Manajemen Arsip Inaktif

Manajemen Arsip Inaktif

Arsip inaktif adalah arsip yang tidak dipergunakan untuk kepentingan penyelesaian pekerjaan yang sedang berlangsung di unit kerja dan hanya digunakan untuk kepentingan referensi, pengambilan keputusan, bukti hukum dan alasan lainnya bagi pelaksanaan kegiatan instansi serta dirujuk maksimal 15 kali dalam satu tahun.
Manajemen arsip inaktif merupakan suatu aktivitas sekelompok orang yang dilandasi pengetahuan, keahlian dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan arsip inaktif dengan sumber daya yang dimiliki sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Tiga langkah penting dalam mengelola arsip inaktif organisasi secara tepat bagi kepentingan manajemen dan pengguna yaitu: pengembangan jadwal retensi arsip, penentuan media penyimpanan dan penentuan fasilitas penyimpanan arsip inaktif.

Tujuan dan Ruang Lingkup Manajemen Arsip Inaktif
Tujuan utama manajemen arsip inaktif adalah mampu menyediakan arsip yang tepat kepada orang yang tepat pada waktu yang cepat dengan biaya seefisien mungkin. Tujuan pengelolaan arsip inaktif menekankan pentingnya penyediaan dan pengamanan informasi yang cepat, akurat guna pengambilan keputusan pimpinan instansi sekaligus me-minimalisasi biaya operasional yang dikeluarkan. Untuk mencapai tujuan perlu diupayakan target kegiatan minimal sebagai berikut: terselenggaranya sistem penyimpanan dan penemuan kembali yang efektif dan efisien; terciptanya kontrol yang tepat untuk menjamin pemindahan arsip dari tempat yang mahal ke tempat yang lebih murah; pengamanan seluruh arsip organisasi baik secara fisik maupun informasinya dari faktor penyebab kerusakan atau kehilangan arsip baik oleh bencana alam maupun oleh manusia.

Pengelolaan arsip inaktif memiliki keterkaitan terhadap fungsi pada tahapan penggunaan, pemeliharaan dan penyusutan. Pengelolaan arsip untuk menyediakan bahan referensi (reference), bahan pengambilan keputusan (decision making), dan bahan bukti hukum (legal requirement) terkait dengan tahapan penggunaan. Pemindahan arsip (transfer) merupakan prosedur awal dikelolanya arsip inaktif yang berasal dari unit kerja pencipta dan juga pencarian (retrieve) dalam rangka layanan arsip yang diperlukan kembali oleh unit kerja, keduanya terkait pada tahapan pemeliharaan. Selanjutnya Penyimpanan arsip inaktif (inactive storage), pemusnahan (discard/destroy) dalam pengelolaan arsip inaktif terkait dengan tahapan penyusutan.

Ruang lingkup manajemen arsip inaktif dapat mencakup kegiatan sebagai berikut: penentuan fasilitas penyimpanan arsip inaktif, penentuan lay out ruang Pusat Arsip (inaktif), pemindahan arsip inaktif dari unit kerja ke Pusat Arsip, pembenahan arsip inaktif yang tidak teratur (kacau), penataan dan penyimpanan arsip inaktif, pemusnahan arsip, pemeliharaan arsip inaktif dan pelayanan arsip inaktif.

Konsep Dasar Pusat Arsip (Records Center)

Pusat arsip adalah suatu gedung dan/atau fasilitas yang dirancang dan dibangun secara khusus untuk menyimpan dan memberikan layanan arsip inaktif bagi kepentingan manajemen instansi atau perusahaan sehingga dapat menyediakan arsip sewaktu-waktu diperlukan dengan cara cepat, tepat dan biaya yang murah.

Tipe pusat arsip dibedakan menjadi tiga, yaitu Pusat Arsip Minimal, Pusat Arsip dengan pengendalian inventaris standar, dan Pusat Arsip layanan referensi penuh. Perbedaan ketiga tipe pusat arsip ini lebih menekankan pada tingkatan kondisi penyimpanan dan layanan arsip dari yang paling sederhana hingga tingkatan yang lebih lengkap dan modern dengan memperlihatkan adanya sistem dan fasilitas penyimpanan dan layanan yang didukung penggunaan teknologi informasi.

Jenis Pusat arsip yang dikelola sendiri adalah apabila suatu instansi atau perusahaan membuat pusat arsip baik memanfaatkan tempat (ruangan) yang tersedia di lingkungan kantor maupun membangun secara terpisah di luar kantor untuk menyimpan arsip inaktifnya. Sedangkan pusat arsip yang dikelola jasa komersial adalah apabila suatu instansi atau perusahaan menyimpan arsip inaktifnya di suatu perusahaan yang memiliki gedung dan/atau fasilitas penyimpanan, pengamanan dan layanan arsip inaktif. Perusahaan terakhir disebut adalah menyelenggarakan Pusat Arsip Komersial.

Seleksi Fasilitas Penyimpanan

Seleksi fasilitas penyimpanan perlu memperhatikan alternatif yang menjadi pilihan umum, informasi yang perlu dikumpulkan dalam merencanakan fasilitas, tingkat layanan yang akan diberikan dan menentukan jenis penyimpanan arsip inaktif.

Ada tiga pilihan umum dalam menyeleksi fasilitas penyimpanan, yaitu: menggunakan tempat di dalam kantor yang tidak cocok untuk kondisi kebutuhan kantor tetapi memenuhi persyaratan untuk penyimpanan secara fisik dan lingkungan; membuat fasilitas penyimpanan dalam ruang gudang di area yang sewa tanahnya lebih murah dibanding dengan lokasi di kantor utama; menggunakan jasa komersial perusahaan penyimpanan arsip.

Informasi yang dikumpulkan berkaitan dengan perencanaan fasilitas penyimpanan arsip adalah: Seberapa banyak volume arsip yang akan disimpan dan kalau mungkin berapa tingkat pertumbuhan arsip? Apa saja tipe arsip yang akan disimpan? Apakah kondisi lingkungan diperlukan berlainan untuk tipe arsip yang berbeda-beda? Seberapa sering arsip dirujuk? Seberapa cepat arsip ditemukan kembali baik dalam kondisi rutin atau darurat? Berapa tingkat keamanan arsip yang dikehendaki?

Fasilitas penyimpanan dapat menjadi sederhana atau serinci yang diperlukan dan biaya yang dimungkinkan. Dalam hal ini ada perbedaan dalam layanan kepada pengguna arsip yang disimpan yang mem-perlihatkan secara jelas antara gudang arsip dan manajemen informasi. Dari dua gambaran mencolok ini layanan penyimpanan yang paling sederhana diperlakukan sebagai objek tempat arsip dimana informasi disimpan. Informasinya mungkin tidak menarik seperti untuk Pusat Arsip yang terkelola dengan baik, karena itu pusat arsip ini tidak lebih atau lebih kecil dari pada sebuah gudang.

Layanan arsip yang lebih rinci (lengkap) yang menyediakan layanan referensi penuh kurang menekankan pada objek tetapi lebih pada informasi yang disimpannya. Informasi tentang pajak pertumbuhan nilai mungkin berada pada banyak objek, suatu file, disket misalnya. Layanan referensi tidak akan memberikan objek tersebut sebagaimana pada layanan secara sederhana, tetapi meringkas atau mengkompilasi informasinya untuk pengguna.

Kriteria yang mendasari keputusan pada level layanan mana yang diinginkan adalah apakah level tertentu dapat mencerminkan kebutuhan dan kemampuan organisasi akan hal berikut: kebutuhan informasi pengguna (user), manfaat berbagi informasi, biaya, dan adanya pegawai yang handal dan berkualitas

Suatu organisasi dapat menggunakan jasa pusat arsip komersil jika ada hal yang dipertimbangkan sebagai berikut: arsip inaktifnya terlalu sedikit sehingga tidak mungkin untuk menyelenggarakan pusat arsip sendiri; penting sekali untuk menyimpan arsip jarak jauh lebih 50 miles, tidak memiliki tempat dengan biaya murah untuk menyimpan arsip, arsip inaktifnya melebihi kapasitas pusat arsip milik sendiri, tidak ingin menyelenggarakan sendiri.

Gedung dan Perlengkapan Penyimpanan

Untuk membangun gedung sebagai fasilitas atau tempat penyimpanan dan pelayanan arsip inaktif apakah di lingkungan kantor (on site storage) atau di luar lingkungan kantor (off site storage) perlu direncanakan dan dirancang secara matang sehingga gedung penyimpanan arsip memenuhi standar-standar tertentu agar tercapai efisiensi dan efektifitas pusat arsip.

Lokasi Gedung Records Center yang akan dibangun harus mudah terjangkau baik dari sisi lancarnya komunikasi seperti jaringan telepon, internet, facsimile maupun dari sisi transportasi. Keterjangkauan atau mudahnya mengakses arsip dari sisi teknologi informasi maupun transportasi akan sangat mendukung tercapainya efektifitas dan efisiensi pusat arsip.

Standar lokasi gedung penyimpanan arsip inaktif memerlukan persyaratan sebagai berikut: lokasi gedung penyimpanan arsip berada di daerah yang jauh dari segala sesuatu yang dapat membahayakan atau mengganggu keamanan dan fisik dan informasi arsip; lokasi gedung penyimpanan arsip inaktif dapat berada di lingkungan kantor atau di luar lingkungan kantor; gedung penyimpanan arsip inaktif di luar lingkungan kantor perlu memperhatikan ketentuan:

Lokasi gedung penyimpanan arsip harus lebih murah dari pada daerah perkantoran.

