahu hal-hal yang terkait dengan target pembaca melalui pertanyaan
(1) siapa yang akan membaca tulisan ini,
(2) apa yang mereka ketahui mengenai subjek yang ditulis ini,
(3) mengapa mereka akan membaca tulisan ini, dan
(4) bagaimana mereka akan membaca tulisan ini?

Target pembaca digolongkan dalam
(1) masyarakat akademis,
(2) masyarakat ilmiah,
(3) penyandang dana, dan
(4) masyarakat umum.

Karakteristik dari target pembaca masyarakat akademis ialah bersifat menguji terhadap tulisan ilmiah yang dibacanya. Pembaca memfokuskan pada keakuratan informasi serta cara memperoleh informasi tersebut.
Karakteristik target pembaca ini ialah mereka membaca untuk menambah pengetahuan keilmuan dalam bidangnya. Laporan ilmiah untuk target pembaca masyarakat ilmiah mementingkan unsur kebaruan dan keaslian. Informasi ilmiah yang baru dan orisinal sangat dihargai oleh target pembaca masyarakat akademis.
Laporan ilmiah untuk target pembaca penyandang dana menekankan pada kekonsistenan terhadap TOR. Informasi dalam laporan ilmiah perlu konsisten dengan yang disyaratkan pada TOR. Meskipun laporan ilmiah merupakan “pesanan” penyandang dana, namun objektivitas perlu dijaga sesuai dengan etika ilmiah. Pengertian pesanan dalam hal ini, hanyalah menyangkut tujuan kegiatan ilmiah, bukan pada hasilnya.
Penulisan yang ditujukan pada target pembaca masyarakat umum memerlukan cara mengomunikasikan hasil penelitian yang hati-hati, cermat, dan teliti. Pengungkapan harus lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam dengan cara pengungkapan bahasa sehari-hari yang populer. Istilah teknis sedapat mungkin dihindari agar memudahkan pembaca memahaminya. Topik yang diangkat dalam tulisan difokuskan pada informasi yang sudah pasti saja yang sudah disepakati oleh kebanyakan pakar. Laporan ilmiah dengan target pembaca masyarakat umum perlu menekankan pada informasi yang praktis dan terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Sistematika dan Cara Penyusunan Laporan Penelitian

Secara umum, sistematika suatu laporan penelitian yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu
(1) bagian pembuka,
(2) bagian inti, dan
(3) bagian penutup.

Bagian pembuka sebuah laporan penelitian lengkap harus mengandung komponen-komponen berikut ini.
•Judul.
•Halaman judul.
•Halaman pengesahan.
•Halaman penerimaan.
•Kata pengantar.
•Abstrak.
•Daftar isi.
•Daftar tabel.
•Daftar grafik, bagan atau skema.
•Daftar singkatan dan lambang.

Bagian pembuka umumnya digunakan apabila laporan penelitian merupakan tulisan yang berdiri sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan.

Bagian inti merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin disampaikan. Pada bagian inti inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran disajikan secara lengkap.

Pendahuluan merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan
Kajian Pustaka dan Kerangka Teori
Kajian pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan antarvariabel tersebut.
Metodologi Penelitian
Pada bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta kelemahan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Simpulan dan Saran
Simpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari penelitian yang dilakukan. Simpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai penelitian lanjut yang dapat dilakukan
Bagian penutup pada umumnya terdiri dari (1) daftar pustaka, (2) lampiran, serta (3) daftar indeks dan atau glosarium. Daftar pustaka merupakan hal yang wajib dicantumkan, sedangkan lampiran dan daftar indeks hanya dituliskan apabila diperlukan. Daftar pustaka yang dimasukkan adalah hanya yang signifikan dan terkait dengan penelitian, baik dalam bentuk bahan cetakan, elektronik atau seminar. Daftar Pustaka yang disusun sesuai standar internasional yang paling banyak digunakan, yaitu standar dari Association of American Psychology (APA).
Lampiran dapat berupa tabel, gambar, peta, bagan, instrumen penelitian, seperti kuesioner atau daftar checklist untuk observasi, dan bentuk lain yang terkait dengan penjelasan yang telah dipaparkan dalam bagian inti laporan.
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang terdapat pada laporan. Penulisan indeks harus berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah yang akan dituliskan. Penulisan Indeks ditujukan agar pembaca dapat dengan cepat mencari istilah atau kata-kata khusus yang terdapat dalam laporan tersebut.

