Mengenal Karya Monumental M. Stogdill dan Bernard M. Bass

Mengenal Karya Monumental M. Stogdill dan Bernard M. Bass

Perhatian terhadap seluk beluk kepemimpinan pada hakikatnya sudah ada sejak awalnya, yaitu pada waktu manusia hidup berkelompok. Secara filsafiah, berdasarkan pandangan hidup Pancasila dan UUD 1945, manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan makhluk sebagai pribadi sekaligus sebagai raakhluk sosial. Jadi, karena keperluan praktis, perhatian terhadap masalah kepemimpinan sudah tua umurnya. Akan tetapi sebuah studi ilmiah tentang kepemimpinan yang modern, belumlah lama dilakukan.
Salah satu usaha di bidang ini yang sangat terkenal, yang seringkali dipakai sebagai sumber acuan adalah studi Ralph M. Stogdill, yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Handbook of Leadership, yang sepeninggalnya direvisi dan diperluas edisinya oleh Bernard M. Bass. Stogdill telah menulis dalam pengantar buku tersebut untuk menggambarkan proses dan hasilnya.
Dalam tahun 1966 Yayasan Smith Richardson di Amerika Serikat telah memberi saran kepada Ralph M. Stogdill, untuk menganalisa secara sistematis dan menelaah kepustakaan kepemimpinan. Pada waktu itu, diperkirakan pekerjaan itu akan dapat diselesaikan dalam waktu dua atau tiga tahun. Ternyata proses dan hasilnya jauh lebih besar daripada yang diperkirakan semula.
Stogdill telah merumuskan tugasnya itu untuk mengumpulkan semua publikasi tentang kepemimpinan yang dapat ditemukan pada waktu itu di Amerika Serikat dan membuat rangkuman temuannya itu. Hasilnya adalah sebuah buku sumber yang barsifat eksperimental. Buku seperti ini memang jelas tidak dimaksudkan untuk memberikan hiburan mengilhami, atau menyadarkan suatu resep mudah untuk memecahkan masalah-masalah kepemimpinan. Buku ini ditujuikan bagi pembaca yang serius (sungguh-sungguh) yang ingin mengetahui apa hasilnya, siapa yang melakukan riset, dan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari sejumlah kumpulan publikasi yang telah dipelajari ini.
Selama 40 tahun iriset tentang kepemimpinan telah menghasilkan sejumlah penemuan yang menakjubkan. Banyak survei tentang masalah-masalah khusus telah dipublikasikan tetapi jarang mampu mencakup semua topik dalam studi itu yang pernah dipelajari. Adalah sukar untuk mengetahui apabila ada yang dapat meyakinkan dengan bukti-bukti dalam riset ulangan. Pengumpulan data empiris yang tanpa akhir ini tidak dapat menghasilkan suatu pengertian yang integral tentang kepemimpinan. Itulah sebabnya diperlukan untuk menelaah dan raenghitung agar dapat menghasilkan suatu temuan yang berharga. Praktek kepemimpinan-kepemimpinan menurut Stogdill perlu didasarkan pada temuan-temuan eksperimental yang validitasnya tinggi. Riset yang akan datang perlu disusun untuk mengadakan eksplorasi masalah-masalah baru dan bukan mengulangi apa yang telah dilakukan pada waktu yang lalu. Menurut ahli ini, sesungguhnya keinginan untuk mengetahui saja dalam hal ini sudah merupakan suatu pembenaran yang cukup untuk mengadakan suatu analisis yang bersifat komprehensif tentang kepustakaan mengenai kepemimpinan.
Tugas untuk menelaah dan menyusun abstraksi tentang kepustakaan mengenai kepemimpinan telah dimulai di Amerika Serikat, pada tahun 1946, yang disponsori oleh kantor riset Angkatan Laut Amerika Serikat. Salah satu hasilnya adalah “Personal Factors Associated With Leadership A Survey of the Literature”, 1948. Dalam tahun 1946; Stogdill mendalami selama tiga tahun dengan dana dari fayasan Smith Richardson selama 2 tahun dan dari Universitas Negara Bagian Ohio selama 1 tahun.