1.Hindari daerah/lingkungan yang memiliki kandungan polusi tinggi.
2.Hindari daerah atau lokasi bekas hutan dan perkebunan.
3.Hindari daerah atau lokasi yang rawan kebakaran.
4.Hindari daerah atau lokasi yang rawan banjir.
5.Hindari daerah atau lokasi yang berdekatan dengan keramaian / pemukiman penduduk atau pabrik.

Pembangunan gedung yang mengacu pada standar yang ada juga harus didukung ketersediaan sarana atau perlengkapan yang akan digunakan untuk menyimpan arsip inaktif. Perlengkapan penyimpanan arsip inaktif yang sering dan umum digunakan adalah rak arsip baik rak mobile maupun rak static, dan bok arsip dengan berbagai standar dan ukuran sesuai kebutuhan media arsipnya.

Tata Letak (Layout) Pusat Arsip

Ruang penyimpanan arsip inaktif secara umum harus mem-perhatikan beban muatan, tata letak rak arsip, sirkulasi dan AC, kelembaban dan suhu, cahaya, serta keamanan. Kekuatan ruangan terhadap beban harus diperhitungkan dari unsur-unsur berat rak dan berat arsip, dengan demikian ruang penyimpanan arsip inaktif mempunyai kekuatan menahan berat beban keseluruhan.

Tata letak rak yang paling umum diatur adalah tata letak rak terbuka dengan lebar 42 inci dari kedalaman rak 30 sampai 32 inci. Rak juga ada dalam ukuran besar 69 inci dari dimensi kedalaman rak 30 ke 32 inci. Rak biasanya terbuat dari kerangka baja atau terbuat dari kayu. Penempatan unit rak belakang dengan rak belakang menghasilkan tata letak yang lebih efisien, dan dapat mengimbangi bertambahnya usaha penanganan boks.

Jarak rak satu dengan rak lain atau gang ditentukan oleh tinggi rak, jarak ruang dengan kaki rak, kebutuhan pegawai, juga spesifikasi peralatan gedung dan peralatan kebakaran lokal. Tinggi rak 8 kaki atau kurang, dapat diakses lebih mudah menggunakan tangga podium kecil dengan jarak gang yang sesuai antara 30 – 34 inci. Apabila kurang dari 30 inci sulit bagi petugas untuk menangani keluar-masuk boks. Sedangkan untuk rak yang lebih tinggi yang memerlukan tangga podium ukuran tertentu atau alat lainnya akan cukup dengan jarak 36 inci. Jarak antar rak yang ditemukan di pusat arsip skala besar lebarnya tidak kurang dari 48 inci untuk memudahkan lalu lintas petugas dalam melakukan pengangkutan perlengkapan penyimpanan arsip inaktif seperti bok arsip.

Ruang penyimpanan arsip kertas cukup dibuat ventilasi yang memadai guna mengatur sirkulasi dan kelembaban serta suhu. Sedangkan ruang penyimpanan arsip media (audio visual), mikro film, arsip elektronik, juga arsip vital perlu menggunakan AC. Sedangkan agar arsip yang disimpan jangan rusak, maka faktor suhu dan kelembaban ruang penyimpanan arsip yang mempergunakan AC harus memenuhi standar/ketentuan minimum.

Pengaturan penggunaan lampu harus difokuskan pada sepanjang gang dan rak arsip. Lampu harus cukup tinggi hingga tidak mengganggu penanganan bok arsip. Keamanan arsip (fisik/informasi) harus dijaga dari kemungkinan adanya pembocoran informasi atau pencurian arsip.

Ruangan Kerja untuk Non Penyimpanan Arsip Inaktif

Pusat arsip disamping memiliki ruang untuk penyimpanan arsip juga harus memiliki ruang non penyimpanan arsip inaktif yang meliputi ruang administrasi, ruang penerimaan, ruang penyiapan/pengolahan, ruang pemusnahan.

Ruang administrasi mencakup ruang referensi dan ruang kantor umum. Ruang referensi umumnya memiliki ruang yang terbatas, sehingga penggunaannya harus semaksimal mungkin. Sedangkan ruang kantor harus dilengkapi dengan perlengkapan kantor yang mendukung kelancaran tugas supervisor dan staf. Di samping itu juga perlu disediakan komputer untuk staf agar dapat dilakukan komputerisasi dalam pengelolaan indeks atau daftar indeks yang ada.

Ruang penerimaan letaknya berdekatan dengan lokasi bongkar muat untuk memudahkan proses. Arsip tidak dapat dengan segera disusun di rak-rak sesudah diterima pegawai di pusat arsip. Membutuhkan pintu masuk yang lebar untuk alat angkut forklif.

Ruang pengolahan untuk mengolah arsip jika belum ditata dengan tertib baik fisik arsip maupun informasinya, peralatan yang ada harus mendukung proses pengolahan, misalkan: sortir manual untuk pemberkasan kembali termasuk memberkaskan arsip microfilm maupun arsip dalam bentuk lainnya.

Ruang pemusnahan arsip adalah ruang untuk arsip yang telah diteliti nasib akhirnya berdasarkan jadwal retensi arsip. Ruang ini harus terpisah dengan ruangan penerimaan arsip agar bisa meminimalisasi resiko kesalahan. Semua arsip yang sudah diidentifikasi untuk dimusnahkan harus berada di ruangan ini bukan di ruang penyiapan/pengolahan.

Pemindahan Arsip Inaktif

Perangkat lunak pemindahan arsip yang sangat diperlukan adalah ketentuan umum dalam pemindahan arsip, adanya jadwal retensi arsip yang dibuat oleh instansi berdasarkan keputusan pimpinan instansi yang bersangkutan, formulir, berita acara pemindahan arsip inaktif. Untuk perangkat keras terutama diperlukan adalah bok arsip.

Ketentuan umum dalam pemindahan arsip inaktif adalah suatu hal yang disepakati secara umum oleh pimpinan dan staf yang berada di setiap unit kerja suatu instansi untuk dipahami dan digunakan sebagai acuan dasar dalam melaksanakan pemindahan arsip inaktif.
Jadwal retensi arsip (records retention schedule) adalah kesepakatan tertulis antara pencipta, pengguna, dan manajer arsip dinamis untuk menyimpan atau memusnahkan arsip. Pada dasarnya jadwal retensi arsip menetapkan berapa lama setiap jenis arsip ingin digunakan sebagai referensi dalam penyelesaian pekerjaan, berapa lama perlu disimpan untuk referensi inaktif dan kapan arsip bisa dimusnahkan.

Formulir pemindahan arsip inaktif adalah termasuk dalam kategori formulir intern. Ada beberapa alasan penting mengapa formulir dipergunakan, di antaranya adalah untuk keseragaman dan pembakuan kerja serta mempermudah penertiban prosedur dan tata kerja, termasuk pemindahan arsip inaktif.

Sarana pemindahan arsip inaktif ini akan menggunakan bok arsip yang menjadi standar instansi pada umumnya yaitu mengacu pada Surat Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2000 tentang Standar Bok Arsip.

Berita acara pemindahan arsip inaktif dibuat untuk bukti per-tanggungjawaban secara sah tentang adanya pemindahan wewenang dan tanggungjawab pengelolaan arsip inaktif dari pimpinan unit kerja ke pimpinan pusat arsip.

Prosedur Pemindahan Arsip Inaktif
Tahapan kerja pemindahan arsip inaktif dimulai dari penyeleksian arsip inaktif, pembuatan daftar arsip yang akan dipindahkan, penataan fisik arsip yang akan dipindahkan sampai pada serah terima arsip inaktif dari unit kerja ke Pusat Arsip dengan penandatanganan berita acara pemindahan arsip inaktif.

Seleksi dilakukan di unit kerja/pengolah terhadap seluruh arsip yang tersimpan di sentral file atau pusat penyimpanan arsip aktif. Tahap kegiatan ini dilakukan untuk menentukan apakah arsip yang tersimpan di sentral file ini ada yang sudah menjadi arsip inaktif. Untuk menentukan arsip inaktif ini dilakukan berdasarkan jadwal retensi arsip instansi.

Daftar arsip atau formulir pemindahan arsip inaktif dapat didesain dengan memperhatikan unsur-unsur keterangan yang secara substansi dibutuhkan dan sesuai kondisi manajemen arsip dinamis instansi. Dalam kondisi tertentu pemindahan arsip inaktif langsung menggunakan formulir pemindahan (records transmittal). Sedangkan di Indonesia pada umumnya pemindahan arsip disamping menggunakan formulir berupa daftar pertelaan arsip juga dengan berita acara pemindahan.

Serah terima ini dilakukan dengan menandatangani berita Acara Pemindahan Arsip Inaktif rangkap dua. Setelah penandatanganan Berita Acara unit kerja dan Pusat Arsip masing-masing mendokumentasikan Berita Acara Pemindahan Arsip Inaktif tersebut dan Daftar Pertelaan Arsip yang terlampir

Survei dan Penyiapan Proposal Pembenahan Arsip

Pelaksanaan survei memberikan arahan kepada mahasiswa untuk mengumpulkan data arsip suatu instansi yang akan dilakukan pembenahan arsip inaktif. Secara materi yang menjadi objek survei adalah struktur, tugas dan fungsi organisasi, sistem kearsipan serta arsipnya sendiri. Survei dilakukan di unit-unit kerja instansi dengan menggunakan formulir survei. Akhir kegiatan survei arsip adalah penyusunan proposal pembenahan arsip. Berdasarkan Daftar Ikhtisar Arsip dapat dilakukan pembuatan perkiraan kebutuhan apa yang diperlukan dalam pembenahan arsip inaktif. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi: peralatan perlengkapan, biaya, tenaga, dan waktu pembenahannya. Semua perkiraan kebutuhan tersebut diperhitungkan atas dasar volume atau jumlah arsip yang akan menjadi prioritas pembenahan arsip inaktif.