Sistematika dan Cara Penyusunan Makalah
Makalah pada dasarnya merupakan bentuk karya ilmiah yang paling sederhana di antara karya ilmiah lainnya. Menurut Efendi (1991) makalah diartikan sebagai karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah juga dapat berupa penyajian pemikiran ataupun mendiskusikan suatu wacana yang dianalisis secara ilmiah, yang juga terdiri dari bagian pembuka, inti dan penutup.

Bagian pembuka pada penulisan makalah sangat sederhana dan umumnya dituangkan dalam halaman judul saja. Karena sifatnya yang singkat, pada umumnya antara 5-20 halaman tergantung keperluan dan aturan yang dikenakan maka pada makalah tidak lazim disertakan keterangan, misalnya “Daftar Isi” dan “Kata Pengantar”.

Bagian inti makalah hasil penelitian, seperti halnya pada laporan penelitian, berisi pengantar/pendahuluan, metodologi penelitian, kajian pustaka dan kerangka teori, hasil dan pembahasan, serta simpulan dan saran. Perbedaannya dengan laporan penelitian, penyampaian uraian unsur-unsur ini dalam makalah disajikan dalam versi yang lebih singkat.

Bagian penutup digunakan untuk menyampaikan simpulan hasil penelitian.

Penyusunan Abstrak
Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah. Menurut Houghton (1975) abstrak dapat didefinisikan sebagai rangkuman informasi yang terdapat dalam sebuah dokumen. Abstrak untuk karya ilmiah harus menyajikan rangkuman singkat dari tiap bagian penting dalam karya ilmiah seperti pembukaan, kajian materi dan metode, hasil, dan pembahasan.

Dalam penulisan sebuah karya, setidaknya ada dua jenis yaitu: abstrak informatif dan abstrak deskriptif. Abstrak informatif merupakan ringkasan dan memuat hal-hal pokok yang asli dalam sebuah karya ilmiah. Abstrak informatif banyak digunakan dalam penulisan makalah jurnal atau penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Abstrak deskriptif dirancang untuk menunjukkan subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah, yang mempermudah calon pembaca untuk memutuskan akan membaca seluruh karya tersebut atau tidak.

Abstrak sebuah karya ilmiah dapat diterbitkan bersama-sama dengan naskah aslinya, tetapi dapat juga diterbitkan secara tersendiri. Apabila abstrak diterbitkan bersama dengan naskah aslinya maka abstrak dapat berfungsi sebagai petunjuk depan atau heading bagi pembaca. Dengan membaca abstrak, pembaca mengetahui tentang isi tulisan tersebut sehingga pembaca dapat menentukan secara cepat apakah dia perlu membacanya atau tidak atau membaca dengan cepat.

Abstrak untuk karya tulis hasil penelitian menggunakan jenis abstrak informatif yang memiliki struktur yang jelas. Seperti telah dijelaskan sebelumnya abstrak penulisan laporan penelitian pada intinya terdiri dari 5 hal penting, yaitu
(1) latar belakang,
(2) tujuan,
(3) metode,
(4) hasil, dan
(5) simpulan.

Kriteria dan Persiapan Presentasi Efektif
Presentasi yang efektif memenuhi kriteria sebagai presentasi yang komunikatif, memicu berpikir pendengarnya dan memotivasi untuk melakukan tindakan sebagai tindak lanjut. Di samping itu, presentasi efektif, materi atau isinya harus akurat, benar, tepat, dan lengkap.