Lebih dari 5 ribu abstracts (rangkuman) telah disiapkan. Hanya yang relevan dengan topik kepemimpinan disurvei.
Metode yang dipakai dalam hal ini melalui beberapa tahap.
1)mempersiapkan suatu abstraksi yang komprehensif setiap buku dan majalah.
2)memilih dan memilih lagi semua abstraksi tersebut dalam
kategori yang relevan.
3)mengadakan tabulasi semua temuan tentang topik kepemimpinan.
4)mengadakan analisis, merangkumkan dan menafsirkan semua hasilnya.
Ralph M. StogdilTdibantu oleh beberapa orang, sehingga bukunya dapat diterbitkan pada tahun 1974. Dan buku ini segera menjadi buku standard pada waktu itu.
Pada tahun 1978 Stogdill meninggal, tetapi sebelumnya ia telah minta kepada Bernard M. Bass, seorang guru besar Universitas Negara Bagian New York untuk bersama-sama menyusun revisi buku itu pada edisi berikutnya. Dengan demikian, Bass sendiri akhirnya berhasil merevisi dan memperluas dalam edisi berikutnya yang diterbitkan pada tahun 1981.
Ralph M. Stogdill (1905-1978) adalah profesor ilmu manajemen dan psikologi di Ohio State University, di mana ia mengabdi bertahun-tahun lamanya. Hasil karyanya antara lain:
1)Individual Behavior and Grenp Achievement (1959).
2)Managers, Bloyers, Organizations (1965).
Sedangkan Bernard M. Bass adalah profesor Organizational Behavior di State University New York. Dan hasil karyanya yang menyangkut kepemimpinan dan organisasi termasuk:
1)Leadership, Psychology and Organizational Behavior (1960).
2)Organizational Psychology (1965, 1979).
3)Assessment of Manager: An International Comparison (1979).
4)People,-Wark and Organizations (1972, 1981).
Bernard M. Bass yang merivisi dan yang mengedit lebih luas sehingga terbitlah buku yang berjudul Stogdill’s Handbook of Leadership a survey of theory and research, pada tahun 1981. Buku ini terdiri atas 8 bagian.
Bagian 1: membicarakan tentang pengantar riset dan teori kepemimpinan, yang meliputi tentang konsep kepemimpinan^ tipe dan fungsi kepemimpinan, dan sebuah pengantar tentang berbagai teori dan model kepemimpinan.
Bagian 2: membicarakan tentang pemimpin sebagai seorang pribadi, yang meliputi tentang leadership traits 1904-1970; tingkat kegiatan dan kompetensi seorang pemimpin; social insight, emphasy, authoritarivaison, nilai, kebutuhan dan kepuasan kepemimpinan; kedudukan, esteem dan karisma.
Bagian 3: membicarakan tentang kekuasaan (power) dan legitimasi, tentang distribusi kekuasaan, konflik dan legitimasi dalam peranan kepemimpinan; kewibawaan, pertanggungjawaban dan delegasi.
Bagian 4: membicarakan tentang interaksi pemimpin dan pengikut yang meliputi reinfarecement, leadership dan followership,dan saling ketergantungan antara pemimpin dan pengikut.
Bagian 5: membicarakan tentang manajemen dan gaya kepemimpinan, yang meliputi kepemimpinan dan manajemen dalam situasi kerja, kepemimpinan demokratis berhadapan otokratis, kepemimpinan partisipatif berhadapan direktif, kepemimpinan berwawasan hubungan dan berwawasan tugas, tentang consideration dan initiating structure, tentang laisser faire leadership berhadapan dengan motivasi untuk memimpin (manage).
Bagian 6: membicarakan tentang aspek-aspek situasional dari kepemimpinan yang meliputi tentang kepemimpinan, organisasi dan lingkungan, tentang leaders dan their immediate groups, tentang task determinants of leadership, kepemimpinan di bawah stress, kepemimpinan dan ruang antara personal, jaringan komunikasi transfer kepemimpinan.
Bagian 7: membicarakan tentang kondisi-kondisi khusus, seperti antara lain wanita dan kepemimpinan, kepemimpinan dalam berbagai kebudayaan.