Berdasarkan kaedah kearsipan dalam memprioritaskan objek kegiatan pembenahan harus mendahulukan pada kondisi arsip yang membutuhkan penanganan segera, misalnya karena arsip tertua atau kurun waktunya paling lama, arsip penting dan sudah kurang terawat, rusak dan sebagainya.

Prosedur Pembenahan Arsip Inaktif

Prosedur pembenahan arsip memberikan gambaran dalam mempraktekkan pengaturan arsip kacau baik secara fisik maupun informasinya. Pengaturan ini dilakukan untuk mengembalikan susunan arsip sebagaimana dilakukan pada saat digunakan dalam aktifitas administrasi dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Dalam hal ini mengambil contoh kasus pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja. Pembenahan arsip dilakukan melalui dari kegiatan identifikasi, rekonstruksi sampai dengan kegiatan penyusunan daftar pertelaan arsip.

Dengan adanya Daftar Pertelaan Arsip maka penyimpanan arsip inaktif dapat dilakukan sekaligus menjadi sarana penemuan kembali dalam rangka layanan arsip inaktif. Melalui Daftar Pertelaan Arsip ini juga bisa dilakukan penilaian arsip untuk menentukan langkah-langkah penyusutan lebih lanjut.

Sistem Nomor Penempatan Arsip Inaktif

Sistem penomoran penempatan (space numbering system) adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan nomor atau kode angka suatu penempatan di mana arsip diletakkan atau disimpan dalam rak arsip suatu Pusat Arsip. Berbagai model atau cara dapat digunakan untuk menentukan letak arsip inaktif yang sudah dimasukkan dalam bok arsip untuk ditata dan disimpan dalam rak arsip. Sistem nomor penempatan arsip inaktif meliputi sistem nomor penempatan lajur rak (row space), sistem nomor penempatan lajur-unit rak (row-unit-space), sistem nomor penempatan lajur-unit-shelf (row-unit-shelf space) dan sistem nomor lajur unit shelf (row-unit-shelf).

Teknik Penataan dan Penyimpanan Arsip Inaktif

Aplikasi sistem nomor penempatan arsip inaktif pada rak penyimpanan memerlukan teknik penataan dan penyimpanan tertentu. Teknik ini merupakan tata cara penataan dan penyimpanan arsip inaktif pada rak penyimpanan arsip yang dilakukan mulai dari penataan arsip inaktif dalam tempat himpunan arsip dan bok arsip, penentuan nomor penempatan, penataan boks arsip pada rak arsip, serta komputerisasi.

Petunjuk penataan arsip inaktif dalam boks berdasarkan kaidah-kaidah kearsipan sebagai berikut:

1.Arsip harus ditata dalam aturan yang sama seperti pada waktu diberkaskan di unit pencipta.
2.Seluruh arsip dalam setiap boks harus memiliki series arsip yang sama.
3.Seluruh arsip dalam bok harus memiliki periode retensi (jangka waktu simpan) yang sama
4.Penataan fisik arsip dalam suatu bok arsip harus menyisakan ruang kira-kira satu inci dalam setiap bok.
5.Arsip tidak boleh diletakkan pada bagian atas arsip yang lain dalam bok.
6.Berat setiap bok arsip tidak boleh melebihi 35 pound.

Penentuan nomor penempatan adalah kegiatan memberikan nomor lokasi atau penempatan setiap nomor boks arsip sesuai yang terdaftar pada formulir pemindahan arsip inaktif atau daftar pertelaan arsip inaktif yang dipindahkan. Setelah dilakukan penataan fisik dan informasi arsip dalam folder dan penataan susunan arsip dalam boks arsip secara keseluruhan, kemudian dilakukan penataan boks arsip pada rak arsip yang tersedia di ruang penyimpanan arsip.

Komputerisasi penataan arsip inaktif adalah kegiatan mengelola data arsip inaktif dengan menggunakan media komputer. Kompurisasi dapat dilakukan sebatas pada metadata arsip inaktif atau secara menyeluruh baik metadata maupun dokumen elektronik yang telah dialihmediakan dari media kertas atau media lain ke media elektronik.

Ketentuan dan Cara Pemusnahan Arsip

Pada dasarnya pemusnahan adalah kegiatan menghancurkan fisik dan informasi arsip yang sudah tidak memiliki nilai guna lagi bagi kepentingan organisasi. Tujuan utama pemusnahan arsip adalah penghancuran fisik dan informasi arsip secara total sehingga tidak dapat dikenali lagi.

Ketentuan pemusnahan arsip dapat diartikan sebagai hal-hal yang telah ditentukan dalam rangka melakukan pemusnahan arsip. Pertama, ketentuan yang dituangkan dalam peraturan perundangan atau kebijakan instansi sebagai dasar hukum pelaksanaan pemusnahan. Kedua, ketentuan sebagai hasil kajian dalam pengembangan keilmuan di bidang kearsipan, yang menjadi prinsip atau kaidah kearsipan dalam melakukan pemusnahan arsip.

Pada prinsipnya pemusnahan arsip dilakukan oleh Unit Kearsipan atau Pusat Arsip sedangkan Unit Kerja/Pengolah hanya memusnahkan duplikasi. Formulir otorisasi lebih disukai oleh Manajer Arsip untuk digunakan sebagai bukti semua arsip yang dimusnahkan. Dengan adanya tanda tangan Manajer Unit Kerja lebih meringankan Manajer Arsip dari pertanggungjawaban apabila terjadi kesalahan dalam memusnahkan arsip.

Pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara menjadi alternatif yang paling sesuai dengan kondisi arsip maupun fasilitas yang tersedia dalam suatu organisasi. Beberapa cara pemusnahan arsip yang paling umum adalah di antaranya membuang (tossing paper), pemarutan (shredding), pengabuan (incineration), daur ulang (recyling plant), penghancuran kimia (chemical destruction), dan menjadikan bubur kertas (pulping).

Prosedur Pemusnahan Arsip

Prosedur pemusnahan arsip meliputi penyeleksian/pemeriksaan, pendaftaran arsip, pembentukan panitia, persetujuan, pembuatan berita acara dan pelaksanaan pemusnahan arsip.
Penyeleksian/pemeriksaan ini dilakukan dengan berpedoman pada jadwal retensi arsip. Dalam penyeleksian/pemeriksaan apabila ditemukan suatu arsip telah dinyatakan habis masa retensinya maka arsip tersebut dipisahkan dan kemudian diperiksa kebenaran isi dan kelengkapan informasinya untuk dibuatkan Daftar Arsip Musnah. Daftar Arsip Musnah memuat unsur keterangan antara lain nomor urut, jenis/series arsip, tahun arsip, jumlah dan keterangan.Panitia diperlukan untuk melakukan pemusnahan arsip yang memiliki retensi di atas 10 (sepuluh) tahun.

Panitia ini dibentuk oleh atau dengan keputusan pimpinan instansi atau lembaga. Khususnya di lingkungan instansi pemerintah perlu dimintakan persetujuan sebagai berikut:

1.Persetujuan dengan memperhatikan pendapat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan apabila menyangkut arsip keuangan;

2.Persetujuan dengan memperhatikan pendapat Kepala Badan Kepegawaian Negara sepanjang arsip yang akan dimusnahkan menyangkut arsip kepegawaian;

3.Persetujuan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia.

Beberapa organisasi pemerintahan dan perusahaan yang besar memerlukan sertifikasi arsip yang dimusnahkan. Formulir sertifikasi mencakup uraian arsip yang dimusnahkan, tanggal dan cara yang dilakukan dalam pemusnahan arsip. Dalam kaitan ini Berita Acara Pemusnahan dan Daftar Arsip yang dimusnahkan telah menjadi alternatif untuk memenuhi persyaratan dalam sertifikasi tersebut.

Pemeliharaan Arsip Inaktif

Ada berbagai cara dalam pemeliharaan lingkungan arsip inaktif, diantaranya dilakukan melalui upaya penentuan lokasi gedung dan ruang penyimpanan arsip yang memenuhi standar fasilitas penyimpanan dan kaidah kearsipan yang ada. Lokasi penyimpanan arsip inaktif dapat berada di lingkungan kantor atau di luar lingkungan kantor sesuai kondisi dan kebutuhan instansi. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan lingkungan penyimpanan arsip adalah cara penentuan ruang penyimpanan arsip, yang meliputi pengaturan tata ruang, suhu kelembaban, pengaturan cahaya dan penerangan serta penggunaan alat pengamanan lingkungan. Dengan pengaturan hal-hal tersebut arsip dapat terjaga, tercegah dan terlindungi dari faktor penyebab kerusakan yang diakibatkan oleh lingkungan.

Pemeliharaan Fisik Arsip dan Pengamanan Informasi

Diperlukan pemahaman terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan arsip dan langkah-langkah perlindungan untuk mencegah atau melakukan tindakan perawatan terhadap kerusakan fisik arsip sehingga kegiatan pemeliharaan fisik arsip akan terlaksana dengan baik. Disamping itu juga diperlukan upaya pengamanan informasi arsip inaktif.

Ada dua faktor utama yang menyebabkan kerusakan arsip, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor penyebab kerusakan yang berasal dari bahan-bahan arsipnya itu sendiri, seperti bahan kertas, tinta dan sebagainya. Sedangkan faktor ekstern arsip adalah penyebab kerusakan yang berasal dari luar fisik arsip, yaitu: faktor biologis, faktor kimiawi dan faktor manusiawi.