Mempersiapkan suatu presentasi dilakukan melalui serangkaian langkah. Pertama, menganalisis siapa yang akan menjadi peserta atau pendengar presentasi, dengan memperhatikan di antaranya karakteristik, pekerjaan, dan minat mereka. Pemahaman terhadap pendengar akan membantu pembicara untuk membuat kaitan atau hubungan antara topik yang dibahas dengan kebutuhan dan minat peserta. Langkah kedua, menyusun garis besar materi dan melengkapi persiapan melalui riset tambahan, dilanjutkan dengan menyiapkan visual dan berlatih melakukan presentasi dengan menggunakan perangkat presentasi yang telah dikembangkan.

Bagaimana mengatasi rasa cemas sebagai pembicara yang sering menghambat seseorang untuk dapat berbicara dengan efektif, dengan cara menguasai materi pembicaraan dengan baik. Dalam menyampaikan presentasi perlu memberikan penekanan pada pokok-pokok pikiran yang penting dan menggunakan ilustrasi dalam berbagai bentuk visual, menggunakan pandangan mata untuk berkomunikasi dengan pendengar, menggunakan tanya jawab untuk memberikan klarifikasi berbagai pokok pembahasan serta menepati waktu presentasi baik pada waktu memulai dan mengakhiri presentasi.

Pembicara yang baik perlu melakukan evaluasi apa yang telah dilakukan dan menggunakan hasilnya untuk perbaikan presentasi pada kesempatan lain.
Sumber Buku Teknik Menulis Karya Ilmiah Karya I.G.A.K. Wardani, dkk

Daftar Pustaka
Hamilton, C. & Parker, C. (1997). Communicating For Results. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.
__________. (1997). Membuat Presentasi yang Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moh.Yunus. (2004). 10 Kesalahan Utama dalam Presentasi. http://indosdm.com/displayarticle18.html
Radel, J. (2004). Preparing Effective Oral Presentations. http://www.kumc.edu/SAH/OTEd/jradel/Preparing_talks/TalkStrt.html

BAB II KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS IX

BAB II KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS IX

BAB II LANDASAN TEORI
A. Kesalahan
Orang sering menyebutkan kesalahan atau salah, tetapi apakan mereka mengerti dan paham apa itu salah/kesalahan. Berikut ini akan dijabarkan pengertian kesalahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:770) kesalahan adalah kekeliruan atau kealpaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa kesalahan pada dasarnya merupakan hal yang biasa terjadi. Akan tetapi kekeliruan ataupun kealpaan itu dapat disengaja serta tidak adanya pengetahuan yang memadai. Akan tetapi, kalau dicermati dalam proses pembelajaran terutama yang dialakukan oleh siswa bahwa hal ini karena faktor kesengajaan yang bersumber dari diri siswa itu sendiri. Siswa kurang hati-hati menggunakan ejaan ketika mengarang. Hal ini biasa terjadi pada siswa.
Memang sebagai kesalahan atau hal-hal yang berkaitan dengan salah tidak selamanya disengaja, namun bila dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas, siswa tidak dapat mengerjakan soal dan mendapat nilai kurang baik. Dengan demikian, kesalahan adalah hal-hal yang secara sengaja atau tidak sengaja yang membuat sesuatu itu menjadi tidak benar.
B. Menulis
Menurut KBBI (1990:968) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (mengarang/surat) dengan tulisan. Sedangkan menurut Tarigan (2000:21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Sementara itu Tarigan mengatakan bahwa, menulis adalah suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya menulis merupakan suatu kegiatan mencurahkan rasa, perasaan, dan pikiran dalam bentuk tulisan. Kegiatan itu juga melambangkan berbagai keinginan serta gambaran yang disalurkan ataupun diwujudkan dalam bahasa, sehingga orang lain dapat memahaminya. Menulis juga tidak terlepas dari kegiatan membaca, semakin banyak membaca, akan banyak pengetahuan yang akan dicurahkan dalam tulisannya.
C. Ejaan
Menurut KBBI (1990:219) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)serta penggunaan tanda-tanda baca. Sedangkan menurut Badudu (1981:31) ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Menurut Arifin (2002: 170) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu, pemisahan dan
10
penggabungannya dalam suatu bahasa. Sementara itu menurut Kusno (1986: 61) ejaan adalah aliran menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa pada hakikatnya ejaan itu berkaitan dengan lafal, pengucapan lambang-lambang dan penggunaan tanda baca. Ejaan tidak terlepas dari kaidah maupun peraturan yang menuntut serta mengharuskan penetapan ejaan yang baik dan layak untuk masyarakat. Memang tidak mudah untuk menguasai ejaan itu, tetapi sepatutnya masyarakat bangsa ini mau belajar dengan giat, supaya mampu menguasai ejaan itu dengan baik dan benar.
Ejaan dalam bahasa Indonesia saat ini dikenal dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), sebagai bangsa Indonesia hams mengerti dan mampu menguasainya, agar tidak menemukan kesulitan dikemudian hari. Ejaan bahasa Indonesia terdapat berbagai macam ejaan yang mengatur setiap kata maupun kalimat. Aturan tersebut mulai dari mulai tanda titik, tanda koma, huruf kapital, huruf miring, titik dua, tanda titik koma, dan kebakuan kalimat (termasuk kata) semua ada peraturannya serta kaidah-kaidahnya yang tertuang dalam ejaan itu, sehingga tidak sembarangan menggunakannya.
Memang ejaan tidak dapat dipisahkan dari penggunaan bahasa dalam masyarakat. Ejaan juga perlu dibuat ketentuan dan peraturan yang baku, sehingga dapat dibuat pegangan serta panduan bagi masyarakat.

D. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, panitia pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Pembentuk Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut. a. Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan Yang Disempurnakan
/dj/ djalan, djauh /j/ jalan, jauh
/j/ pajung, laju /y/ payung, layu
12
/nj/ njonja, bunji /ny/ nyonya, bunyi
/sj/ isjarahat, masjarakat /sy/ isyarat, masyarakat
/tj/ tjukup, tjutji Id cukup, cuci
/ch/ tarich, achir /kh/ tarikh, akhir
b. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjadasing, diresmikan pemakaiannya.
/f/ maaf, fakir
/v/ valuta, universitas
/z/ zeni, lezat
c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai. a : b = p : q sinar x
d. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis
terpisah dengan yang mengikutinya.
Contoh :
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar dijalan
dipikirkan ke kampus

kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Contoh : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
Adapun hal-hal yang lain yang diatur dalam EYD adalah sebagai berikut. 1. Huruf dan Namanya
a. Huruf Kapital
Huruf besar atau huruf kapital digunakan:
1) sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat;
Contoh: Ini buku tata bahasa.
Kamu harus giat belajar!
2) sebagai huruf pertama kata yang berkenan dengan agama, kitab
suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya;
Contoh: Islam Hindu Allah Injil Mohon ampun kepada-Nya
3) sebagai huruf pertama kata pada petikan langsung;
Contoh: Kata ayah, ” Saya akan datang.”
Ibu bertanya, ” Siapa nama anak itu.”
14
4) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan,
gelar keagamaan, gelar keturunan, yang diikuti dengan nama
orang;
Contoh: Maha Putra Mohamad Yamin Nabi Isa Sultan Hamengkobuwono IX
5) sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama
orang;
Contoh: Gubernur Suprapto
Profesor Doktor Hadi
Jenderal L.B. Murdani
6) sebagai huruf pertama unsur- unsur nama orang;
Contoh: Hannoko
Ismail Marzuki
Wage Rudolf Supratman
7) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, nama
suku, atau nama bahasa; Contoh: bangsa Indonesia
orang Bali
bahasa Arab
8) sebagai huruf pertama nama tahun, nama bulan, nama hari, nama
hari raya, dan nama peristiwa sejarah;
Contoh: bulan April
tahun Masehi
hari Rabu
Proklamasi Kemerdekaan
9) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografis;
Contoh: Jakarta
Gunung Semeru Danau Toba Terusan Suez
10) sebagai huruf pertama kata yangt menyatakan nama lembaga atau
badan pemerintahan, ketatanegaraan, dan nama dokemen resmi,
termasuk juga singkatannya;
Contoh: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Universitas Gajah Mada (UGM) Undang- Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
11) sebagai huruf pertama kata-kata yang menjadi nama buku, nama
majalah, nama surat kabar, dan nama judul karangan, kecuali
partikel (seperti di, ke, dan, dari) yang tidak terletak pada posisi
awal;
Contoh: Buku Jalan tak Ada Ujung karangan Muchtar Lubis Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karangan Idrus Majalah Tempo
16
12) sebagai huruf pertama istilah kekerabatan (seperti bapak, ibu, adik, dan saudara) yang dipakai kata ganti atau kata sapaan; Contoh: Tanya ibu kepada ayah, “Kapan Bapak akan
berangkat?” Katanya kepada anak itu, “Silakan duduk Nak!”
13) dalam singkatan kata yang menyatakan unsur nama gelar, nama
pangkat, dan istilah sapaan;
Contoh: Ir insinyur
S.H. sarjana hukum
Kol. Kolonel
Sdr saudara
14) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda;