Bagian 8: membicarakan tentang aplikasi dan implikasi antara lain seperti latihan kepemimpinan dan perkembangan manajemen.
Bagian 8 ini sebenarnya berisi antara lain sebuah rangkuman buku karangan Stogdill dan Bass tersebut yang tebalnya 355 halaman itu. Sesudah mengadakan rangkuman kedua ahli mencoba mengidentifikasi beberapa isu kepemimpinan dalam dekade 80-an serta sesudahnya, mengingat berbagai pertimbangan yang menyangkut kemajemukan dan perubahan masyarakat.
Juga masalah isu yang menyangkut metodologi, misalnya antara studi laboratorium dan studi lapangan, keterbatasan sample, masalah tolok ukuran, masalah hubungan antara dua orang atau antarkelompok, masalah fokus pada perseosi atau perilaku.
Masalah isu yang bersifat ssbstanding seperti masalah kepribadian dan situasi peranan kepemimpinan, kekuasaan sosial interaksi pemimpin dan pengikut, tumpang tindihnya dimensi gaya kepemimpinan, tentang ukuran-ukuran yang dianggap baku, tentang kesalahan riset, tentang kepemimpinan transformational dan transaksional, tentang kriteria efektivitas pemimpin, tentang faktor penentu kepemimpinan.
Akhirnya, disingguny pula tentang beberapa hal yang menyangkut mengenai berkembangnya aplikasi hasil riset kepemimpinan di samping adanya suara-suara yang berupa kritik.
Berbagai usaha dilakukan yang bersangkutan dengan latihan kepemimpinan. Pengalaman apakah yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif? Apakah seseorang harus menjadi ahli hukum untuk menjadi pemimpin legislatif? Apakah seseorang perlu berpengalaman di bidang legislatif untuk menjadi seorang presiden yang efektif.
Di samping itu sejak tahuri 80-an timbullah berbagai minat khusus di bidang kepemimpinan, misalnya antara lain mengenai pemimpin wanita, pentingnya originalitas dan kreativitas, tentang sikap optimistik dan pesimistik mengenai riset kepemimpinan.
Ribuan studi kepemimpinan diakhiri dengan tak ada kemajuan. Stogdill dan Bass mengakhiri buku tebal bermutu ini dengan kata-kata berikut ini:

“Yet, when we compere our understanding of leadership in 1980 with what it was thirty years earlier, we can agree with T.R Mitchell (1979) that there seems to be progress in our field. Theory and research are developing and much of what is being done is being used in practice. There is reason far controlled optimism yet the challenger are still there far the years a head”.

Demikian tentang buku yang mernpakan karya besar Stogdill dan Bass ini. Buku ini boleh dikatakan masih merupakan salah satu buku babon akademik tentang studi kepemimpinan, yang banyak dijadikan buku sumber para pakar di bidang ini. Hal ini dapat dimengerti karena buku ini disusun berdasarkan ribuan buku sumber, pengalaman akademik penulisnya, dan lamanya waktu, tenaga dan biaya penyiapannya.
Walaupun begitu tanpa mengurangi penghargaan kita kepada kedua ahli ini Anda perlu menyadari bahwa buku di atas pertama-tama dan utama ditulis oleh, dari dan untuk keperluan para penggunanya di Amerika Serikat.

Pengertian Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan

Dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedi Umum, halaman 549 kata “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan Itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusla yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Dalam Webster’s New World Dictionary of the American Language/ kata leadership adalah the position or guidance of a leader atau “the ability to lead”, dan kata leader adalah “a person or thing that leades; directing, commanding, or guiding head, as a group or activity”.
Dalam buku psikologi antara lain dikatakan bahwa “leadership is a relation of an individual to a group, established in the interests of achieving ,some end”. Bayangkan bahwa jumlah kelompok itu banyak, begitu juga jumlah tujuan itu banyak dan cara mencapainya pula. Dalam buku Foundations of Psychology itu dinyatakan bahwa seorang pem.impin yang sukses tergantung dua syarat dalam garis besarnya. Pertama, bahwa pemimpin itu “must share the values, attitudes and interests of the group. This psychological similarity is necessary for the identification of the followers with the leaders”. Syarat kedua, adalah bahwa kualitas pemimpin itu lebih tinggi dari para pengikutnya, akan tetapi tetap bersifat komunikatif dengan yang dipimpinnya.