Pemeliharaan dan perawatan fisik arsip merupakan usaha mencegah dan mengatasi kerusakan arsip yang disebabkan oleh berbagai faktor. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui sistem penataan yang baik, fumigasi secara periodik, penggunaan kamper, dan perawatan arsip. Perawatan arsip dapat dilakukan dengan deasidifikasi, laminasi, enkapsulisasi dan sebagainya.

Pengamanan informasi dilakukan untuk mencegah terjadinya arsip rusak atau hilang yang disebabkan oleh ulah manusia. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga hal, yaitu pemberian kewenangan kepada pejabat/staf tertentu untuk bertanggung jawab terhadap arsip yang bersifat rahasia, membuat sistem pengamanan dengan me-manfaatkan teknologi informasi, dan memberikan sangsi hukum terhadap setiap pelanggaran penyalahgunaan informasi.

Konsep dasar Layanan Arsip Inaktif

Layanan adalah kegiatan membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang. Layanan arsip inaktif adalah suatu aktivitas memberikan bantuan untuk menyiapkan arsip inaktif yang diperlukan oleh pihak lain. Ada dua pihak yang berkaitan dengan kegiatan layanan arsip inaktif, yaitu pihak yang membutuhkan arsip inaktif (user) dalam hal ini pimpinan unit kerja/ instansi dan pihak yang memberikan/menyediakan arsip inaktif adalah pengelola Pusat Arsip.

Tujuan layanan arsip inaktif adalah tersedianya arsip inaktif yang diperlukan oleh pengguna (pimpinan unit kerja atau pimpinan instansi) dengan mudah, cepat, dan tepat sehingga dapat mendukung aktivitas dan pencapaian tujuan manajemen instansi atau perusahaan sesuai target yang telah ditentukan. Sedangkan ruang lingkup layanan arsip inaktif yang dibahas mencakup pemahaman dasar mengenai layanan peminjaman arsip inaktif oleh pengelola Pusat Arsip kepada unit kerja peminjam, yang dimulai dari permintaan, pencarian, pencatatan, pemberian kepada pengguna arsip sampai dengan pengembaliannya ke tempat penyimpanan semula.

Kegiatan layanan arsip inaktif perlu mensosialisasikan ketentuan-ketentuan apa saja yang berlaku dalam memberikan layanan arsip inaktif melalui pemberitahuan pada papan pengumuman atau surat edaran yang ditandatangani pimpinan instansi. Beberapa jenis layanan arsip inaktif yang sering dilakukan oleh Pusat Arsip antara lain: layanan peminjaman arsip, layanan penggandaan, layanan pengiriman/penyampaian dan layanan konsultasi.

Prosedur Layanan Arsip Inaktif
Prosedur layanan arsip inaktif yang baik harus memberikan petunjuk pelaksanaan teknis dari tahap kegiatan satu ke tahap kegiatan lainnya. Kegiatan layanan arsip inaktif yang perlu dituangkan dalam prosedur meliputi tahap permintaan, pencarian, pencatatan peminjaman, monitoring dan pengembalian arsip inaktif ke tempat penyimpanan semula.
Layanan arsip dilakukan atas dasar adanya kebutuhan informasi dari unit kerja yang menyimpan arsip inaktif di Pusat Arsip. Kebutuhan unit kerja ini akan dipenuhi oleh Pusat Arsip setelah ada permintaan secara kedinasan baik secara langsung, melalui telepon, maupun melalui e-mail.
Pencarian arsip dilakukan setelah ada permintaan secara formal baik melalui permintaan langsung, telepon maupun e-mail. Kegiatan ini dilakukan melalui penelusuran arsip inaktif pada tempat penyimpanan arsip baik melalui sistem manual maupun sistem komputerisasi.
Pencatatan dilakukan sebagai upaya pengendalian arsip inaktif yang dipinjam. Kegiatan ini merupakan kegiatan administratif dalam aktivitas layanan arsip inaktif. Dengan pencatatan ini arsip dapat diketahui bila keberadaannya tidak di tempat penyimpanan. Pencatatan dilakukan untuk melengkapi formulir permintaan yang diajukan oleh unit kerja.

Kegiatan monitoring dilakukan untuk mengetahui apakah arsip yang dipinjam telah selesai sesuai waktu yang ditentukan atau masih berada di unit kerja yang meminjam arsip inaktif tersebut. Apabila sudah perlu segera dikembalikan di tempat penyimpanan semula.

Pengantar Psikologi Perpustakaan

Pengantar Psikologi Perpustakaan

Pengertian Psikologi

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani ‘psyche’ yang berarti jiwa dan ogos’ yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun pengertian jiwa tidak pernah ada kesepakatan dari sejak dahulu. Di antara pendapat para ahli, jiwa bisa berarti ide, karakter atau fungsi mengingat, persepsi akal atau kesadaran. Psikologi adalah ilmu yang sedang berkembang dan pada hakikatnya psikologi dapat diterapkan pada setiap bidang dan segi kehidupan. Oleh karena itu cabang cabang psikologi bertambah dengan pesat, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan aktivitas kehidupan. Cabang cabang psikologi dapat digolongkan berdasarkan kekhususan bidang studinya, baik ilmu dasar (teoritis), maupun yang bersifat terapan (praktis). Penerapan psikologi berkembang ke berbagai aspek kehidupan manusia, demikian juga titik singgung dengan ilmu ilmu lain juga semakin banyak, misalnya dengan ilmu manajemen, ilmu ekonomi, ilmu perpustakaan, ilmu sosial dan sebagainya


Sejarah Perkembangan Psikologi

Di zaman Yunani Kuno para ahli falsafat mencoba mempelajari jiwa, seperti Plato menyebut jiwa sebagai ide, Aristoteles menyebut jiwa sebagai fungsi mengingat. Pada abad 17 filsuf Perancis Rene Descartes berpendapat bahwa jiwa adalah akal .atau kesadaran, sedangkan John Locke (dari Inggris) beranggapan bahwa jiwa adalah kumpulan idea yang disatukan melalui asosiasi. Sedangkan ilmuwan lain pada abad 18 mengaitkan jiwa dengan ilmu pengetahuan (faal), mereka berpendapat dengan jiwa yang dikaitkan dengan proses sensoris/motoris, yaitu pemrosesan rangsangan yang diterima oleh syaraf-syaraf indera (sensoris) di otak sampai terjadinya reaksi berupa gerak otot-otot (motorik).


MANUSIA DAN KEPRIBADIANNYA

Mengenal Manusia

Tidaklah mudah untuk memahami pengertian manusia. Dari aspek biologis manusia adalah makhluk mamalia yang tergolong dalam kelompok primata. Namun ternyata bahwa manusia bukan sekedar salah satu jenis hewan tertentu, melainkan mempunyai ciri-ciri khas manusia yang tidak dimiliki oleh hewan. Oleh karena itu kita akan salah kalau meninjau definisi manusia hanya dari aspek biologis saja. Hal ini mengharuskan pada kita untuk memahami manusia dari aspek agama. Salah satu pengertian manusia dari aspek agama, menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang terpilih dan dilengkapi dengan akal dan kekuatan untuk membuat pilihan. Karena manusia memiliki kekuatan akal dan kekuatan untuk bisa menentukan pilihan, maka ia ditunjuk untuk patuh kepada kehendak-kehendak Allah serta patuh kepada hukum-hukum-Nya. Dengan akal yang merupakan hidayah Allah, manusia dapat memilih apakah ia akan terbuai dalam lumpur endapan yang terdapat dalam dirinya ataukah ia akan meningkatkan dirinya menuju ke kutub mulia yakni menyerahkan diri kepada Allah. Dalam menentukan kehendak itu, terjadilah pertarungan terus-menerus dalam diri manusia.


Memahami Kepribadian Manusia

Untuk dapat memahami kepribadian tidak mudah karena kepribadian merupakan masalah yang kompleks. Kepribadian itu sendiri bukan hanya melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan budaya. Para ahli menyebutkan bahwa kepribadian adalah kesan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat lahiriah seseorang, seperti cara berpakaian, sifat jasmaniah, daya pikat dan sebagainya. Disebutkan juga bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai makhluk yang bersifat psikofisik yang menentukan penyesuaian dirinya secara unik terhadap lingkungan. Ahli lain mengklasifikasikan seluruh ranah kepribadian dalam enam tipe yang sangat menonjol, yaitu tipe realistik, tipe penyelidik atau investigatif, tipe artistik, tipe sosial, tipe perintis atau enterpristing dan tipe konvensional. Kepribadian seseorang akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian antara lain: perasaan bersalah, benci, cemas, kepercayaan yang diemban, harapan yang dicamkan dan kasih sayang yang diterima dari lingkungan. Dengan kita mencoba mengenal dan kemudian memahami istilah kepribadian, maka kemudian diharapkan akan mempermudah mengenal diri sendiri, baik kekuatan atau kelemahan yang ada. Dengan kita sudah mengenal diri sendiri akan sangat bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, terutama memperlancar tugas profesional kita.


PERSEPSI DAN INTERAKSI SOSIAL

Pemahaman Tentang Persepsi

Persepsi mempunyai dua pengertian, yaitu menunjuk kepada proses dan mengacu pada hasil proses itu sendiri. Persepsi bermula dari penginderaan, diolah ke alam pikiran dan berakhir dengan penafsiran. Persepsi dibedakan atas persepsi tentang benda dan persepsi sosial. Persepsi sosial banyak mengandung unsur-unsur subjektif. Persepsi diri berhubungan dengan konsepsi diri, harga diri, dan kepercayaan diri seseorang. Penilaian terhadap diri sendiri sangat menentukan sikap dan perilaku individu. Untuk membangun konsep diri yang positif dan harga diri yang kuat perlu pengenalan dan pengembangan diri.