Contoh: Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
b. Penggunaan Huruf Miring
Huruf miring digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak miring, diberi garis bawah. Huruf miring digunakan untuk:
1) menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar, yang dikutip dalam karangan; Contoh: Buku Kaidah Bahasa Indonesia karangan Slamet
Mulyana. Majalah Ayah Bunda terbitan bulan Agustus 1985.
17
2) menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata;
Contoh: Ny. Indira Gandhi bukan terbunuh melainkan d/bunuh. Karangan ini tidak membicarakan masalah ejaan.
3) menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang sudah
disesuaikan ejaannya; Contoh: Buah manggis (Garcinia Mangostaan) banyak
terdapat di tempat itu.
Dulu Belanda selalu menjalankan politik devide et impera.
c. Penggunaan Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak tebal, diberi garis bawah ganda.
Huruf tebal ini berfungsi untuk menandai kata-kata yang akan dianggap penting, perlu mendapat perhatian, seperti kata kepala (entri) di dalam kamus dan ensiklopedia, subjudul di dalam karangan.
2. Penulisan Kata
Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.
a. Penulisan Kata Dasar
Kata dasar, yaitu kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses morfologi lainnya, ditulis sebagai satu kesatuan, terlepas dari kesatuan yang lainnya.
Contoh: Kita semua anak Indonesia Pohon kelapa itu tumbang
b. Penulisan kata berimbuhan
Kata berimbuhan, yaitu kata yang dibentuk dari kata dasar atau bentuk dasar dengan imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis dengan atauran sebagai berikut:
1) imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya sebagai satu kesatuan; Contoh: membangun
pembangunan
gemetar
2) kalau bentuk dasarnya adalah gabungan kata, maka awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya
atau mendahuluinya;
Contoh: bertanggung jawab lipat gandakan menganak sungai

c. Penulisan Kata Gabungan
Kata gabung atau gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah kata atau lebih. Aturan penulisannya adalah sebagai berikut:
1) kata-kata yang membentuk gabungan kata ditulis terpisah satu dengan
lainnya;
Contoh: kantor pos luar negeri
2) gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis
serangkai menjadi satu;
Contoh: matahari
hulubalang barangkali
3) kalau sebuah gabungan kata sekaligus diberi awalan dan akhiran maka
harus ditulis serangkai sebagai sebuah kata; Contoh melipatgandakan ketidakadilan dimejahijaukan
4) kalau salah satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur
pertama), tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, maka
gabungan kata itu ditulis serangkai sebagai sebuah kata;
Contoh: antarkota mahasiswa prakata
20
5) untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka diantara
unsur-unsur gabungan kata itu boleh diberi garis penghubung;
Contoh: buku sejarah-baru
dengan arti, ‘yang baru adalah sejarahnya’ buku-sejarah baru dengan arti, ‘yang baru adalah bukunya’
d. Penulisan Kata Ulang
Kata ulang adalah sebuah bentuk sebagaimana hasil dari mengulang
sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar
Contoh: jaian-jalan
berlari-lari Kemerah-merahan
Aturan penulisan kata ulang ini berlaku juga pada bentuk-bentuk seperti: sia-sia laba-laba kupu-kupu
e. Penulisan Kata Ganti Klitika
Kata ganti klitika adalah kata ganti yang disingkat seperti ku, kau, mu, dan nya. Kata ganti bentuk klitika ini ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya.