Mengingat masalah kepemimpinan adalah masalah yang sudah tua umurnya, maka wajarlah kalau terdapat sejumlah tokoh ilmu perigetahuan yang raendalaminya. Juga di Indonesia hal ini berkembang relatif pesat, apalagi setelah kita memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak itu perhatian kita sebagai bangsa relatif besar dalam hal ini, balk secara teoritis maupun secara praktis.
Para penulis buku kepemimpinan di Indonesia, antara lain seperti Drs. Wahyo Sumidjo, Prof. Pamudji, Ir. Suyamto, dan Iain-lain, dalam gar is besarnya membahas tentang definisi kepemimpinan. Mereka telah mengutip dan atau menterjemahkan hasil rumusan para tokoh senior asing
dalam hal ini, misalnya seperti:
1) Ralph Mtogdill (1950)
Leadership is a process of ipfluencing the activities of an organized group in its task of goal setting and goal achievement”.
2) Fred E, Fiedler (1967)
“Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievement”. *
3) Martin J. Gannon (1982)
“Leadership is the ability of a superior to influence the behavior of subordinates; one of the behavioral in organization”.
4) Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard (1982)
Leadership is the process of influacing the activities of an individual or a group in efforts toward goal achievement in a given situation”.
5) George R. Terry (1972)
“Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires”.
6)Robert Tennenbaum, Irving R. Weschler dan Fred Massarik (1961). “We define leadership as interpersonal influence, exercise in situation and directed through the communication process, toward the attainment of a specific goal or goals”.
7)Richard N. Osborn, James G. Hunt dan Lawrence R Jauch (1980)
– “Leadership – all ways in which one person exert influence over others”.
8) R.D. Agarwal (1982)
“Leadership is the art of influencing others to direct their will, abilities and efforts to the achievement of leader’s goals. In the context of organization, leadership lies in influencing individual and group effort toward the optimum achievement of organizational objectives”.
9) Harold Korntz & Cirill O’Donnell (1976)
“Leaderships in the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence”.
Dari definisi-definisi tersebut, tampak bahwa perumusan tentang kepemimpinan bertitik tolak pada tiga hal. Pertama, ada yang memberikan penekanan pada kepribadian, kemampuan dan kesanggupan pemimpin. Kedua, ada yang memberikan penekanan kegiatan, kedudukan dan perilaku pemimpin. Ketiga, Mda yang memberikan penekanan kepada proses interaksi antara pemimpin, bawahan dalam situasi tertentu.

Leadership dan Headship
Pada umumnya kata leadership diterjemahkan sebagai Kepemimpinan, tetapi headship sebaiknya diterjemahkan sebagai apa? Leadership dapat ditafsirkan dalam dua pengertian. Pertama, meliputi pengertian headship dan kedua, leadership ditafsirkan berbeda dengan headship.
Bass misalnya mendefinisikan leadership dalam arti luas, dalam arti meliputi banyak cara yang dilakukan oleh leaders dan heads serta berbagai sumber yang digunakan untuk mengungkapkan kekuasaannya. Akan dapat puladidef.inisikan secara lebih sempit, seperti misalnya yang dilakukan oleh C.A Gibb (1969), yang membedakan antara leadership dengan headship sebagai berikut:
1)Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.
2)Tujuan kelompok dipilih oleh kepala (head person) sesuai dengan minat dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal.
3)Dalam headship/ hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.
4)Dalam headship, ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota kelompok dan kepala (the head), yang mengusahakan agar ada jarak sosial ini, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompoknya.
5)Kewibawaan seorang pemimpin (leader) secara spontan diakui oleh para anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya.
Sedangkan kewibawaan seorang kepala (the head) timbul karena adanya kekuasaan dari luar kelompok yang mendukung seseorang itu terhadap kelompok yang bersangkutan, yang tidak dapat disebut sebagai para pengikut sesungguhnya. Mereka menerima dominasi kepalanya (headship) dalam hal penderitaan suatu hukuman (punishment) daripada upaya pengikutnya dalam arti menginginkan hadiah (reward).