Interaksi Sosial

Faktor penting yang menentukan terjadinya interaksi sosial adalah persepsi kita terhadap diri kita sendiri dan lingkungan. Daya tarik antarpribadi menjadi faktor yang menentukan juga untuk terwujudnya interaksi sosial. Yang mempengaruhi daya tarik antarpribadi, di antaranya ialah kesempatan untuk berinteraksi, baik yang berhubungan jarak fisik maupun jarak psikologis. Pendekatan untuk mengetahui daya tarik antar- pribadi, dapat dilakukan melalui pendekatan kognitif dan pendekatan formulasi pada hukum-hukum belajar.


MEMAHAMI MOTIVASI KERJA

Teori Kebutuhan dan Motivasi

Kebutuhan dan motivasi manusia sangat berpengaruh terhadap produktivitas manusia tersebut. Menurut Maslow kebutuhan manusia, diklasifikasikan ke dalam lima tingkat yang berbeda yaitu:

  1. Fisiologis

  2. Keamanan

  3. Sosial

  4. Ego/harga diri

  5. Perwujudan diri

Dengan mengetahui tingkat-tingkat kebutuhan tersebut maka seorang pemimpin suatu lembaga dapat memotivasi bawahannya berdasarkan tingkat kebutuhan karyawan yang bersangkutan secara individual.

Motivasi sendiri mempunyai pengertian suatu dorongan psikologis dari dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berperilaku secara tertentu terutama di dalam lingkungan ia bekerja.

Dikenal ada tiga model motivasi yaitu:

  1. model tradisional

  2. model hubungan manusia

  3. model sumber daya manusia


Masalah Insentif

Insentif merupakan salah satu hal yang dapat menggerakkan karyawan. Insentif sendiri dapat berbentuk bermacam-macam, namun yang paling populer dan paling banyak digunakan adalah berbentuk uang atau materi.

Memimpin merupakan tugas yang cukup kompleks karena seorang pemimpin bertugas mempengaruhi para karyawan agar mereka mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara efisien dan efektif sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.

Salah satu faktor yang mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi atau lembaga adalah kualitas pemimpinnya. Pemimpin disini didefinisikan sebagai seorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahannya.

Ada tiga tipe kepemimpinan yaitu:

  1. kepemimpinan otoriter

  2. kepemimpinan partisipatif

  3. kepemimpinan delegatif

Konflik biasanya muncul bila dua orang/kelompok atau lebih saling berinteraksi. Konflik biasanya muncul dari faktor individu, dari faktor interaksi itu sendiri, dan faktor kondisi organisasi.

Dalam menghadapi konflik maka ada tiga sikap yang dapat kita lakukan yaitu: bersikap pasif, bersikap menekan, dan mengatur atau memanajemeni konflik tersebut.


MEMAHAMI PERANAN KOMUNIKASI DALAM PERPUSTAKAAN

Dasar-dasar Komunikasi Untuk Perpustakaan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita, pesan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Suatu komunikasi yang tepat tidak bakal terjadi, kalau tidak ada sumber (penyampai atau komunikator) berita (pesan) menyampaikan secara tepat dan penerima berita (komunikan) menerimanya tidak dalam bentuk yang salah karena adanya gangguan. Namun demikian, komunikasi dalam kenyataannya tidak seperti yang dikatakan itu. Masih terdapat sejumlah kemungkinan penghalang, dan penyaring di dalam saluran komunikasi. Pengirim (komunikator) mencoba untuk mengkodekan berita, pesan atau buah pikirannya kedalam suatu bentuk yang dianggapnya paling tepat. Kemudian kode-kode tersebut dikirimkan, dan penerima (komunikan) berusaha memahami kode tersebut. Tetapi di dalam proses perjalanan berita tadi banyak terdapat serangkaian persepsi atau gangguan yang dapat mengurangi kejelasan dan ketepatan pesan atau berita. Halangan paling besar untuk mencapai komunikasi yang efektif adalah jika terjadi aneka macam persepsi atau gangguan. Misalnya, komunikator menyampaikan pesan dengan tidak jelas dan menggunakan saluran transmisi yang salah mungkin si komunikan sedang memikirkan hal lain pada saat ia harus menerima pesan tersebut. Dalam kondisi seperti itu ia hanya mendengar tetapi mungkin tidak tahu tentang isi pesannya.


Peranan Komunikasi dalam Perpustakaan

Termasuk dalam manusia berorganisasi seperti di lingkungan perpustakaan. Lewat komunikasi manusia dapat menyampaikan keinginan cita-cita, perencanaan pada orang lain. Makin jelas dan efektif berlangsungnya komunikasi makin banyak pula informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu keberadaan perpustakaan sebagai unit pengelola informasi sangat penting untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif di masyarakat.

Komunikasi memainkan peranan yang sangat penting sebagai sarana hubungan antar- individu dan kelompok masyarakat untuk mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarmanusia yang lebih baik.

Kemajuan pada bidang informasi dan komunikasi tidak hanya disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan teknologi baru, namun juga disebabkan oleh semakin tumbuhnya kesadaran orang atau individu dan bangsa akan adanya kesempatan dan kebutuhan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, termasuk kebutuhan akan adanya informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa informasi merupakan bagian dari komunikasi. Tanpa informasi proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian maka kehadiran perpustakaan sebagai pengelola informasi menjadi pendukung dan pelancar proses komunikasi. Demikian pula sebaliknya bahwa perpustakaan sebagai organisasi membutuhkan bentuk komunikasi yang efektif dan efisien untuk berjalannya organisasi tersebut dengan baik.


MASYARAKAT INFORMASI DAN PROFESIONALITAS PUSTAKAWAN

Memahami Masyarakat Informasi

Kalau kita amati dengan cermat, maka untuk dapat hidup efektif, harus hidup dengan cukup informasi. Oleh karena itu komunikasi dan informasi merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Kenyataan seperti ini tidak dapat diingkari kebenarannya. Sebab hanya orang, masyarakat atau bangsa yang mempunyai banyak informasi yang dapat berkembang pesat. Dengan informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Dan dengan informasi pula orang dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hidupnya. Revolusi industri ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat di bidang Iptek. Dan dengan teknologi manusia menciptakan sarana informasi yang sifatnya elektronis, seperti radio, televisi, film, video, penerbitan, dan teknologi informasi yang lain. Setelah lewat masa perkembangan era industri kemudian berkembang era pasca industri. Era pasca industri inilah yang dikenal dengan era informasi, atau era globlisasi informasi, yang ditandai dengan makin berperannya informasi di hampir semua sektor kehidupan masyarakat.

Sekarang ini banyak orang berbicara tentang globalisasi informasi ataupun ciri-ciri masyarakat informasi, baik dalam bentuk seminar atau diskusi yang membahas masalah ini. Globalisasi ini menunjukan pada pengertian pembauran atau kesamaan dalam hampir segala aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang Iptek, ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Pendekatan Psikologis Dalam Peningkatan Pelayanan Perpustakaan

Menjadi seorang yang profesional bukanlah sesuatu yang mudah. Kita dilahirkan tidak dengan menyandang predikat profesional. Oleh karena itu kita semua ingin sukses dalam berkarier atau bekerja. Kita perlu ketekunan dan terus-menerus bekerja keras untuk dapat berhasil atau sukses dalam bekerja.

Untuk mengembangkan layanan perpustakaan dituntut adanya sikap profesional dari petugas perpustakaan atau pustakawan. Tanpa sikap profesional bagaimanapun modern, lengkap dan canggihnya perpustakaan tersebut akan kurang berarti. Sehingga perlu dikembangkan dengan baik upaya-upaya peningkatan profesionalitas pustakawan dalam rangka peningkatan layanan perpustakaan.

Sumber Buku Psikologi Perpustakaan Karya Toha Nursalam

Pelayanan Bahan Pustaka Bag 1

Pelayanan Bahan Pustaka

Bag 1

Sistem Peminjaman Kuno

Sistem peminjaman yang paling awal ialah menggunakan buku catatan. Pencatatan buku-buku yang dipinjam dan nama peminjam ditulis dari hari ke hari dalam sebuah buku catatan. Sistem ini dikembangkan menjadi sistem ledger. Pencatatan buku yang dipinjam ada pada halaman di mana nama seorang peminjam berada. Ini juga masih menggunakan buku. Perkembangan selanjutnya ialah sistem dummy. Buku-buku yang dipinjam digantikan oleh dummy yang memberikan catatan nomor peminjam dan bilamana buku harus dikembalikan. Sistem ini dianggap kurang praktis, dan digantikan sistem slip. Sistem ini kemudian berkembang menjadi sistem kartu dan muncullah Sistem Peminjaman Browne. Walaupun penciptanya orang Amerika, tetapi disukai di Inggris.

Sistem Peminjaman Browne ditemukan oleh Nina E. Browne, pustakawan Library Bureau di Boston, Massachussette, awal abad ke-20. Sistem peminjaman ini digunakan oleh banyak perpustakaan di Inggris. Dalam sistem pelayanan hastawi (manual) sistem ini memiliki kecepatan yang tinggi dibandingkan sistem hastawi yang lain.

Sistem Peminjaman Browne terdesak oleh datangnya sistem peminjaman berkomputer, seperti VTLS (Virginia Tech Library System), daru USA, SISPUKOM (Sistem Perpustakaan Berkomputer) dari Malaysia.

Sistem Peminjaman (Nework Changing System)

Sistem Peminjaman Newark mulai dipakai pada tahun 1900 oleh Perpustakaan Umum Newark New Jersey, semasa dipimpin oleh John Cotton Dana. Sistem Peminjaman Newark memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan.