Contoh: Rumah itu sudah kubeli.
Di mana kausimpan buku itu?
Ini bukuku, itu bukumu, lalu mana bukunyal
f. Penulisan Kata Depan
Kata depan adalah kata-kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat dengan objek atau keterangan; dan lazimnya berada didepansebuah kata benda. Misalnya kata-kata di, ke, dari, pada, kepada, dengan, oleh, dalam, dan sebagainya. Kata depan ditulis dengan atauran sebagai berikut:
1) kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya;
Contoh: Kami bermain di lapangan.
Ibu baru pulang dari desa.
2) kata depan kepada dan daripada ditulis serangkai karena dianggap
sebagai sebuah kata;
Contoh: Dia minta tolong kepada polisi.
Daripada terlambat lebih baik saya tidak datang.
3) kata depan ke bersama kata yang mengikutinya apabila secara
sintaktis berlaku sebagai kata kerja, atau sekaligus mendapat awalan
dan akhiran ditulis serangkai;
Contoh: Saya keluar sebelum acara selesai.
Masalah itu telah beberapa kali dikemukakan beliau.

g. Penulisan Kata Sandang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Kembali kepada si pengirim.
Sang saka berkibar di mana-mana.
h. Penulisan Partikel
1) partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya;
Contoh: Berangkatlahsekarangjuga!
Siapakah yang kau cari? Apatah gerangan yang kau cari?
2) partikel pun yang berarti ‘ juga’ ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya;
Contoh: Berapa pun harganya bayar saja.
Dibayar pun aku tidak mau.
3) pada kata penghubung, seperti biarpun, meskipun, sunggupun, dan
sekalipun, pun ditulis serangkai karena dianggap sebagai bagian dari
sebuah kata;
Contoh: Biarpun dilarang, dia pergi juga.
Dia berangkat juga meskipun sedang sakit.
4) partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan’tiap’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya;
Contoh: Harga langganan naik per 1 April 1999
Kami disilahkan masuk satu per satu.

i. Penulisan Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
(a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
Contoh: A. S. Kramawijaya Muh. Yamin
M. B. A. master of business administration
S.Pd. sarjana pendidikan
Kol. kolonel
(b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atashuruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti
dengan tanmda titik.
Contoh: DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
(c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Contoh: dll. dan Iain-lain
sda. sama dengan di atas
(d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu kuprum

cm centimeter
kg kilogram
2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
(a) akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: TNI Tentara Nasional Indonesia
SIM Surat Izin Mengemudi
(b) akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
capital.
Contoh: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia
(c) akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu pemilihan umum
tilang bukti pelanggaran

3. Penulisan Angka
Dalam ejaan bahasa Indonesia ada digunakan dua macam angka, yaitu angka Arab dan angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
L = 50,C=100,D = 500
M=1000
a. Angka Arab
Angka arab digunakan untuk menyatakan bilangan, nomor, atau jumlah. Aturan penulisannya adalah :
1) untuk menyatakan bilanagan, nomor, atau jumlah satu sampai dengan
seribu ditulis tanpa titik pemisah satuan.
Contoh : Jalan Rawamangun Muka nomor 9.
Uangnya ada Rp 525,00.
2) lambang bilangan yang dapat dinyatakandengan sebuah atau dua buah
kata ditulis dengan huruf, kecuali bila digunakan secara beruntun
seperti dalam pemerincian.
Contoh : Ibu membeli tiga ekor ayam.
Paman mempunyai dua belas ekor kambing.
3) pada awal kalimat lambang bilangan harus ditulis dengan huruf. Jika
lambang bilangan itu tidak dapat dinyatakan dengan sebuah atau duabuah kata, maka susunankalimat itu harus diubah sehingga lambang bilangan tidak terdapat pada awal kalimat.
b.Angka Romawi
Angka Romawi digunakan secara terbatas karena bentuknya tidak
praktis untuk menuliskan jumlah atau bilangan yang besar. Angka ini selain
dapat digunakan untuk menyatakan bilangan biasa, dapat juga digunakan
untuk menyatakan bilangan tingkat.
Contoh : Abad XX
Juara 11
4. Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan. Tanda baca yang lazim digunakan adalah :
Lambang
Nama
titik
titik dua titik koma
koma
tanda hubung
tanda pisah
tanda elipsis
tanda tanya
tanda seru
tanda kurang
tanda kurung tutup
tanda kurung suku
tanda petik (kutip )
28
tanda petik tunggal
tanda garis miring
tanda penyingkat
tanda ulang
a. Penggunaan Titik
Tanda baca titik (.) digunaikan:
1) pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanaya.
Contoh: Nyonya Indira telah tiada.
Nomor teieponnya 081350772047.
2) pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: R.A. Kartini
Muh. Yamin
3) pada akhir singkatan kata yang menyatakan gelar, jabatan, pangkat,
atau sapaan.
Contoh: Prof. Profesor
Kol.
Kolonel
4) pada singkatan kata atau singkatan ungkapanyang sudah lazim. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya digunakan satu titik. Contoh: a.n. = atas nama
yth. = yang terhormat
5) di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar
Contoh: 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah dan ruang lingkup