Kochan, Schmidt dan de Cotties (1975), menurut Bass, setuju dengan pendapat Gibb karena mereka melihat bahwa para manajer, para pemimpin pelaksana, para pejabat dan Iain-lain dalam kenyataannya lebih banyak melakukan berbagai hal, lebih dari sekedar hanya memimpin saja. Kita tak dapat menafsirkan begitu saja bahwa, misalnya seseorang yang mengikuti semua tatacara seremonial dalam anggota. Akan tetapi menurut definisi yang lebih luas, bagi Bass (1960) pimpinan/seorang kepala (head) adalah merupakan konsekuensi dari kedudukan (status) mereka, jadi merupakan suatu kekuasaan dari jabatan yang dipegangnya. Tanpa kedudukan semacam itu, para pemimpin (leader) masih dapat mencapai tujuan, apabila kekuasaannya itu betul-betul sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok yang dipimpinnya.
Baik kedudukan (status) maupun penghormatan (esteem) tak dapat ditafsirkan. secara kaku. Dalam setiap kelompok akan berbeda. Itulah sebabnya kepemimpinan (leadership) pada hakikat dapat dibagikan kepada para anggotanya dalam derajat tertentu dan dalam situasi yang sama. Istilah kepala, ketua, direktur, menteri, presiden dan lain-lainnya, pada umumnya berkaitan dengan pengertian kekepalaan (headship). Pengertian kekepalaan mempunyai konotasi adanya kedudukan dalam hirarkhi organisasi, yang di dalamnya terkandung tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan secara formal. Kekepalaan berkaitan dengan wewenang sah berdasarkan ketentuan formal, untuk membawahi dan memberi perintah-perintah kepada kelompok orang-orang “bawahan” tertentu dan dalam bidang masalah tertentu pula. Seorang kepala unit belum tentu dapat menjadi leader. Demikian pula seorang leader belum tentu mempunyai kedudukan sebagai kepala. Seorang yang tidak mempunyai pengaruh dapat saja menjadi seorang kepala instansi, dan ia baru menjadi seorang leader kalau ia mampu mempengaruhi orang lain. Oleh karena itu, pimpinan yang mengepalai suatu organisasi atau salah satu unitnya harus menyadari bahwa kedudukan formal saja belum tentu merubah perilaku anak buahnya sesuai dengan yang diharapkan agar memudahkan dan melancarkan pencapaian tujuan organisasinya, atau mampu menciptakan kerjasama yang baik antara bawahannya.
Dari pengertian tentang kepemimpinan tersebut di atas, jelas bahwa kepemimpinan itu tidak perlu terkait dengan batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan formal. Maka seseorang yang melaksanakan kekepalaan mungkin belum dapat disebut sebagai orang pemimpin. la sekaligus dapat disebut sebagai seorang pemimpin, apabila ia juga mampu mempengaruhi bawahan sehingga mereka dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti dan mentaati kehendak atau perintah-perintahnya.
Dengan kata lain, membicarakan tentang kepemimpinan, kita akan berbicara tentang pemimpin, tentang yang dipimpin, tentang interaksi keduanya, tentang tujuan yang hendak dicapai, tentang situasi, tentang sekelompok orang yang berada dalam, satu organisasi tertentu.
Ini berarti kita perlu mengetahui secara singkat tentang apa organisasi itu. Organisasi adalah kelompok kerjasama antara orang-orang, yang diadakan untuk mencapai tujuan bersaiqa. Di samping tujuan syarat terbentuknya organisasi juga adanya hubungan, kemauan dan kesesuaian para anggota untuk bekerja sama. Bentuk organisasi bisa formal dan informal, begitulah antara lain pengertiannya secara singkat menurut Ensiklopedi Indonesia, jilid 4. Darwin Cartwright, merumuskan organisasi sebagai “an arrangement of interdependen parts, each having a special function with respect to the whole”. Studi mengenai organisasi manusia ini juga merupakan studi khusus yang mendalam dan roeluas, seperti tergambar dalam buku Handbook of Organizations, dengan

editor James G. March yang diuraikan setebal 1247 halaman. Dalam bab 1, Darwin Cartwright, khusus mengupas tentang “influence leadership control”. la berbicara tentang orang yang berpengaruh, tentang teknik mempengaruhi dan tentang orang-orang yang dipengaruhi.