Keuntungan sistem ini adalah:

  1. masing-masing peminjam bisa mengetahi buku macam apa yang sering dipinjamnya,

  2. setiap saat bisa diketahui buku ada di mana, siapa yang meminjam, dan bilamana harus dikembalikan,

  3. jika ada perbedaan waktu peminjaman, bisa dicatat dengan mudah,

  4. buku-buku yang dipesan bisa diketahui di mana adanya,

  5. petugas nonprofesional bisa mengerjakan pekerjaan ini dengan baik,

  6. dalam sebuah perpustakaan besar dengan banyak cabangnya, kartu peminjaman bisa, dipergunakan di cabang mana saja, dan

  7. penyiangan bisa dikerjakan dengan baik.

Sedang kekurangan Sistem Peminjaman Newark adalah:

  1. pekerjaan rutin lambat, memakan banyak waktu dan membosankan,

  2. sangat mudah terjadi kesalahan dalam mencatat nomor panggil buku ke dalam kartu anggota,

  3. pada jam-jam sibuk, meja peminjaman bisa berantakan, karena begitu banyak transaksi yang harus diselesaikan,

  4. memerlukan dua jajaran pendaftaran. Satu, jajaran nama anggota perpustakaan yang disusun menurut abjad, lengkap dengan alamat mereka masing-masing. Kedua, jajaran nomor pendaftaran,

  5. tiap buku memerlukan tiga kartu yang menuntut waktu dalam mengerjakannya, yaitu kartu buku, kantong kartu buku, dan batas waktu peminjaman, dan

  6. lembaran batas waktu tanggal kembali ditempelkan di bagian belakang buku yang membuat buku menjadi kelihatan kotor.


Sistem Peminjaman Sendiri Detroit(Detroit Self-Charging System)

Sistem Peminjaman Sendiri Detroit ditemukan tahun 1929 oleh Ralph A. Ulveling, Pustakawan Perpustakaan Umum Detroit, Amerika Serikat. Sistem peminjaman ini menjadi sangat terkenal pada zamannya, sebagai sebuah sistem peminjaman yang bagus, efektif, dan disukai oleh peminjam perpustakaan sendiri.

Cara peminjaman ini berdasarkan kepada kerja sama yang baik antara pembaca dan petugas perpustakaan. Sistem ini hampir sama dengan sistem Peminjaman Browne.

Berbagai jenis alat diperlukan untuk penyelenggaraan Sistem Peminjaman Sendiri Detroit. Alat-alat itu adalah jajaran pendaftaran anggota, kartu jati diri peminjam, kartu buku, kartu tanggal kembali, kantong kartu buku, stempel dan bantalannya, kotak tempat menjajarkan kartu buku, slip denda, kertas statistik sirkulasi, kartu pos pemberitahuan, dan pensil.

Sistem Peminjaman Sendiri Detroit mengenal beberapa proses, yaitu peminjaman, pengembalian buku, perpanjangan waktu peminjaman, lewat waktu peminjaman, pemesan peminjaman buku, dan statistik sirkulasi. Sistem inipun mempunyai keuntungan dan kekurangannya.

Melalui berbagai kemajuan teknologi diperoleh berbagai sistem peminjaman yang bisa disebut sebagai sistem yang modern. Misalnya sistem peminjaman dengan kartu berlubang, sistem peminjaman dengan fotografi, sistem peminjaman dengan alat elektronik, dan sistem peminjaman dengan komputer.

Sistem Peminjaman Islington merupakan variasi dan penyempurnaan Sistem Peminjaman Browne. Sistem Browne hanya terbatas pada tiket yang diberikan, sementara pada sistem Islington dapat dibuatkan duplikasi tiket, sehingga bisa meminjam buku sebanyak-banyaknya.

Sistem peminjaman dengan komputer sebenarnya sudah agak lama dipergunakan di perpustakaan. Makin hari sistem peminjaman jenis ini semakin bertambah bagus dan hebat.

Sistem peminjaman modern yang cukup dikenal adalah Sistem Peminjaman Plessey Pen. Sistem ini mengenal sejumlah proses, seperti mendaftar peminjaman, cara pengembalian, perpanjangan peminjaman, lewat batas waktu pinjam, dan pesan peminjaman.


LAYANAN RUJUKAN
Sumber dan Berbagai Jenis Buku Rujukan

Tujuan bagian Rujukan atau Referensi ialah untuk mendapatkan, memelihara, dan menyediakan pengetahuan rekaman oleh manusia dan mempergunakan di perpustakaan.

Pelayanan Rujukan merupakan bagian yang cukup penting dalam suatu sistem perpustakaan. Bagus tidaknya suatu perpustakaan dapat diukur dari koleksi dan pelayanan rujukan pada perpustakaan tersebut.

Makin lengkap buku rujukan yang dimiliki oleh perpustakaan, makin mampulah pustakawan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengunjung.

Ciri-ciri buku rujukan (“R”) adalah:

  1. Buku “R” umumnya mahal

  2. Tak perlu dibaca seluruhnya

  3. Tak boleh keluar dari perpustakaan

  4. Untuk layanan “R” diperlukan ruang baca dan mesin foto kopi.

Penulis terkenal buku rujukan adalah Bill Katz. Menurut William Katz buku rujukan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu

  1. Direction Type.

  2. Source Type.

  3. Government Documents & AV Material.

Jenis-jenis Buku Rujukan

Yang termasuk jenis-jenis Buku Rujukan adalah sebagai berikut:

  1. Bibliografi

  2. Kamus

  3. Ensklopedi

  4. Buku Tahunan

  5. Buku Petunjuk

  6. Sumber Biografi

  7. Indeks

  8. Terbitan Berseri

  9. Buku pegangan

  10. Direktori

  11. Sumber Geografi

  12. Terbitan Pemerintah

  13. Sumber-sumber AV

Cara Menjawab Berbagai Pertanyaan Rujukan

Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penanya tidaklah mudah. Pustakawan rujukan harus memiliki banyak pengalaman, banyak membaca dan mengetahui isi setiap buku rujukan yang dimiliki

Selanjutnya kita dapat mempertimbangkan buku rujukan yang mana yang akan kita pakai dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.

Pengantar Perpustakaan Bag 1

Pengantar Perpustakaan

Bag 1

Definisi Perpustakaan

Pustaka atau buku atau kitab merupakan kumpulan kertas atau bahan sejenis berisi hasil tulisan atau cetakan, dijilid menjadi satu agar mudah membacanya serta berjumlah sedikitnya 48 halaman. Dari kata pustaka terbentuklah kata turunan antara lain perpustakaan, pustakawan, kepustakawanan, kepustakaan, dan ilmu perpustakaan.

Perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai.

Pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan dan memiliki pendidikan perpustakaan (minimal D2 dalam bidang Ilmu Perpustakaan).

Kepustakawanan adalah penerapan Ilmu Perpustakaan dalam hal pengadaan, pengolahan, pendayagunaan dan penyebaran bahan pustaka di perpustakaan.

Fungsi perpustakaan adalah: penyimpanan, pendidikan, penelitian, informasi, dan kultural.

Sedangkan kepustakaan adalah: bahan perpustakaan yang digunakan untuk menyusun karangan, makalah, artikel, laporan dan sejenisnya.


Hubungan Ilmu Perpustakaan, Dokumentasi dan Arsip

Dalam kegiatan belajar dua ini, kita melihat bahwa di samping kegiatan perpustakaan, ada pula kegiatan bidang lain yang mirip bahkan tumpang tindih dengan kegiatan perpustakaan. Kedua bidang itu adalah dokumentasi dan arsip.

Dokumentasi merupakan kegiatan yang semula tumbuh akibat tumbuhnya majalah ilmiah, sementara perpustakaan tidak dapat menangani informasi yang muncul dari majalah ilmiah. Hal ini nampak jelas di Eropa Barat sehingga di samping kegiatan perpustakaan, muncul pula kegiatan dokumentasi yang mengkhususkan diri pada pengolahan isi majalah. Salah satu negara Eropa Barat yang mengalami munculnya dokumentasi ialah Belanda. Karena Belanda pernah menjajah Indonesia, maka Belanda pun memperkenalkan sistem dokumentasi yang ada di negeri Belanda pada Indonesia. Karena di negeri Belanda kegiatan dokumentasi berbeda dengan kegiatan perpustakaan, maka hal tersebut nampak pula pengaruhnya di Indonesia. Hingga kini di Indonesia masih ada perbedaan antara dokumentasi dengan perpustakaan.

Perbedaan tersebut kurang nampak di AS karena penanganan isi majalah dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus sehingga di Amerika Serikat makna dokumentasi identik dengan kegiatan perpustakaan.

Dalam perkembangan selanjutnya definisi dokumentasi, seperti yang dinyatakan oleh Federasi Dokumentasi dan Informasi Nasional (FID), mencakup sedemikian rupa sehingga isinya luas sekali. Karena itu untuk memudahkan pembahasan, diberikan tabel perbedaan kegiatan dokumentasi dan perpustakaan.

Perkembangan perpustakaan dimulai dengan pengumpulan berbagai berkas niaga, pahatan, tulisan tangan dan sejenisnya. Dengan dikenalnya teknik pembuatan buku, maka perpustakaan mulai memusatkan diri pada kegiatan pengadaan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, temu balik, dan pendayagunaan buku. Sebagai sebuah pranata masyarakat, perpustakaan juga menghasilkan berbagai berkas, manuskrip, namun seringkali kedua bahan tersebut tidak dianggap sebagai cakupan perpustakaan. Maka di bagian tersebut muncullah kearsipan. Dibandingkan dengan kegiatan dokumentasi, maka kegiatan perpustakaan jelas berbeda dibandingkan dengan kegiatan arsip. Hal ini dibeberkan secara jelas pada tabel dalam modul.