1.2.1 Masalah
1.2.2 Ruang lingkup
6) untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh: 1.30.15 ( pukul 1 lewat 30 menit 15 detik ) 7) untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan j angka waktu.
Contoh: 1.30.15(1 jam, 30 menit, 15 detik )
8) untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang menyatakan jumlah. Contoh: Hadiah pertama Rp 150.000.000,00
b. Penggunan Titik Dua
Titik dua ( 🙂 digunakan:
1) pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian.
Contoh: Yang dibeli ibu di pasar ialah : beras, gula, kopi, garam, Dan kecap.
2) sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemeriaan.
Contoh : a. Ketua: Hadi
Sekretaris: Rani Bendahara: Eliza
3) dalam Teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh : Ibu : Bawa koper ini, Ir! Ira: Baik, Bu.
4) di antara jilid atau nomor halaman.
Contoh : Tempo, 1/1997/, 35:17
5) di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
Contoh : Surah Yassin : 9
6) di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama
penerbit dengan kota tempat penerbit.
Contoh : Drs. M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, CV Karyono: Yogyakarta.
c. Penggunaan Tanda Titik Koma
Tanda titik koma (; ) dapat digunakan :
1) untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: – Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai juga
2) untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk di dapur; adik belajar; saya sendiri sedang mendengarkan radio.
d. Penggunaan Koma
Tanda koma (,) digunakan:
1) di antara unsur- unsur dalam pemerian atau pembilangan.
Contoh: Adik membawa piring, gelas, dan teko.
2) untuk memisahkan bagian- bagian kalimat majemuk setara yang
dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan
pertentangan seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh: Saya ingin perti, tetapi tidak punya uang
3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau dia datang, saya akan datang
4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang
terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu,
akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya.
Contoh: Jadi, soalnya tidaklah semudah itu
5) di belakang kata-kata seru, seperti O, ya, wah, aduh, kasihan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Wah, bukan main cantiknya
6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata ibu, ” Saya senang sekali.”
7) di muka angka persepuluhan, dan di antara rupiah dengan sen.
Contoh: 12,25cm
Rp 125,50
8) di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk
membedakannya dari singkatan nama keluargaatau niarga. Contoh: Moh. Bakri, S.H. ( S.H. Sarjana Hukum )
Kuswito Hadi, S.Pd. ( S.pd. Sarjana Pendidikan )
9) untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh: Guru saya, pak Hadi, rajin sekali.
10) di antara : (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Contoh: Sdr Hadi, Jalan bintang 9, Jakarta Timur
11) untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannyadalam
daftar pustaka.
Contoh: Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka, 1945
12) di antara nama tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun penerbit,
dalam suatu daftar pustaka.
Contoh: Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1976.
e. Penggunaan Tanda Hubung
Tanda hubung (-) digunakan:
1) untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang Contoh: sia-sia
berjalan-jalan
2) untuk menyambung suku-suku kata yang terpenggal oleh perpindahan
Bans.
Contoh: menerus-
kan pembangunan
3) untuk merangkaikan:
(a) se dengan kata berikutnya yang mulai dengan huruf besar
Contoh: se-lndonesia
(b) ke dengan angka
Contoh: hadiah ke-2

