BAB 2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SON 005 Kampung Satu Tarakan Melalui Pendekatan Kontekstual

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SON 005 Kampung Satu Tarakan Melalui Pendekatan Kontekstual
Oleh Nila Safitri

BAB II LANDASAN TEORI
A. Karangan
KBBI (2003:506), karangan adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak. Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami(hrtp://id.wikipedia.org/wiki/karangan).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil dari kegiatan menulis dan menyusun sebuah cerita agar dapat dipahami oleh pembaca.
B. Karangan Narasi
Maryuni (2006:6) Karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu). KBBI (2003:506) Karangan adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak. Sedangkan narasi adalah pengisahan suatu cerita atau kejadian. Karangan narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan urutan waktu(http://id.wikipedia.org/wiki/karangan).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang di tulis berdasarkan urutan waktu.

C. Pcndekatan
Pendekatan adalah seperangkat asaumsi mengenai hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan proses belajar mengajar bahasa. Kosadi,dkk(dalam Tarigan,dkk,2005:3.6). Pendekatan adalah serangkaian asumsi yang bersifat aksiomatik tentang sifat hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa Djunaidi (dalam Tarigan,dkk,2005:3.6). Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (http://akhmad sudraj at.wordpress.com/)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan adalah seperangkat asumsi bersifat aksiomatik mengenai hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa yang digunakan sebagai landasan dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar bahasa.
D. Pendekatan Kontekstual
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual disebut dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila peserta didik dapat memproses pembelajaran atau pengetahuan dengan cara bermakna dan

8
disampaikan dengan berbagai cara yang bervariasi (Yulaelawati,2004:119). Oleh karena itu, agar siswa dapat memproses pengetahuan dengan cara bermakna, sangat diperlukan suatu sistem pembelajaran yang mampu mengeluarkan potensi penuh siswa untuk menyerap pelajaran dan mengaitkannya dengan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Sistem pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran kontekstual.
Yulaelawati (2004:119) pembelajaran kontekstual adalah kaidah pembelajaran yang menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat, dan alam pekerjaan. Selanjutnya Trianto (2007:103) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu B. Johnson (2002:57) pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa
Dap pengertian dj atas dapat djsimpiilkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari siswa.

C. Penerapan Pembelajaran Kontesktual di Kelas
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh prinsip (kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya) dalam pembelajarannya. Depdiknas (dalam Trianto,2007:106).
1. Kontruktivisme (Contruktivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dapat dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkontruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.

10
Dalam pandangan kontruktivitis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bag! siswa
2) Member! kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar
2. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menemukan, apapun materi yang diajarkan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, label,
dan karya lainnya

11
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pasda pembaca, teman sekelas, guru atau auden yang lain
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utam yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian panting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Didalam pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu tang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong teman yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua ajah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh masyarajcat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru kearah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru^ yang datang dari siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa, bukan guru. Dalam masyarakat belajar,

12
dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modeling)
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
6. Refleksi Reflektion)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana menemukan ide-ide baru.

13
7. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan pada siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambila tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tiadak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak dipisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5. Hadirkan model sebagai contoh pembejajaran.

14
6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

16 Comments

Tinggalkan komentar