Sejarah Perpustakaan di Dunia Barat

Kapan perpustakan mulai berdiri tidak pernah diketahui dengan pasti. Namun berdasarkan penelitian arkeologis, perpustakaan telah dikenal sejak peradaban Sumeria sekitar 5.000 tahun Sebelum Masehi. Perkembangan perpustakaan tersebut segera ditiru negara tetangganya seperti Babilonia. Pada waktu itu orang-orang purba menggunakan bahan tulis berupa tanah liat. Mula-mula tanah liat diempukkan, kemudian dibuat lempengan. Sewaktu masih lunak, tanah liat ditulisi, kemudian dikeringkan.

Kerajaan Pergamum berusaha mengembangkan perpustakaan sebagaimana halnya dengan raja-raja Mesir. Karena waktu itu belum ditemukan mesin cetak, maka pembuatan naskah dilakukan dengan cara menyalin. Usaha menyalin naskah dikembangkan oleh kerajaan Pergamum dengan menggunakan bahan tulis berupa papirus. Untuk mencegah agar perpustakaan Pergamum tidak menjadi saingan perpustakaan Iskandaria yang berada di Mesir, maka Mesir menghentikan ekspor papirus ke Pergamum.

Guna menggantikan papirus, Pergamum mengembangkan bahan tulis berupa kulit binatang yang dikeringkan, kemudian ditulis. Kulit yang digunakan terbuat dari kulit domba, sapi disebut parchmen. Parchmen yang baik disebut vellum merupakan bahan tulis hingga abad menengah.

Kegiatan menyalin naskah ini dilakukan pula di pertapaan, sampai pertapaan menyediakan tempat khusus untuk menulis dan menyalin naskah disebut scriptorium. Pertapaan bahkan mengembangkan naskah yang dihiasi dengan gambar miniatur, menggunakan huruf indah disertai dengan warna merah, biru dan emas. Lukisan pada naskah kuno dengan hiasan dan warna-warni itu disebut iluminasi.

Orang-orang Eropa menemukan mesin cetak sekitar abad ke-15. Pada awal penemuan mesin cetak, buku dicetak dengan teknik sederhana. Buku yang dicetak dengan teknik pencetakan sederhana, dicetak antara tahun 1450-1500, disebut incunabula, merupakan buku langka yang banyak dicari orang.


Sejarah Perpustakaan di Indonesia

Perkembangan Perpustakaan pada zaman Hindia Belanda:

  1. Perpustakaan Gereja: Perpustakaan Gereja adalah jenis perpustakaan yang pertama kali berdiri pada zaman ini. Perpustakaan gereja yang pertama didirikan sekitar tahun 1643.

  2. Perpustakaan Penelitian: Perpustakaan penelitian tumbuh seiring dengan dikeluarkannya kebijakan Tanam Paksa. Akibat dari Tanam Paksa ini banyak berdiri lembaga penelitian yang membutuhkan informasi tentang tanaman.

  3. Perpustakaan Sekolah: Pada zaman penjajahan Belanda banyak sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan perpustakaan. Pada masa ini pemakai perpustakaan sekolah tidak hanya siswa dan guru tetapi juga masyarakat umum.

  4. Perpustakaan Umum: Perpustakaan umum pada masa ini hanya memberi perhatian pada bahasa daerah dengan menyediakan koleksi dalam bahasa daerah setempat. Sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan Perpustakaan Umum, pihak swasta telah mendirikan ruang baca untuk umum. Masyarakat dapat membaca koleksi yang ada, secara cuma-cuma. Selain ruang baca umum pada masa ini juga berkembang Perpustakaan Sewa.

Perkembangan Perpustakaan pada Zaman Jepang

Pada masa ini perpustakaan di Indonesia mengalami kehancuran, karena Jepang melarang semua buku yang ditulis dalam bahasa Inggris, Perancis dan Belanda. Mereka juga menangkapi semua orang Belanda termasuk Perpustakaan Belanda.

Perkembangan Perpustakaan setelah Kemerdekaan

Perpustakaan Negara: Pada tahun 1948 pemerintah Republik Indonesia mendirikan Perpustakaan Negara yang pertama.

Perpustakaan Umum: Perpustakaan Umum pada masa ini dikenal dengan nama Taman Pustaka Rakyat.


Prinsip kepustakaan

Prinsip Kepustakaan adalah:

  1. Perpustakaan diciptakan oleh masyarakat.
    Berdasarkan penelitian sejarah, diketahui bahwa tujuan perpustakaan selalu berkaitan dengan tujuan masyarakat.
    Perpustakaan selalu berusaha untuk menyimpan dan menyebarkan karya dan pengetahuan masyarakat.

  2. Perpustakaan dilestarikan oleh masyarakat.
    Karena perpustakaan diciptakan oleh masyarakat, maka masyarakat pulalah yang melestarikannya.

  3. Perpustakaan bertujuan menyimpan dan menyebarluaskan pengetahuan. Selama ini perpustakaan selalu merupakan gudang ilmu pengetahuan tempat menyimpan hasil karya dari para cerdik pandai. Selain itu perpustakaan juga menyebarluaskan ilmu pengetahuan tersebut dengan cara meminjamkan buku-buku yang dimilikinya pada masyarakat umum.

  4. Perpustakaan merupakan pusat kekuatan.

  5. Perpustakaan terbuka bagi siapa saja.
    Perpustakaan umum telah ada sejak abad 7 sebelum Masehi.

  6. Perpustakaan harus tumbuh berkembang.

  7. Perpustakaan selalu berkembang dari waktu ke waktu, tidak hanya dari segi bangunan saja, tetapi juga jumlah koleksi dan jenis pelayanannya.

  8. Perpustakaan Nasional harus berisi semua literatur nasional, dengan tambahan literatur nasional negara lain.

  9. Setiap buku selalu berguna.

  10. Setiap pustakawan haruslah manusia yang berpendidikan.
    Pustakawan sejak zaman dahulu adalah orang-orang cerdik.

  11. Peranan seorang pustakawan hanya dapat menjadi penting bilamana peranan tersebut sepenuhnya diintegrasikan ke dalam sistem sosial dan politik yang berlaku.

  12. Seorang pustakawan memerlukan pendidikan, pelatihan dan magang.

  13. Tugas pustakawan untuk menambah koleksi perpustakaannya.

  14. Sebuah perpustakaan harus disusun menurut aturan tertentu, dan harus dibuatkan daftar koleksinya.

  15. Perpustakaan merupakan gudang pengetahuan, maka koleksi perpustakaan harus disusun menurut subjek.

  16. Kemampuan praktis akan menentukan bagaimana subjek-subjek dikelompokkan di perpustakaan.

  17. Perpustakaan harus memiliki katalog subjek.

Pustakawan Sebagai Tenaga Profesional

Profesi bermakna lain dengan pekerjaan. Profesi memerlukan syarat pendidikan dan pelatihan berdasarkan batang tubuh ilmu pengetahuan yang diakui oleh bidang yang bersangkutan.

Konsep profesi secara ilmiah mulai dibahas pada abad 17 bersamaan dengan terjadinya Revolusi Industri. Revolusi Industri yang terjadi di Inggris ternyata melahirkan berbagai profesi baru, tidak dikenal sebelumnya. Sebelum itu hanya ada empat profesi tradisional yaitu pendeta atau biarawan, dokter, pengacara dan perwira angkatan darat. Kini profesi semakin bertambah.

Untuk dapat memenuhi syarat sebuah profesi maka harus ada beberapa tolok ukur yang harus dipenuhi yaitu:

  1. adanya asosiasi

  2. pendidikan

  3. isi intelektual

  4. orientasi pada jasa

  5. kode etik

  6. tingkat kemandirian

  7. status

Pustakawan memenuhi syarat sebagai tenaga profesional karena keenam unsur tersebut di atas dapat dipenuhi. Pustakawan mengenal organisasi profesi, mengenal tingkat pendidikan pada universitas mulai dari program sarjana, magister hingga doktor, di dalam pendidikan diberikan bermacam-macam pelajaran baik teori maupun praktik, sebahagian di antaranya berlandaskan teori yang semakin berkembang; orientasi pustakawan adalah memberikan jasa tanpa mengharapkan imbalan uang; ada tingkat kemandirian sebagai sebuah organisasi profesi dan statusnya sebagai tenaga fungsional telah diakui pemerintah RI.

Dalam pembagian pekerjaan, dikenal tugas profesional dan non-profesional. Tugas profesional dilakukan oleh pustakawan sedangkan tugas non-profesional dilakukan oleh mereka yang tidak memperoleh pendidikan khusus kepustakawanan.

Pemisahan tugas antara profesional dengan non-profesional terlihat dalam berbagai pekerjaan perpustakaan seperti pada administrasi umum, manajemen kepegawaian, hubungan masyarakat, pemilihan bahan perpustakaan, pengadaan bahan perpustakaan, penyiangan, pengkatalogan, klasifikasi, penerbitan, pelestarian, tugas informasi, bimbingan pembaca serta tugas peminjaman. Pada kesemua tugas tersebut terdapat perbedaan jelas antara tugas profesional dengan tugas non-profesional.


Organisasi Profesi

Organisasi pustakawan telah lama ada di Inggris maupun Amerika Serikat. Pada kedua negara itu organisasi pustakawan telah berdiri sejak tahun 1876. Karena usia yang cukup tua itu, maka kedua organisasi pustakawan berhasil memperjuangkan hak-hak pustakawan; termasuk pengakuan pustakawan sebagai tenaga profesional serta ketentuan tentang gaji. Kedua organisasi itu juga menerbitkan majalah yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma untuk anggotanya.