Studi tentang orang yang berpengaruh ini atau the agent exerting influence Darwin Cartwright menyimpulkan bahwa: “Most theoriets agree/ however, that a major base of influence is the possession, or control, of valued resources, provided these can be used to facilitate or kinder the goal attainment of an other agent”. Di samping pentingnya sumber tertentu yang dipunyai oleh pemimpin, ia perlu motivasi untuk menjawab mengapa ia mau dan mampu mempengaruhi orang-orang lain. Tujuan kelompok itu juga merupakan tujuan pemimpin itu, tetapi tidak dengan sendirinya, sebaliknya dalam arti tidak semua tujuan yang akan dicapai pemimpin itu dengan sendirinya adalah juga tujuan kelompok itu. Ini disebabkan karena kebutuhan, kesempatan, motivasi tujuan dan harapan pemimpin sebagai pribadi dapat lebih banyak, dan lebih majemuk dari kelompok yang dipimpinnya pada umumnya. Mengenai teknik mempengaruhi telah dilakukan berbagai studi, misalnya Russel (1938), Gilman (1962), Hartanyi (1962). Tentang kelompok yang dipimpin telah dilakukan berbagai studi pula misalnya oleh: Kahn dan Katz (1960), Likert (1961), Argyris (1957).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas ketiga hal tersebut secara singkat. Pertama, tentang orang yang berpengaruh dalam organisasi. Banyak teori yang mengemukakan bahwa dasar sumber daya yang dipunyai seorang pemimpin itu dapat terdiri atas: “all the resources opportunities, acts, objects, etc. That he can exploit in order to effect the behavior of another”. Tetapi hal ini perlu jelas, bahwa tidak semua sumber daya itu dengan sendirinya akan d.ijadikan sebagai alat kekuasaan. Schulze (1958) menyimpulkan bahwa ” One should not assume the necessity of any neat, constant, and direct relationship between power as a potential for determinative action, and power as determinative action, itself”. Lippits dan kawan-kawan membedakan .istilah “behavioral contagion” yaitu tingkah laku meniru secara spontan tanpa ada yang menyuruh dan istilah “direct influence”, yaitu tingkah laku seseorang yang secara sadar dan sengaja untuk mempengaruhi kelompok sasarannya agar mengikuti tingkah lakunya.
Kedua, mengenai teknik mempengaruhi. Russel (1938) dalam menganalisa kekuasaan dalam masyarakat membedakan tiga cara mempengaruhi orang lain dengan jalan (a) secara fisik (by dirrect physical power over his body), (b) dengan memberi hadiah atau hukuman (by rewards and punishments employed) dan (c) dengan mempengaruhi pendapatnya (by influence on opinion). Gilman (1962) menampilkan empat metode, yaitu (a) paksaan (coercion), (b) manipulasi manipulation), (c) otoritas (authority) dan (d) persuasi (persuasion). Harsanyi 1962)
lebih tertarik pada pengaruh di bidang ekonomi, melihat empat cara pula (a) dengan insentif (incentives), (b) dengan hadiah dan ‘hukuman (rewards and punistmends), (c) dengan memanipulasi informasi (supply information or misinformation) dan (d) dengan menggunakan kekuasaan (authority).
Ketiga, mengenai kelompok yang dipimpin. Kahn dan Katz (1960) dan Likert (1961) telah menyusun rangkuman dari sejumlah penelitian yang menyangkut mengenai “the effects of closenees of supervision”. Studi ini menunjukkan bahwa penyelia (supervisor), ternyata berbeda dalam hal misalnya seberapa sering mereka mengecek bawahannya/ atau seberapa sering member.! instruksi, atau seberapa luas kebebasan yang diijinkan sepanjang menyangkut jumlah kerja dan pilihan metoda. Mak.in umum corak supervisinya akan makin kurang dekat kelompok yang dipimpin.