(c) angka dengan akhiran —an
Contoh: tahin 80-an
(d) singkatan huruf kapital dengan unsur lain
Contoh: KTP-nya nomor 34543

4) untuk menyambung bagian-bagian tanggal.
Contoh: lahir tanggal 13-4-1985
5) untuk menyambung huruf-huruf yang dieja satu persatu.
Contoh: p-a-n-i-t-i-a
6) dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan
Contoh: – ber-evolusi — (berasal dari kata dasar evolusi
Diberi awalan ber-)
34
7) tanda hubung untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing yang masih dieja secara asing. Contoh: meng-upgrade
f. Penggunaan Tanda Pisah
Tanda pisah (~ ) digunakan:
1) untuk membatasi penyisipan kata atau ungkapan yang memberi
penjelasan khusus terhadap kalimat yang disisipinya.
Contoh: kemerdekaan bangsa itu- saya yakin akan tercapai -Diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’, atau
di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau “sampai”. Contoh: 1901— 1945
Jakarta Surabaya
g. Penggunaan Tanda Elipsis
Tanda elipsis berupa tiga buah titik (…) digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian kalimat yang dihilangkan. Contoh: sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
h. Penggunaan Tanda Tanya
Tandatanya(?) digunakan: 1) pada akhir kalimat tanya Contoh: Siapa namamu?
35
2) untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kenenarannya (dalam hal ini tanda tanya itu diapit oleh tanda kurung). Contoh: Dia dilahirkan tahun 1917 (?) di Jakarta.
i. Penggunaan Tanda Seru
Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menyatakan kesungguhan, ketidak percayaan, atau rasa emosi yang kuat. Contoh Berangkatlahsekarangjuga! Merdeka!
j. Penggunaan Tanda Kurung
Tanda kurung digunakan:
1) untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional)
2) untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan
Contoh: Sajaknya yang berjudul “Ubud” (nama tempat terkenal di pulau Bali) ditulis pada tahun 1962.
3) untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan, tanpa kurung buka.
Contoh: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut: 1) alam
36
2) tenaga kerja; dan
3) modal;
k. Penggunaan Tanda Kurung Siku
Tanda kurung siku ([ ] ) digunakan:
1) untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi,
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh: – Sang Sapubra [djengar bunyi gemerisik.
2) untuk mengapit keterangan di dalam penjelasan yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: -… (perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan)…
1. Penggunaan Tanda Petik
Tanda petik (“… “) digunakan:
1) untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu
ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Contoh: Kata ayah, “Saya akan datang.”
2) untuk mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
38
o. Penggunaan Tanda Penyingkat
Tanda penyingkat (apostrof) digunakan sebagai tanda adanya penghilangan Bagian kata. Contoh: Ali ‘kan kutemui (‘kan = akan)
E. Karangan
Menurat KBBI (1990: 390) karangan adalah Hasil mengarang, tulisan, cerita, artikel, buah pena. Sedangkan menurut Atmowiloto (2004:5) karangan adalah hasil imajinasi yang diolah dan diciptakan kembali oleh pengarang. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa pada dasarnya karangan itu merupakan hasil olah pikiran, pengalaman yang bisa berupa cerita ataupun tulisan yang mengandung arti khusus. Karangan merupakan hasil dari mengarang yang ditulis oleh pengarang dengan melahirkan berbagai macam ide, pengalaman, dan kreativitas yang menarik untuk diamati.
Menurut kamus pelajar SLTP (2003:830) karangan adalah menulis dan menyusun cerita, buku, sajak. Jadi mengarang itu menuangkansegalah rasa baik kenyataan maupun khayalan. Sehungga dapat disusun menjadi sebuah cerita, buku, maupun sajak yang baik dan dapat di nikmati pembaca maupun mastarakat. Dengan demikian karangan adalah hasil dari mengarang yang berupa cerita yang diperoleh dari pengalaman maupun imajinasi.