Di samping organisasi pustakawan umum, ada pula organisasi pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus dan biro organisasi. Di Inggris, organisasi itu dikenal dengan nama ASLIB, singkatan dari Association of Special Libraries and Information Bureaux, sedangkan di AS bernama Special Library Association.

Di samping organisasi yang berskala nasional, ada pula organisasi berskala lokal, terutama di AS. Di negara tersebut, setiap negara bagian memiliki organisasi lokal. Hal demikian tidak terdapat di Inggris. Berbagai organisasi pustakawan membentuk federasi organisasi.


JENIS-JENIS PERPUSTAKAAN
Mengapa Terjadi Berbagai Jenis Perpustakaan

Adanya berbagai jenis perpustakaan terjadi karena timbulnya berbagai jenis media seperti media tercetak (buku, majalah, laporan, surat kabar) dan media grafis/elektronik seperti film, foto, mikrofilm, video, pertumbuhan literatur yang cepat dan banyak, pertumbuhan subjek dalam arti terjadi fusi berbagai subjek artinya satu subjek pecah menjadi beberapa subjek dan sebaliknya beberapa subjek melebur menjadi subjek baru. Alasan lain, karena kebutuhan pemakai yang berlainan, misalnya keperluan informasi seorang anak SD akan berbeda dengan seorang peneliti kawakan walaupun objeknya sama, misalnya tentang keruntuhan Majapahit.

Karena hal-hal tersebut di atas maka muncullah berbagai jenis perpustakaan seperti perpustakaan internasional, perpustakaan nasional, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Masing-masing perpustakaan memiliki ciri tersendiri, khalayak ramai yang dilayaninya jelas berbeda, terkecuali perpustakaan umum. Karena itu perpustakaan umum memegang peranan penting dalam pemberian jasa bagi umum sehingga Unesco (sebuah badan PBB) perlu mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum. Dalam manifesto tersebut dinyatakan bahwa perpustakaan umum terbuka bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan ras, kedudukan, warna kulit, agama, kepercayaan, usia, jenis kelamin.


Badan Lain yang Bergerak dalam Bidang Informasi

Di samping perpustakaan, masih ada pranata lain yang bergerak dalam bidang pengadaan, pengolahan dan pemencaran informasi. Kegiatan lembaga tersebut tidak selalu terpisah dari perpustakaan, malahan bekerja sama memenuhi kebutuhan informasi pemakai.

Lembaga lain di samping perpustakaan yang bergerak dalam bidang informasi adalah pusat informasi, pusat analisis informasi; pusat dokumentasi, pusat referal, clearing house. Di samping itu masih ada pula focal point, national focal point dan bank data. Pada bank data, tekanan utama lebih banyak pada penyediaan data, bukannya informasi maupun dokumen. Sebagai contoh sebuah buku membahas tentang produksi padi Indonesia dari tahun 1969-1993. Keterangan tentang dokumen itu disebut informasi dokumen sedangkan data diambil dari dokumen itu. Jadi bank data menyajikan data tentang panen padi di Indonesia, namun tidak menyediakan informasi tentang dokumen yang memuat data tersebut.


Peran Perpustakaan dalam Membina Minat Baca Bag 4

Peran Perpustakaan dalam Membina Minat Baca

Bag 4

Pembinaan Minat Baca melalui Lingkungan Keluarga

Wajah masa depan sebuah negeri dapat dilihat dari bagaimana kualitas anak-anak masa kini. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat mempengaruhi kualitas mental dan spiritual anak, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial budaya yang berhubungan dengan nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku di masyarakat, termasuk di dalamnya pengaruh televisi, buku, dan media massa.

Memperkenalkan bacaan pada anak sejak kecil dapat meningkatkan prestasi anak di sekolah. Karena itu, pentingnya orang tua mengapresiasikan budaya baca pada anak dengan memberi contoh. Agar anak tidak bosan membaca, sebaiknya anak-anak diberi buku-buku lucu dan berwarna-warni, serta bacaan sesuai usianya. Memperkenalkan budaya membaca pada usia sedini mungkin akan memberikan hasil yang lebih optimal daripada menunggu sampai anak sudah lebih besar dan lebih menyukai budaya menonton TV. Selain orang tua, media massa dan pemerintah juga memegang peranan penting dalam menumbuhkan kebiasaan membaca sejak kecil. Pertumbuhan minat baca bisa dimulai sejak bayi lahir.

Berbicara tentang gemar membaca berarti kita dihadapkan pada masalah bagaimana menumbuhkan kegemaran membaca kemudian meningkatkan kegemaran terutama di lingkungan sekitar kita sendiri.

Pembinaan minat baca di lingkungan keluarga meliputi, antara lain sebagai berikut.

  1. Pemberian contoh atau keteladan membaca dari orang tua di rumah.

  2. Penyediaan bahan bacaan di rumah.

  3. Pemberian hadiah ulang tahun anak berupa buku atau bahan bacaan lainnya.

  4. Orang tua mengajak anak-anaknya pergi meminjam buku di perpustakaan.

  5. Orang tua mengajak anak-anaknya pergi menyewa buku di persewaan buku.

  6. Orang tua mengajak anak-anaknya membaca buku di perpustakaan desa.

  7. Orang tua mengajak anak-anaknya membaca buku di perpustakaan tempat ibadah (mesjid, gereja, vihara, dan pura).

  8. Orang tua mengajak anak-anaknya ke toko buku.

  9. Orang tua membaca buku untuk anaknya sebelum tidur.

  10. Orang tua menyelenggarakan perpustakaan keluarga.


Pembinaan Minat Baca melalui Perpustakaan Umum dan Sekolah

Selain sumber yang didapatkan di luar sekolah, sumber utama dalam belajar di sekolah adalah perpustakaan, karena perpustakaan sekolah merupakan sumber dari segala kegiatan belajar dan mengajar. Perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah berguna untuk menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan. Perpustakaan memiliki kedudukan yang utama di dalam setiap program pendidikan sebagai the heart of the educational program. Perpustakaan sekolah harus menjadi pusat kegiatan yang berlangsung di sekolah. Perpustakaan sekolah diadakan bukan lagi hanya sekadar melayani selera para siswa untuk membaca buku-buku, tetapi perpustakaan itu sendiri harus dapat membantu para siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kecekatan, serta membantu siswa dalam aktivitas-aktivitas yang kurikuler dan ekstra kurikuler.

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan mempunyai tugas dalam mengatur fasilitas pendidikan seperti penyediaan sarana perpustakaan. Dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap penyediaan dana, pemenuhan fasilitas perpustakaan, kerja sama, evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas pelayanan perpustakaan.

Guru adalah orang yang bergaul setiap hari secara langsung dengan siswa di kelas melalui proses belajar mengajar. Pengayaan proses belajar mengajar di kelas hanya akan terjadi apabila guru pandai menggunakan peluang dan kesempatan agar siswa senantiasa aktif mengikuti pelajaran dengan menyertakan berbagai sumber belajar yang tersedia dan mungkin untuk didayagunakan.

Staf perpustakaan adalah orang-orang yang secara fungsional mempunyai tanggung jawab baik secara langsung atau tidak langsung bagi pelayanan perpustakaan. Bagaimanapun lengkapnya koleksi dan fasilitas perpustakaan, kalau tidak ditangani oleh personal yang memadai maka kekayaan yang tersedia di perpustakaan akan kurang mempunyai makna dan arti.

Pelayanan merupakan kunci sukses dalam penyelenggaraan perpustakaan. Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab profesional setiap petugas perpustakaan untuk senantiasa memiliki motivasi yang kuat, wawasan yang luas, dan senantiasa berupaya secara aktif agar dapat melaksanakan pelayanan sebaik-baiknya. Selain itu, pustakawan harus mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan para pemakai, di mana siswa sebagai pihak yang paling berkepentingan untuk dilayani perlu mendapatkan pelayanan yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Perpustakaan umum, baik yang berupa perpustakaan provinsi, perpustakaan kabupaten/kota, perpustakaan desa, maupun perpustakaan keliling disediakan sebagai sarana public service yang dapat mendorong kegemaran dan kebiasaan membaca guna menambah pengetahuan masyarakat untuk memajukan kesejahteraan pribadi, memajukan pendidikan seumur hidup, ekonomi serta sosial. Namun, yang menjadi pertanyaan mampukah perpustakaan-perpustakaan umum kita yang ada sekarang ini memberikan pelayanan sebaik-baiknya dalam hal bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan pemakai yang beraneka ragam? Sudahkah semua masyarakat dari kota hingga ke pedesaan dapat menikmati jasa perpustakaan secara wajar?

Di sinilah peran pustakawan, keadaan perpustakaannya yang serba kekurangan sudah tentu selalu dituntut untuk bersikap aktif, kreatif, progresif dalam menjalankan misi perpustakaan secara nasional bahkan internasional.

Jikalau masyarakat telah tertarik untuk menggunakan jasa-jasa perpustakaan maka pustakawan sebagai pemberi jasa harus berusaha memberikan pelayanan sebaik-baiknya dengan sikap ramah dan sopan santun agar menimbulkan kesan bahwa perpustakaan adalah suatu tempat pemberi jasa yang bersifat edukatif. Kebutuhan pemakai akan bahan-bahan pustaka harus mendapat perhatian sesuai dengan keinginan pemakai sehingga menimbulkan kepercayaan bahwa perpustakaan betul-betul merupakan sumber ilmu dan sumber informasi.