Sebenarnya, dalam buku kepustakaan yang menyangkut organisasi umumnya yang berhubungan dengan pengaruh kepemimpinan dan pengawasan pada khususnya telah banyak diteliti. Dan hal ini tak mungkin diungkapkan semuanya di sini. yang penting telah mempelajari sekedarnya tentang pengertian kepemimpinan, tentang definisinya, tentang studi mengenai organisasi, tentang studi mengenai orang yang berpengaruh, tentang teknik mempengaruhi, dan kelompok yang menjadi ‘sasaran pengaruh sekedarnya.
Seperti telah disinggung di muka, bahwa kepemimpinan yang kita pelajari dalam hal ini, adalah salah satu bagian ilmu sosial yang dalam garis besarnya dipelajari secara interdisipliner sebagai cabang ilmu administrasi, ilmu manajemen dan ilmu pemerintahan, Jadi bukan kepemimpinan di bidang lain, mengingat hal ini telah berkembang menyangkut berbagai jenis kepemimpinan.
Kepemimpinan di bidang ilmu administrasi
Dalam kata administrasi, terkandung pengertian tentang segala proses pelaksanaan tindakan kerjasama “sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan”, begitu menurut Ensiklopedi Indonesia jilid 1, halaman 82. Apabila ini diterapkan pada organisasi yang bernama negara, maka kita dapat menggunakannya secara lebih khusus, yaitu administrasi negara. Secara historis, administrasi negara di Indonesia, dahulu digunakan dengan kata “administratie” dalam bahasa Belanda atau dalam bahasa Inggris, lazimnya digunakan kata “public administration”. Sudah jelas, artinya secara khusus akan berbeda, karena tujuan negara Republik Indonesia tidak sama dengan negara lain, akan tetapi secara akademik, ada bagian-bagian yang bersifat universal. Sebagai contoh dapat dikatakan, bahwa pada umumnya dalam derajat tertentu tujuan suatu negara adalah memberikan pelayanan kepada warga negaranya, keluarga dan mfesyarakat dari negara yang bersangkutan.
Oleh karena itu, apabila kita membicarakan kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, kita akan berbicara tentang organisasi yang disebut negara, tentang manusianya, yang disebut aparatur negara, dan tentang tata kerjanya sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja yang berlaku dalam negara itu, dalam arti yang seharusnya ditaati oleh aparatur dan warganegaranya.
Jadi membahas kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, secara khusus akan membahas tentang konsep-konsep, pola-pola tindakan, prestasi yang diharapkan oleh aparatur negara yang bersangkutan.
Robert L. Peabody dan Francis E. Rourke, te.lah menulis tentang penelitian yang menyangkut public bureaucracies di negara-negara yang makin majemuk administrasinya. Dalam garis besarnya, studi tentang kepemimpinan telah makin mendekati. Mereka membedakan antara istilah leadership dan authority. Leadership lebih komprehensif daripada authority. Di samping itu leadership perlu dibedakan lagi sebagai kualitas pribadi dan leadership sebagai fungsi organisasi. Bavelos menjelaskan perbedaan ini sebagai berikut:
“The first refers to a special co.noination of personal
ciiaracteristics; the second refers to the distcibution throughout
an organisation of decision, making powers”.
Yang pertama, mengacu pada kualitas dan kemampuan pribadi; sedang yang kedua mengacu pada pola-pola kekuatan dan kekuasaan da lain ocganisasi yang bersangkutan. Keduanya penting dan berguna,, akan tetapi k.ifea perlu sadar membicarakan dalam arti yang mana dan mengetahui dalam kondisi .apa keduanya perlu dipertimbangkan bersama agar dapat ineitiahami situasi cirganisasi yang bersangkutan secara khusus.
Banyak ahli ilmu-ilmu sosial yang telah meneliti dan menyusun berbagai teori mengenai perilaku organisasi, misalnya seperti Bernard (1933), Blan & Scott (1962), Etzioni (1961) dan lain sebagainya.
Sepanjang menyangkut birokrasi public lingkungan sangat perlu diperhatikan mengingat pengaruhnya sangat besar dalam pelaksanaannya.